BAB 23🌺TEKA TEKI SAAT BENCI🌺

5 0 0
                                    

ARGHHH!!!

"SIALAN!" Sekuat tenaga Shan memukul pohon besar yang ada dibelakang cafe.

Mulutnya tak berhenti mengumpat kala ketakutannya menjadi nyata. Dari dua tahun lalu dia telah menghindari kejadian ini. Nampaknya sia-sia, dia tidak bisa lagi menutupi kebenarannya.

Dalam tubuh yang rengkuh dan berantakan dia berusaha melupakan emosinya. Pada pohon dan angin, pukulan dan erangan.

Garrend yang mendapati temannya sedang dalam kondisi yang menyedihkan. Segera mendekat dan mencoba mengobrol.

"Udah gue bilang, harusnya Lo nggak nutupin dari awal!"

Shan menatap kosong dengan kepalan tangan yang siap meninju apapun. Aura lelaki itu telah dibalut ketakutan dan kebencian.

"Gue sayang Alana, gue ga mau dia kenapa-napa karena gue!" Lirih Shan serak.

"Tapi buktinya! Rifan dengan tenang ngedeketin Alana, bahkan dia bisa ambil hati Alana nanti. Ada kemungkinan 100 persen dia bisa dapetin Alana... Apalagi kalo Lo gini terus!" Garrend mendekat seraya menepuk pundak Shan.

"Gue tau Lo sayang banget sama Alana, dan Lo rela dibenci semua orang agar keselamatan Alana terjaga. Tapi coba Lo liat lagi situasi sekarang! Yang Lo takutin terpampang jelas didepan mata. Lo harus buat keputusan yang berani Shan, jujur sama Alana." Bujuk Garrend.

"NGGAK!" Decak Shan menolak keras.

"Gue nggak bisa apa-apa kalo Lo gini terus, gue cuma bisa bantu nasehatin Lo."

Shan memegang kepalanya dengan frustasi, kemudian ia bersandar pada pohon yang baru saja dipukulnya. Sedangkan Garrend juga sebenarnya kesal atas kerasnya pendirian sang sohib.

2 tahun yang lalu, awal mereka masuk SMA. Shan dan Garrend telah tergabung dalam dunia per-motoran. Tawuran, balapan dan dunia malam menjadi hal biasa bagi kedua bersahabat ini.

Namun ada satu malam yang selalu terkenang. Berawal dari kemenangan yang selalu berpihak pada Shan, hingga membuat kericuhan sesaat. Setelah tengah malam, Gio memberi pesan pada Shan untuk mengumpulkan anggota. Bahwasanya anak Mesa tiba-tiba menantang untuk tawuran.

Anak Mesa yang terkenal beringas semakin berani dengan membuat keputusan besar. Mereka menjadikan nyawa sebagai ajang taruhan. Malam yang penuh pertumpahan darah dan begitu tragis. Menyebabkan nyawa salah seorang kekasih anggota Shigar Deazie tiada.

Penyanderaan yang membuat trauma itu, begitu berkesan mendalam. Itulah sebabnya Shan menjauhi Alana demi keselamatan gadis yang ia cintai. Pria itu terpaksa membuat keputusan yang bahkan semua orang menolaknya.

"Gue sayang banget sama Alana, Gar..." Lirih Shan menarik kerah baju Garrend.

"Tapi dia udah benci Lo!" Shan menatap dengan mata berbinar.

Pria itu kembali duduk karena tertampar oleh fakta, kalau Alana telah membencinya.

"Gue harus segera lenyapin geng Alisterion! Kalo bukan karena mereka Ayunda nggak mungkin tiada, dan gue sama Alana nggak mungkin tersiksa." Shan berdiri dengan penuh dendam.

Cuaca malam ini tampak mendung dan akan turun badai. Hembusan angin yang begitu sejuk, tidak bisa mendinginkan amarah yang membara.

"Sekarang, lo mau kemana?" Tanya Garrend mengangkat sebelah alisnya.

"Ngasih pelajaran buat geng Alisterion!"

"Sekarang?" Shan menarik sebelah alisnya sebagai tanda 'iya'.

"Hmm, gue saranin lebih baik malam besok, kita kerahin semua anggota." Usul Garrend. "Sekarang biarin mereka (anggota shigar dezie) menikmati malam ini dulu, lagian gua ga enak sama om Wisnu. Soalnya gue ga mau ketinggalan, gue kali ini bakal ambil bagian! Gue mau ngilangin masa-masa menyedihkan 2 tahun lalu."

Semesta Bahagia [ℝ𝔼ℙ𝕆𝕊𝕋]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora