BAB 11🌺PERANG🌺

6 3 0
                                    

Jalan yang biasanya sepi dan hanya diisi oleh dedaunan kering. Kini dipenuhi oleh kendaraan beroda dua. Mereka memilih jalan itu agar tidak terlalu mencuri perhatian masyarakat.

Tidak butuh waktu lama untuk sampai ditempat tujuan. Bukan karena tempatnya yang dekat, tapi tarikan gas mereka yang kuat. Sehingga yang tadinya butuh waktu dalam beberapa jam, menjadi beberapa menit.

Namun naas, setelah sampai ada satu hal yang sangat tidak terduga. Shan semakin memicingkan matanya demi membenarkan apa yang dia lihat. Anggota shigar dezie juga ikut terkejut melihat pemandangan itu.

Bukan geng Alisterion yang membuat mereka gentar. Juga bukan dua orang pria dengan badan sigap itu yang membuat nyali mereka mati. Bahkan darah dingin Shan semakin mendidih, urat nadinya terlihat jelas. Satu pukulan keras yang membuatnya benar-benar tidak bisa menahan amarah.

Ketika melihat tiga gadis yang cukup ia kenal. Berdiri dengan ketakutan yang luar biasa. Hanya bisa berdekatan satu sama lain sambil menangis. Kedua tangan mereka diikat, dan mulutnya dilakban.

Shan berhenti mendadak, terbukti dengan ban belakang yang terangkat. Pria itu melepaskan helmnya, menatap dengan mata yang tajam.

"BANGSAT!" Sergah Shan dari atas motor.

Rombongan shigar dezie berhenti dan mematikan kendaraan mereka. Sama dengan sang ketua, anak buahnya pun ikut kesal dengan apa yang dilakukan musuh mereka.

"Eh! Apa-apaan nih, main sandera-sandera aja Lo pada!" Celetuk Deden.

"Kalo takut kalah, ya udah nyerah aja bege!" Timpal Kenzie tak kalah emosi.

Pria dihadapan mereka yang menggunakan jaket berwarna cokelat itu hanya terdiam. Berdiri dibarisan paling depan, seperti menunjukan kalau dialah pemimpin geng. Inilah penampakan rombongan Alisterion dari SMA Mekar Sari.

Rifan menyeringai membalas tatapan Shan. Kemudian dialihkan kepada tiga gadis yang dikelilingi anak buahnya.

Disisi lain, Shan turun dan berjalan beberapa langkah kedepan. Dia sebenarnya begitu marah melihat Rifan menyandera Alana dan kedua temannya.

"Shan, hati-hati! Mereka semua licik, jangan gampang kepancing." Bisik Bima menepuk pundak Shan.

Benar sekali perkataan Bima, Rifan sangatlah licik dihampir setiap pertempuran. Shan hanya baru istirahat beberapa bulan ini, bukan berarti tidak pernah sekalipun berperang. Jadi dia tau betapa curang nya geng Alisterion.

"Huh! Ketauan emang, Lo nggak punya nyali. Udah bawa banyak rakyat bayaran, masih aja main sandera-sanderaan. Cupu!" Cibir Shan menyeringai.

Mendengar itu, Rifan mengertakkan graham-nya. Merasa tersinggung dan tentu tidak bisa menerimanya. Dia melirik ke arah dua pria berbadan besar, seperti memberikan sebuah kode. Seketika pisau lipat diarahkan kepada sandera.

Isak tangis gadis-gadis itu semakin pecah, mereka tidak menduga sore ini begitu mengejutkan. Terlebih Nada yang kacamatanya tidak bertengger lagi karena diambil oleh anggota Alisterion. Memberontak dengan tangis sesegukkan.

"WOI ANJING! Mana jiwa laki Lo, tunjukin setan!" Raung Deden penuh rasa kesal.

"Jangan cuma beraninya sama cewe, sini by one ama gua!" Timpal Bima.

"Oi tolol! Simpen bacotan kalian, kita adu jotos bukan nyerocos kayak gini!" Balas Kenzie.

"Kalian semua tenang aja, orang jiwanya lembek! Jelas dong, beraninya cuma sama cewek." Shan tetap mencoba terlihat tenang.

Karena terus saja disudutkan dan diremeh, membuat pria itu membuang nafas kasar. Rifan berjalan kearah tiga gadis yang sebelumnya dihunuskan sebuah pisau lipat. Dia mengangkat dagu seorang gadis yang berada ditengah-tengah. Dengan lembut dan menyuguhkan senyum misterius.

Semesta Bahagia [ℝ𝔼ℙ𝕆𝕊𝕋]Where stories live. Discover now