8. Pasang Surut Air Laut

126 14 8
                                    

Saya begadang demi kalian:)

Nb: Bakalan banyak narasi di bagian Rayyan. Semoga kalian gak bosan dan mau memahami setiap lekuk tulisan. Guys! Perlu kalian ketahui bahwa narasi juga berperan penting dalam naskah sebagai upaya penghidupan suasana, jadi, tolong dibaca benar-benar, ya!

Bantu tandai typo.

Selamat membaca★
(Vote dan komennya mana?)

★Selamat membaca★(Vote dan komennya mana?)

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"This world isn't that good."

(⁠。⁠ŏ⁠﹏⁠ŏ⁠)

Mada merasa kesal sebab pertemuannya dengan oma harus tertunda. Alasan Albadi tidak bisa semobil dengan Yuki yakni ada kepentingan mendesak di luar kota yang mengharuskannya tiba segera. Padahal jalur mereka searah, Albadi bisa saja masuk ke dalam gang sebentar, atau menelepon sopir pribadi yang mungkin sedang bersantai. Untuk apa tidak dipekerjakan jika sudah dibayar? Tapi lagi-lagi Mada yang harus menjadi tumbal atas keegoisan mereka, sehingga ceracauan samar terus terlontar sejak awal keluar dari kawasan rumah bergaya mediterania.

Jemari Mada mencengkram stir kuat-kuat sebelum memantapkan tekad. "Sorry, I can't."

Kedua mata Yuki membesar. Jelas saja pengakuan Mada menusuk sampai ke relung perasaan. Membuat jiwanya yang sempat melayang-layang jadi harus jatuh menghantam permukaan. Pun afirmasi yang dipertahankan tumbang menyiptakan dentuman besar. Kini, ia benar-benar tersadar dari angan-angan panjang.

"I was forced, Da. Gue juga gak bisa ngebantah," cicitnya tanpa memandang wajah lawan bicara.

"Kalau dua-duanya gak bisa, then it won't happen. But why are you doing nothing?" Mada masih menuntut kesalahan Yuki yang mengakibatkan urusan ini masuk ke jenjang lebih serius.

Yuki menggigit bibir dalamnya, merasa sesak tiba-tiba. "Ayah gue bakal marah kalau gue nolak."

"Marahnya mungkin cuma sebentar, beda cerita kalau kita nikah tanpa ada perasaan," desak Mada yang sudah muak dan lelah. "I can't get married young. I can't marry you."

Yuki langsung memalingkan wajah. Dirinya bagai dibidik seribu peluru sampai nyaris lumpuh. Kalimat Mada, ekspresi Mada, serta sikap Mada tak lagi sama dengan apa yang ia lihat di sekolah. Perangai ramah pujaan banyak gadis itu seketika sirna. Yuki seperti berhadapan dengan lain jiwa, atau malah hatinya yang salah sebab telah menetap pada Mada?

Situasi ini mengingatkannya kepada Rayyan. Di mana Yuki harus menyerah bahkan sebelum berjuang. Lelaki itu terus mencecar agar Yuki mengaku pada semua orang bahwa dirinya hanya sekadar menganggap Rayyan sebagai kakak. Hal paling menyakitkan yang sampai sekarang masih Yuki rasakan. Mengalah demi melihat sahabatnya bahagia bersama orang yang ia cinta.

Samudra untuk Muara [Sequel MUA-RAY]Where stories live. Discover now