03

116 27 0
                                    

Sudah terhitung tiga hari eksistens Kim Taehyung yang terus berada di dekatku, aku sudah bilang bahwa aku baik-baik saja jika sendirian, aku punya Daniel yang selalu melekat padaku hampir setiap hari, kecuali saat Daniel ada urusan dengan Stephanie Hwang, atau yang lebih dikenal dengan Tiffany—gadis incaran Daniel.

Malahan jika Taehyung selalu dekat denganku pasti akan menimbulkan sebuah gosip aneh dari orang-orang kampus. Arrgghh Jeon Jungkook kau sungguh keterlaluan setidaknya biarkan aku bernafas sedikit sebelum merasakan tekanan darimu lebih banyak lagi. Bukan hanya aku saja yang frustasi akibat atensi dari Taehyung, Kang Daniel—selaku orang yang selama ini selalu di dekatku merasa tidak nyaman akan sorot tidak menyenangkan dari balik kelam netra Taehyung.

Pertama kali melihat siluet Taehyung, bola terang milik Daniel terasa ingin keluar dari tempatnya. Ohh jangan lupakan umpatan kasar yang langsung refleks di ucapankan lelaki tersebut.

Contoh nya seperti sekarang.

"What the fuck!? Ji tidak bisakah patung hidup di sampingmu itu menghilang setidaknya satu hari?"

Lagi-lagi protesan Daniel mengalun kencang memasuki saraf indra pendengarku, kurasa dia tidak akan bosan mengeluh mengenai eksistens dari seorang Kim Taehyung mulai dari tiga hari lalu. Sama seperti Daniel, Krystal Juga mengumpat tidak senang karena gerakannya bersamaku terbatas akibat tatapan mengintimidasi Taehyung.

"Tae kau lihat, Daniel saja tidak nyaman karena keberadaanmu apa lagi aku." Menyebalkan percuma saja jika aku mengeluh atau pun protes, Kim sialan satu ini tidak akan mendengarkanku.

"Kau dengar itu! Asal kau tau tuan Kim yang terhormat Jiyeon ini akan selalu aman jika bersamaku apa lagi jika ada Krystal. Jiyeon akan terjamin keselamatannya!" Ku lirik Taehyung yang masih saja diam membisu, seperti biasa.

"Sudahlah Niel buang-buang tenaga jika kau terus menarik uratmu pada pria itu." Krystal datang bersama wajah sangar menatap Taehyung jengah. Ahh kebetulan ada Krystal aku ingin memberi tau mereka kabar kepulanganku ke Korea.

"Aku ingin bicara, jadi dengarkan baik-baik, aku tidak mengulangi ucapanku."

Mereka sedikit terkejut bercampur penasaran, sejujurnya aku tidak tega meninggalkan mereka—Daniel dan Krystal. Yahh mereka baik dan menjagaku, tidak bisa terbayangkan mungkin oleh mereka aku akan pergi.

"Dua hari lagi aku akan kembali ke Kor–"

"Sialan! Ini pasti karna lelaki brengsek yang di sebelahmu Park Jiyeon!"

Krystal Jung memotong ucapanku dengan kesal, berbeda dengan Daniel yang langsung pergi dari Cafetaria tempat kami berada sekarang. Aku menatap nanar punggung Daniel yang mulai menghilang, ada rasa bersalah yang hinggap kepadaku. Jangan bilang aku tidak tau akan sikap Daniel yang langsung pergi tanpa sepatah kata pun.

"Aku baru sebentar mengenalmu Jiyeon, aku ingin lebih dekat dan hanya kau yang mengerti perasaanku disaat aku patah hati."

"Krys ini bukan keputusanku, aku saja tidak bisa memilih untuk hidupku sendiri. Jadi tolong mengertilah." Aku tidak ingin mendengarkan ucapan Krystal lebih lanjut, langsung saja aku beranjak dari tempat duduk dan pergi dari sana, bahkan Taehyung tidak siap dengan pergerakan tiba-tiba dariku.

Tidak perduli Taehyung yang terus mencoba menyamakan langkah dengan aku, kaki kecil ini akan terus berlari. Tujuanku sekarang adalah Daniel. Aku tidak ingin disaat sisa waktu terakhirku disini hubungan kami merenggang.

"Daniel! Kang Daniel!!"

Teriakanku di abaikan Daniel—dia berlalu pergi bersama mobilnya meninggalkan aku yang terus berteriak memanggil-manggil namanya.

[2] Fake PrincessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang