12. Kisah Tragis Matematika

134 12 2
                                    

★Selamat Membaca★

(Mana nih vote dan komennya?)

(Mana nih vote dan komennya?)

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"I can't love anyone else. I only love you."

(⁠◍⁠•⁠ᴗ⁠•⁠◍⁠)

Diba menarik kedua lutut guna meringkuk. Di lorong kelas menuju pekarangan belakang, ia tinggal sendirian. Rambutnya kusut tak berbentuk. Wajahnya lusuh dilengkapi mata sembab yang masih mengeluarkan cairan bening. Ia telah salah mengambil jalan. Rupanya menuruti perintah Rayyan untuk tidak pergi ke sekolah ada baiknya. Kondisinya semakin bertambah parah.

Memang tidak ada yang menghujatnya. Teman-teman dan para guru pun terpantau belum mengetahui kejadian itu. Mengingat betapa susah payah Fajar membungkam berbagai media. Tetapi tetap saja, ancaman-ancaman verbal yang Sadam berikan membuat pikirannya dikuasai kesuraman.

From: +62823××××××××
Gue mau lagi.
Gue tunggu di depan sekolah.
Kok blm dateng jg?
Lo di mana?
Mau gue jemput atau menyerahkan diri sendiri?

To: +62823××××××××
STOP GANGGU GUE!

You blocked this contact. Tap to unblock.

From: +62897××××××××
Gue punya seribu macam cara, dan ingat, gue udah melihat lo di sana.
Gue akan selalu menjadikan lo pemuas sebelum kakak lo yang sok jagoan itu berhenti melindungi adek gue, dan menyuruh polisi untuk berhenti melacak posisi gue.

Sekilas pesan masuk yang berhasil menyeret Diba ke sini. Jujur saja ia tidak berani melangkah lagi. Ia takut, sangat takut jika harus bertemu dengan laki-laki itu kembali. Sakit yang lalu rasanya belum sembuh, pun bekasnya masih membiru. Kali ini yang bisa ia lakukan hanyalah berdoa agar ada suatu keajaiban yang bisa membawanya pulang.

"Dib."

Diba belum mengangkat kepala yang tenggelam di tumpuan lututnya.

"Kenapa bisa terjadi?"

Tubuh laki-laki itu turun guna menyamakan posisi mereka, kemudian menyentuh bahu Diba agar yang diajak bicara tersadar. Kedua sorot sendu yang bertautan saling menyiratkan rasa kecewa. Masih sama-sama mengharapkan jalan tengah.

"Hen ...? L-lo udah tahu?" Diba balik bertanya dengan volume kecil gemetaran, takut sekali ketahuan. Menyadari bahwa kalimatnya berbentuk retoris, hatinya kian terasa bak diiris-iris.

Hendry sempat terdiam menimbang jawaban, lalu mengangguk pelan.

"Lo udah tahu, Hen?" tanya Diba benar-benar memastikan seraya mengguncang kedua bahu sang mantan. Tangisnya pecah bersamaan. "Gue gak mau lo tahu, Hen! Gue gak mau ada satu orang pun yang tahu! Siapa yang ngasih tahu lo? Ha? Siapa, Hen?!"

Samudra untuk Muara [Sequel MUA-RAY]Where stories live. Discover now