[4]

615 120 7
                                    

Dimulai dari semester dua, ada total empat semester Dara habiskan bersama Radi. Lebih dari satu setengah tahun karena percobaan itu dimulai beberapa minggu sebelum Dara menutup semester duanya dan diakhiri beberapa minggu setelah Dara menyambut semester lima.

Radi adalah pribadi yang supersibuk. Setelah debat cakabem malam itu, Radi punya banyak kegiatan organisasi. Dia sering tidur di kampus dan langsung masuk kelas pagi tanpa pulang. Dara juga nggak menuntut banyak. Dari awal, dia tau Radi memang seperti itu. Mereka berusaha berkomunikasi semampunya. Kadang dalam satu hari, hanya ada satu dua pesan yang dikirim satu sama lain. Setelah lengser dari jabatan ketua divisi, Radi tetap di organisasi, menjadi pengurus inti. Dan Dara tau Radi akan makin sibuk.

Kadang-kadang, mereka menonton film. Itu juga Radi terlambat. Kadang-kadang, mereka mengerjakan tugas bersama di toko kue dekat kampus sambil makan kue-kue manis. Selama masa kepengurusan, Bram, Thalia, dan seluruh divisi keilmuan menantikan: kapan kira-kira Dara-Radi akan official.

"Nggak tau juga."

"Tapi ngobrol nyambung?"

"Oke aja."

Kadang, rasanya seperti interogasi. Tapi Dara tau itu cara teman-teman divisinya mendukung Dara. Teman-teman jurusannya juga kenal Radi. Kadang-kadang, mereka makan bersama di kantin FISIP. Entah karena Radi memang ada urusan dengan BEM FISIP atau memang karena sedang sempat saja. Beberapa kali Dara juga berkunjung ke kantin MIPA. Dia dikenalkan pada teman-teman MIPA Radi.

"Sebagai apa?"

"Sebagai Dara, anak FISIP."

Sebagai Dara

"Gue nggak mungkin bilang temen," ucap Radi satu kali. "Karena kita clearly emang nggak lagi temenan. Tapi gue nggak bisa bilang kita pacar. Karena kita belum sampai sana."

Delapan bulan selama masa kepengurusan itu berlangsung dengan santai. Dara senang saja walau mereka cuma dalam proses 'berusaha kenal satu sama lain' bukan pacar. 

Mereka makin sering ketemuan ketika libur natal dan tahun baru. Beberapa teman SMA juga sudah tau kalau Dara dekat dengan Radi. Rasanya benar-benar aman. Nggak ada kekhawatiran. Dara bahkan ingat, di malam hari setelah mereka pulang buka bersama, mereka rasanya begitu bahagia. Bahkan tanpa perlu repot-repot terikat dalam hubungan resmi. Di bawah lampu temaram jalanan, Radi dan Dara berciuman. 

Hati Dara hangat dan dia benar-benar merasa bahagia. Hari-hari setelah itu, mereka semakin sering menghabiskan sisa libur bersama. 

Ketika Dara semester empat, dan Radi semester enam, waktu pertemuan mereka makin berantakan. Dara sudah nggak mengurus BEM lagi, ia memutuskan untuk ikut jadi panitia-panitia saja. Dengan langkah itu, Dara bisa memaksimalkan waktu yang ia punya dengan Radi karena dia jadi lebih senggang. Dia juga beberapa kali datang membawakan makanan ke ruang BEM karena tau Radi nggak sempat makan di tengah masa tertentu. Terima kasih kepada Laura dan Keke, ketua dan wakil ketua divisi periode selanjutnya, yang membocorkan jadwal-jadwal rapat Radi.

Satu semester itu, keduanya makin berani. Banyak waktu yang mereka punya hanya tengah malam. Berkali-kali Dara menginap di tempat Radi. Mereka nggak ngapa-ngapain. Sempat hampir pernah. Tapi Dara ingat tiba-tiba Radi berdiri dan mencuci muka. Radi bilang, apapun yang akan terjadi cuma akan membuat mereka nyesel. Jadi hal yang hampir terjadi itu nggak terjadi. Mereka seringnya cuma ngobrol dan nonton film. Itu juga kalau mereka, khususnya Radi, nggak ada deadline tugas. Radi berakhir cuma bisa tidur tiga jam seringnya. Dan dia sudah terbiasa.

Selama satu semester itu, meski cuma punya jam dua belas malam, Dara nggak pernah merasa khawatir. 

Malah teman-teman Dara yang khawatir.

"Itu temen lu HTS-an ampe nginep-nginep, gapapa?" tanya Keke ke Cika. 

"Ngga tau gak bisa dibilangin."

"Ya anaknya sibuk. Kalau diajak pacaran juga buat apa." Dara menyahut.

"Ya kalau sama aja, kenapa nggak pacaran? Coba, apa yang lu perlu upgrade lagi kalau udah kayak gini? Mending sekalian pacaran aja." 

Hari itu bulan mei, cuma satu pekan sebelum UAS. Mereka berkumpul buat belajar bareng. Tapi Dara tau ujung-ujungnya pasti ngobrol.

"Dia sibuk." Tambah Dara lagi. Kali ini penuh penekanan. Dia terganggu.

"Semester depan bakal lebih sibuk. Dia masih BEM dan nambah lagi magang. Gue nggak gimana-gimana ya, tapi lu pikirin aja lu mau sampai kapan kayak gitu." Itu Laura.

"Pikirin aja dulu."

"Tapi lu pernah nggak nanya lu mau masa percobaan sampai kapan, Dar?" tanya Martin.

Martin benar. Dara sama sekali nggak pernah berusaha mempertanyakan yang satu itu.

"Nanti gue tanya lagi deh."

--

Satu hal yang Radi tau: Dara menyenangkan dan nyaman. Mau kemana hubungan mereka? Radi nggak tau. Dia belum siap pacaran. Dia khawatir, Dara akan jadi clingy dan itu akan terlalu berat di tengah kesibukannya yang luar biasa. Jadi hari ini, ketika Dara bertanya, "kita mau sampai kapan kayak gini?" Radi nggak bisa menjawab.

"Pikirin lagi deh, Rad. Waktu itu kan gue setuju buat uji coba. Tapi ini udah setahun. Uji coba apa yang setahun, Rad?"

Dara benar.

"Bentar lagi. Bentar lagi ya Dar. Kasih gue bentar lagi. Kita UAS dulu, abis UAS kita pikirin. Oke?"

--

Tapi sebentar lagi itu ternyata lama. Semester itu berlalu. Disusul libur yang super panjang. Tapi bukannya punya waktu lebih banyak untuk Dara, Radi sibuk dengan semester pendek dan upaya-upaya mendapatkan tempat magang. Karena Dara lebih senggang, dia punya lebih banyak waktu untuk memikirkan omogan teman-temannya. Mereka benar, kemana dia harus membawa hubugan ini?

Radi diterima magang di perusahaan bagus. Radi bilang dia senang. Dara tau dia egois, tapi organisasi, magang, dan mungkin akan ada aktivitas lain yang Dara nggak tau.. Dara sadar Radi punya terlalu banyak hal dalam hidupnya. Tidak ada ruang untuk Dara. Tidak ada ruang untuk kisah cinta mereka.

Dua minggu setelah semester itu dibuka, pada bulan agustus, Dara datang ke kantor tempat magang Radi. Radi bilang mau memperlihatkan tempatnya kerja. Tapi siang itu, Dara dengan tegas bilang, "let's end this."

"Apa?"

"Percobaan kita. Dan gue tau lo sibuk. Jadi opsi jadian udah nggak ada. Ini udah bukan masa percobaan lagi, Rad. Kita udah kelewatan banyak. Gue udah mikir selama libur kemarin, and this is it."

Radi berkali-kali berupaya menghubungi Dara. Tapi panggilan itu hilang. Ketika semester sekali lagi berganti dan Dara tau Radi akan mengambil skripsi, upaya itu juga berakhir. 

Agustus datang dan Radi wisuda. Di belakang ruangan wisuda utama ketika semua orang sudah masuk dan Radi terlambat, Dara datang membawa bunga. Mereka nggak tau pikiran itu datang darimana, tapi Dara ingat mereka berciuman. Satu kali. Setelah menjadi asing untuk satu sama lain dalam waktu yang lama. Dara menangis. Radi melihat itu semua. Radi merasa nyeri itu semua. Tapi dia nggak bisa bilang apa-apa. Dia nggak bisa menjanjikan apa-apa. Dia tau, kalau dia memberikan janji kosong sekali lagi, itu cuma akan menyakiti Dara.

Hari itu panas, banyak keluarga datang. Radi juga nggak nyangka kenapa mereka berdua bisa dapat tempat sepi itu. Tapi semua terjadi. Dia antara euphoria kelulusan itu, dengan memeluk satu rangkai bunga berukuran sedang, Radi menahan supaya nyeri tangisnya nggak tumpah. 

Tapi kalaupun tumpah, Radi tau: orang-orang akan menganggap dia terharu dengan keberhasilannya lulus.

16 Desember 2021. 20:55

Reuni PernikahanWhere stories live. Discover now