[2]

718 125 2
                                    

Dara dan seluruh timnya pulang Minggu Sore. Semua orang sudah sadar dari mabuk mereka dan bisa menyetir pulang. Seperti ketika pergi, Martin dan Keke menyetir bergantian. Karena emang cuma mereka yang bisa nyetir jarak jauh.

Dara jadi sasaran empuk selama perjalanan pulang itu. Semua orang tau kalau malam itu Dara tidur bareng dengan Radi.

"Ngga ada ngapa-ngapain!! Ketiduran. Namanya maboook." kayaknya Dara udah bilang kalimat yang sama ribuan kali kayak lagu repeat track yang dipasang Martin dari spotifynya itu.

"Ya karena mabok," ujar Keke sambil berbelok. "Makin curiga nggak sih kita.."

Martin sama Bram yang sebenarnya nggak liat apa-apa karena terlalu mabuk itu juga akhirnya ikut-ikutan tau. Paginya ketika Dara mau diam-diam hapus pesan itu dari whatsapp Laura, semua udah terlambat karena pesan udah nggak bisa dihapus lagi.

"Tapi kok bisa ya.." itu Laura. "Lu kan udah lama nggak ketemu dia?"

Dara menyandarkan kepalanya ke bantal leher yang dibawa Keke. "Gue juga bingung dah Lau.."

"Apa lu kayak Thalia? Diem-diem udah lama? Tiba-tiba mau nikah?" Tuduh Martin.

"Nggaaak." Tolak Dara. "Terakhir gue ketemu dia tuh ya pas abis dia wisuda. Abis itu lama banget nggak ketemu."

"Tapi followan kan di Insta?"

"Iya. Tapi itu doang. Dia juga kan nggak suka muncul di Insta."

"Tau aja." Goda Keke.

"Hadeh kayaknya gue ngomong apa aja bakal balik nyerang gue."

"Tapi lu suka nggak sama dia?"

"Ya dulu pas kuliah iya."

"Anjir gila ya Dar.."

"Udah lama banget loh itu.."

"Dulu kirain lu bakal pacaran sama dia.. tapi sampe sekarang berarti nggak ada tuh lu gimana-gimana sama dia?"

Dara menggeleng.

"Ada gak?" tanya Martin yang nggak lihat.

"Nggak. Lu kepo banget dah."

"Ya kita sih cuma nggak mau kecolongan lagi aja, Dar. Tar tiba-tiba nikah kayak Thalia.."

"Nggak lah."

"Tapi bener kan nggak ada apa-apa sama lu berdua?"

"Kagak buset. Itu beneran pure mabok aja. Udah udah. Gue mau tidur sebelum mabok darat."

"Mabok mulu dah lu." Itu Bram.

"Beda maboknya???"

"Mabok juga namanya."

"Terserah."

Dara memejamkan mata. Dia benar-benar mual karena jalanan yang agak jelek di depannya. Tapi di usahanya untuk tidur dan membiarkan antimo bekerja, Laura berbisik, "tapi tar kalau beneran ada apa-apa bilang ya."

Dara males jawab.

--

Radi bangun tiga jam kemudian. Dara tentu sudah nggak ada di ruangan itu. Begitu bangun, Radi langsung minum air putih dan gosok gigi. Dia sama sekali nggak ingat apapun yang terjadi. Sisa mimpinya masih terbawa. Baru ketika dia mencabut ponselnya dari charger, yang dia juga nggak ingat kapan tersambung, dia sadar kalau sesuatu terjadi.

Dara.

Dan nggak. Itu nggak dari ingatannya sendiri. Itu dari grup percakapan organisasinya. Baik dari divisinya ketika jadi staf lalu wakil ketua dan juga dari grup pengurus inti ketika dia naik divisi tahun depannya. Banyak banget foto-foto dia lagi duduk berdekatan dengan Dara. Dia benar-benar bikin sensasi. Radi bahkan nggak kuat buat membaca semuanya sampai habis. Semua isinya cuma bercanda mengenai Radi dan Dara serta bertanya, "lu sama dia sekarang?" 

Dia memijat kening sambil duduk, dia pasti menghabiskan waktu sampai terlalu malam dengan Dara. Tapi dia lebih bingung kemana Adit dan Gusta sekarang.

Radi membuka percakapan dari Adit, temannya berkendara kemarin. Dia datang dengan Adit dan Gusta tapi dia agak bingung kenapa tidak menemukan Gusta di ruangan itu. Harusnya Gusta masih tidur. Kalau Adit sih memang rajin bangun.. mungkin aja dia lagi liat pantai.

 "Dimana lu sama Gusta? Nitip sarapan?"

Bukannya membalas, Adit malah menelepon Radi, "udah bangun? Abis Gusta bangun kita beres-beres trus balik."

"Lu tidur dimana berdua? Kenapa gak balik dah?"

"Lu ngunciin kita."

"Nggak ah."

"Lu mabok semalem."

"Ya tapi nggak nyampe ngunciin kalian kali? Kenapa gak digedor aja? Emang gue semabok apa dah ampe gak denger diketok?"

Iya juga. Semabuk apa dirinya semalam?

"Serah lu dah. Mandi duluan aja. Itu Gusta pada di kamar anak-anak lain rame banget kayak posko. Abis dari pantai gue mandi, lu jangan ngetok."

Adit mandinya luar biasa lama. "Oke gue mandi duluan dah. Lu balik 15 menit lagi aja."

"Iya. Btw Rad.."

"Ya?"

"Dara masih di situ?"

"Dimana?"

"Di kamar."

"Hah? Gak usah ikut-ikutan dah Dit. Gue cuma ngobrol doang semalem ama dia tapi heboh banget orang-orang. Emang gue nggak boleh ngobrol sama temen gue? Lagi nggak sopan dah lu. Ngapain juga gue bawa dia ke kamar? Apalagi ini kamar bertiga."

"Tapi lu semalem emang bawa dia ke kamar." Potong Adit.

"Apaan sih?"

"Temen-temennya dia liat kok. Makanya pas kita gedor nggak lu buka ya kita ngerti."

"Apaan dah Dit? Gak lucu."

"Lu gak inget?"

"Lu gak usah becanda, anjing."

"Berenti minum alkohol kata gue, Rad. Lu udah mulai demensia. Udah dah mending lu mandi sekarang. 30 menit lagi gue balik."

Adit memberi lebih banyak waktu, ia tahu Radi akan butuh waktu itu untuk berpikir.

16 Desember 2021. 17:47.

Reuni PernikahanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang