1 - Time to Let You Go

418 22 0
                                    

1 – Time to Let You Go

Laksa sadar dialah yang mengambil keputusan dalam pernikahan adiknya, Lana, dengan Remy, satu-satunya teman yang dimiliki Laksa. Namun, ketika melihat adiknya kini resmi menjadi istri Remy, Laksa merasa seolah ada separuh dari dirinya yang diambil darinya.

Laksa tahu, pernikahan Lana dengan Remy adalah keputusan terbaik yang bisa ia ambil saat ini. Ini adalah satu-satunya cara untuk memastikan keselamatan Lana. Namun, melihat tangan adiknya mengait di lengan pria lain, bahkan meski itu adalah Remy, Laksa merasa ... sedikit tidak rela.

Laksa menghela napas berat, lalu memalingkan wajah. Untuk apa dia membebani dirinya sendiri? Toh, dia sendiri yang memutuskan atas pernikahan ini. Dan semua undangan yang hadir di sini pasti bisa langsung menebak apa arti pernikahan ini.

Pernikahan bisnis. Itu bukan hal yang aneh di kalangan mereka. Bahkan, itu sudah seperti hal yang normal. Namun, bukan pernikahan ini yang sebenarnya diinginkan Laksa untuk adiknya. Bahkan meski suatu hari dirinya harus melakukan itu, tapi ia tadinya tak ingin Lana menjalani pernikahan bisnis.

Namun, Laksa tak punya pilihan lain. Setidaknya, ia tahu Remy tidak akan menyakiti Lana. Itulah alasan utamanya menerima tawaran Remy tentang pernikahan ini.

Remy mungkin hanya memikirkan cara untuk menolong Laksa di perusahaan dengan pernikahan ini. Namun, satu-satunya tujuan Laksa menyetujui pernikahan ini adalah demi keselamatan Lana. Terlebih, ketika nanti Laksa tak lagi bisa melindungi Lana, setidaknya ada Remy yang akan menjaga adiknya itu.

"Pak Laksa." Panggilan itu datang dari Kalia, sekretaris Laksa yang sejak tadi mendampingi Laksa.

Laksa menoleh pada sekretarisnya itu. Ekspresi Kalia tampak serius. Ditambah lagi, tangannya tampak membawa ponsel yang menyala layarnya. Apakah ada masalah?

"Ada apa?" tanya Laksa.

"Saya harus pergi untuk memeriksa sesuatu," jawab Kalia.

"Oke," jawab Laksa pendek.

Ia tahu ada sesuatu yang terjadi, tapi Laksa juga tahu, Kalia tak bisa mengatakannya sekarang. Meski begitu, Laksa harus menyiapkan diri. Ia sendiri tidak bisa menebak kapan kerabatnya membuat masalah di perusahaan. Itu adalah salah satu resiko menjalankan perusahaan dengan seluruh eksekutifnya adalah kerabat sendiri.

Sejujurnya, Laksa terkadang iri pada Remy yang bisa bersikap tegas pada kerabatnya yang bekerja di perusahaan. Remy tak segan-segan memecat kerabatnya sendiri yang membuat masalah di perusahaan. Namun, Laksa tak bisa melakukan itu karena tak ingin mengambil resiko yang membahayakan dirinya maupun Lana.

Meski akhirnya, ia terbebas dari kewajiban itu setelah Lana menikah dengan Remy. Jika itu Remy, bahkan keluarga Laksa pun tidak akan berani melakukan sesuatu pada Lana. Siapa yang tidak tahu sikap tegas dan dingin Remy bahkan pada kerabatnya sendiri?

"Pak Laksa." Lagi-lagi terdengar ada yang memanggilnya.

Laksa menoleh ke sisi yang tadi ditinggalkan Kalia. Menggantikan Kalia, berdiri sesosok wanita yang lebih pendek dari Kalia, cukup untuk membuat Laksa sampai harus menunduk untuk menatapnya. Laksa mengenali wanita itu sebagai sekretaris Remy yang bernama Asha.

Terlepas dari tubuhnya yang kecil, wanita itu selalu bisa diandalkan. Dengan Remy yang selalu bertindak tanpa ragu, tak peduli meski itu akan merepotkan untuk dibereskan, Asha tak pernah gagal menutup semua masalah yang dibuka Remy dengan baik.

Remy tidak pernah banyak bicara tentang sekretarisnya itu, tapi Laksa cukup sering melihat sendiri sepak terjang wanita itu dalam mengurus Remy dan semua kekacauan yang dia lakukan. Lana juga mungkin akan lebih aman di bawah pengawasan sekretaris Remy itu.

"Pak Laksa," panggil Asha lagi, menarik Laksa dari pikirannya.

"Ya, ada apa?" Laksa membalasnya.

"Saya hanya ingin mengonfirmasi jika malam ini Pak Laksa ingin menginap di hotel ini, karena saya sudah memesankan kamar untuk Pak Laksa," urai wanita itu.

Laksa berpikir sejenak. Mengingat alasan kepergian Kalia beberapa saat lalu adalah karena kemungkinan adanya masalah. Laksa tidak akan punya waktu untuk berleha-leha di kamar hotel jika memang sesuatu terjadi.

"Nggak perlu," jawab Laksa. "Tapi, sampaikan ke Remy kalau aku mungkin nggak bisa berada di pesta ini sampai selesai."

"Baik, Pak. Nanti akan saya sampaikan pada Pak Remy," balas wanita itu sebelum ia pamit.

Namun setelah Asha pergi, tatapan Laksa masih mengikuti wanita itu. Entah kenapa setiap kali melihat wanita itu, Laksa merasa seolah ada yang ... hilang.

Laksa yakin ia tak pernah mengenal Asha sebelumnya selain sebagai sekretaris Remy. Namun, rasa tak asing yang janggal ini terus ia rasakan setiap kali melihat wanita itu.

Getar ponsel di saku jas Laksa kemudian mengalihkan Laksa dari sekretaris Remy. Telepon masuk dari Kalia. Sepertinya memang sesuatu sedang terjadi. Dan sepertinya, itu bukan hal yang bagus.

***

Tak lama setelah Asha berbicara dengan Laksa tadi, Asha melihat Laksa yang tampak buru-buru pergi dari ball room. Pria itu bahkan tak tampak seperti pemilik acara, mengingat bagaimana ia tak begitu antusias menyambut kedatangan para tamu di pesta ini. Meski, Asha tidak bisa menyalahkan Laksa, karena pria itu pun pasti tak pernah menginginkan pernikahan bisnis untuk adiknya. Hanya saja, Laksa benar-benar dalam situasi sulit dan tak punya pilihan lain kali ini.

Asha tahu bagaimana pria itu berperang sendirian untuk melindungi adiknya dan perusahaannya dari para eksekutif lain yang juga merupakan kerabatnya sendiri. Semua yang dilakukan Laksa hanyalah demi kebahagiaan adiknya. Namun, kali ini dia harus mengorbankan adiknya dalam pernikahan bisnis demi menyelamatkan perusahaannya.

Meski, pria itu tak seharusnya khawatir. Karena Asha akan memastikan Lana baik-baik saja begitu dia menikah dengan Remy. Justru, Asha merasa sedikit antusias karena dia bisa mengenal Lana dan lebih dekat dengan adik Laksa itu.

Namun untuk saat ini, ada hal lain yang harus ia urus. Asha segera menghubungi Neo dengan ponselnya. Kakaknya yang juga asisten Remy itu bertugas untuk mengurus hal-hal seperti ini. Terutama, mencari informasi tentang apa pun yang terjadi di sekitar Remy dan orang-orang terdekatnya.

Begitu Neo mengangkat teleponnya, pria itu langsung berkata, "Aku tahu apa yang harus aku lakuin. Aku tadi lihat sekretaris Laksa buru-buru pergi dan sekarang Laksa juga kelihatan buru-buru. Aku akan nyari tahu apa yang sebenarnya terjadi."

"Makasih," ucap Asha.

"Aku ngelakuin ini bukan buat Laksa. Jadi, jangan ngucapin hal-hal kayak gitu tiap ada masalah kayak gini." Neo lantas menutup telepon.

Asha meringis kecil sembari menurunkan ponsel dari telinganya. Ia tahu Neo tidak menyukai Laksa. Tidak. Kakaknya itu bahkan sangat membenci Laksa. Meski begitu, dia tetap melakukan hal seperti ini untuk membantu Laksa. Meski dia selalu beralasan itu adalah tugasnya sebagai asisten Remy, di mana dia harus mengawasi orang-orang terdekat Remy.

Namun, bahkan meski dia bukan asisten Remy, Asha yakin dia tetap akan membantu Laksa. Karena tak peduli seberapa besar pun kebencian Neo untuk Laksa, itu tak akan mengubah kenyataan bahwa Laksa adalah bagian dari hidup mereka.

Pun, tak peduli bagaimanapun Asha mencoba melupakannya atau menghindarinya, itu tak mengubah posisi Laksa dalam hidupnya. Pria itu, masih dan selalu, menjadi bagian dari hidupnya. Betapa menyedihkannya.

***

A Cold MarriageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang