10. Penjajahan Tidak Berkesudahan

154 11 0
                                    

★Selamat membaca★
(Beri vote dan komen!)

★Selamat membaca★(Beri vote dan komen!)

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"This must have been hard on you."

(⁠'⁠ε⁠`⁠ ⁠)

Rona dan Zura memutar arah menuju backstage, mengingat jangka waktu penampilan mereka semakin pendek. Berbeda dengan Helen yang memang tidak mengikuti berbagai macam ekstrakurikuler, gadis itu langsung diangkut oleh pacarnya, dibawa pergi entah ke mana.

"Daahhh! Hati-hati, Bestie ...."

"Cuih, munafik!"

Yuki menurunkan tangan sehabis melambai pada teman-teman, berlanjut melirik seseorang yang tengah terduduk manis di atas sofa seraya memandangi kelima kuku lentik.

"Wajar sih, gak punya teman. Makanya cuma bisa iri ngelihat kebahagiaan orang," ledek Yuki membuat kepala Inaya mendongak.

"Gak kebalik, Neng?" Gadis itu melambungkan pertanyaan, kemudian tersenyum hambar. "Our circle is broken because of you."

"Oh yeah? Didn't you start it?"

"No, Baby. You have forgotten the crimes of the past!" Inaya sudah terpancing. Mengingat kembali masa-masa di mana ia dibenci dan disingkirkan dari lingkup pertemanan mereka tanpa sebab. Sampai kini bahkan lukanya masih belum terobat. "You're an impostor!"

"Ah, get out of it. Gue lagi gak mau debat. Gue gak mau terlihat jahat di depan umum, juga tunangan gue," tutur Yuki sebelum memutar tubuh memasuki ruang rias teater.

"Bang Pasha sama Tirta bolos kuliah?"

Ufri, Barleen, Alfais dan Fai tercetak ke dalam indra penglihatan. Kompak membuat Yuki terkanjat. Keempatnya berbaris sejajar seakan menuntut jawaban. Sebagai pusat perhatian, Yuki sempat terpaku sejenak, lantas mengikis jarak mendekat.

"Biasalah, mereka mah dari masih di SMAPAM juga memang udah sering bolos mapel," sahut Yuki mengenang kelakuan kedua kakak kelasnya.

Pasha dan Tirta merupakan paket komplit menuju kesesatan. Berbeda sekali dengan Kalis-sang mantan ketua OSIS-yang juga merupakan bagian dari mereka. Dengar-dengar, tahun depan Kalis akan mengikuti program student exchange ke luar negeri. Tak main-main, ia berkesempatan untuk menuntut ilmu di salah satu universitas top global.

"Mentang-mentang anak dewan, jadi bertindak sok-sokan," dumalnya kemudian.

"But, Rayyan gak sampai segitunya." Barleen mulai membandingkan.

"Rayyan paham value dia," puji Ufri sembari senyum-senyum sendiri. Pipinya berubah merah merona. "Meskipun lingkungannya rada brengsek, tetap aja dia gak berani aneh-aneh, karena bakal langsung dijadiin bulan-bulanan Om Fajar. Manalagi dia seorang vokalis yang cukup terkenal. Penting banget menjaga citra diri di media sosial."

Samudra untuk Muara [Sequel MUA-RAY]Where stories live. Discover now