BAB 28🌺BAKAR-BAKAR🌺

1 0 0
                                    

Minggu ini rombongan Shan dan Alana akan menghabiskan harinya dirumah Viora. Rumah besar yang penuh dengan koleksi berbagai pajangan kepala hewan buas dan juga kulitnya. Baru didepan pintunya saja, sudah disambut kepala rusa lengkap dengan tanduknya. Tepatnya berada diatas pintu.

Alana, Nada dan Febby tidak heran lagi dengan nuansa rumah sahabatnya ini. Baik mereka ataupun keluarga mereka sudah saling mengenal dengan baik.

Ayah Viora seorang dosen, namun juga bisa menjadi pemburu disela mengajarnya. Sedangkan ibunya seorang perawat. Keluarga yang harmonis.

"Gileee!!! Punya harimau kepala ama kulitnya doang, pantatnya mana?" Celetuk Kenzie berhadapan dengan figura harimau.

"Norak lo! Itumah patungan doang, tolol bet dah!" Sahut Bima dengan wajah songong.

"Eittsss!! Ini semua asli, dari hewan beneran tau..." Imbuh Nada membenarkan.

"Nada... Yang asli itu ada badaknya!" Sambar Shan terkekeh.

"Ada kok badaknya, itu dibelakang!" Tunjuk Nada dengan wajah polos.

Mereka berjalan ke ruang santai dipinggir kolam renang, tempat yang ingin ditunjuk Nada. Ukiran kayu jati menambah kesan nusantara diruang itu. Lengkap dengan sebuah kursi berukir kepala burung rajawali, tempat biasa ayah Viora membaca majalah.

Sepanjang jalan, Bima hanya merangkul lengan kekasihnya. Ikut terperangah pada keunikan rumah Viora.

"Orang tua kamu pecinta alam, ya beb?"

"Mm, nggak tau juga sih, ini mah obsesi, bukan cinta!" Ujar Viora dengan nada tak suka.

"Hah! Gimana?" Pasti Kenzie.

"Jadi, orang tua jigong pipit ini suka berburu, sebagian figura itu hasil berburu sendiri. Bahkan banyak hewan langka yang habis diburu sama bokapnya, padahal udah langka masih aja diburu." Timpal Nada.

"Iya, kalo suka sih, ya dijaga dan dilestarikan. Ini malah disikat habis-habisan, bertentangan sama jigong pipit." Tambah Alana.

"Sempet juga berurusan sama pemerintah karena berburu dihutan lindung." Sambung Nada.

"Ohhh, jadi elo kurang suka sama kehobian bokap lo?" Shan bersuara.

"Kurleb lah." Balas Viora. "Kalian duduk aja dulu, sambil nunggu Garrend sama Febby gue mau bikin minum."

"Ikuttt!!!" Nada segera mengekor Viora.

"Ra!Orang tua lo, mana?" Panggil Kenzie sekaligus bertanya.

"Dua-duanya keluar kota!" Sahut Bima, Viora mengangguk dan melanjutkan langkahnya.

"Aelahh! Mentang-mentang lu yak!"

Di samping itu, Shan tengah memperhatikan sebuah pajangan satwa, badak bercula satu. Tepat diatas dinding yang dibawahnya kursi tempat ayah Viora membaca. Benar yang dikatakan Nada, asli, ada badaknya.

Ruang ini hanya menyediakan tiga meja gandeng berukuran sedang yang masih disudut ruang. Tempat duduknya sama seperti tema orang Jepang. Alias mereka duduknya lesehan.

Alana memilih berakhir didekat dinding, disamping taman. Katakanlah ada taman kecil dengan rumput hijau cerah, yang menambah luas halaman rumah Viora.

"Queen gue main hp aja, ada gue juga!" Celetuk Kenzie duduk disamping Alana.

Pria itu meraih ponsel ditangan Alana, tampak gadis itu mengerutkan kening.

"Rese lo ah, balikin!" Pinta Alana.

"Nggak!"

"Balikin Ken, ntar ada yang ngamok!!" Bima melirik Shan yang membuang muka.

Shan benar-benar merasa jengkel dengan Kenzie, walaupun diatas dasar bercanda. Kenzie tetap saja tak seharusnya berlaku layaknya seorang pacar.

Semesta Bahagia [ℝ𝔼ℙ𝕆𝕊𝕋]Where stories live. Discover now