06

14K 892 10
                                    

Lagi lagi tak ada sautan, telinganya mulai menempel kembali ke permukaan pintu yang berbeda

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Lagi lagi tak ada sautan, telinganya mulai menempel kembali ke permukaan pintu yang berbeda. Ada, di dalam sana suara samar samar terdengar.

"Your body very seductive Rue."

" Satisfy me that you can do what must be done."

"Apa yang anda lakukan sir?!." Teriaknya.

Pria di dalam terdengar terkekeh dan mengeram rendah. "Aku akan menaikan nilaimu jika kau memuaskan ku, kau sangat cantik Ruella."

"Don't touch me!!." Suaranya terdengar bergetar.

"HEYY!! APA YANG KAU LAKUKAN!." Jantungnya bergemuruh, apakah lelaki di dalam salah mengenalinya. Dia jelas di luar sini lalu siapa perempuan yang akan di lecehkan di dalam sana.

Brakkk brakk brakk. Sebisa mungki Ruella mendobrak pintu berwarna abu abu di hadapannya.

"Hah Sialan!."

"Bajingan buka pintunya!."

Rue kembali menempelkan telinganya.

Plakk..

"Gadis sialan, kau selalu tersenyum saat aku mengajar tapi sekarang kenapa kau tidak mau tidur denganku?!."

Ah ini gila hati Ruella merasa tersayat saat mendengar tangisan gadis di dalam sana yang meraung meminta pertolongan.

"BUKAA!!heyy heyy tenang saja. Apakah kau mendengarku?aku akan menolong mu jadi jangan panik."

Tidak ada sautan dari dalam sana, gadis di dalam masih menangis sesenggukan.

Kakinya menendang pintu dengan frustasi. "Fuck! hah apakah ruangan ini kedap suara. Mengapa mereka tidak mendengarkan ku sama sekali."

"Tapi suara di dalam terdengar sangat jelas."

BRUAKK brak brak brak.

"Tolong, tolong aku."

"Hahaha kau mau meminta tolong siapa?!semua orang sudah pulang jam segini!."

Srekk

Suara koyakan baju membangkitkan sisi lain dari tubuh Ruella, reaksinya terlalu berlebihan. Tanganya mendobrak kencang pintu hingga menimbulkan beberapa luka.

Anehnya saat Ruella menyerah pintu terbuka lebar, tepat di dalam sana. Gadis dengan pakaian sekolah menengah pertama berlumuran dengan darah, tangannya mengenggam erat bolpoin miliknya, saat menoleh ke arah kanannya seorang lelaki tampan yang menurutnya masih sangat muda dan wajahnya tidak asing, ia jelas ingat lelaki ini adalah sosok lelaki yang di tabraknya di lorong perusahaan.

Namun hanya saja wajahnya lebih muda dan mengandung emosi yang sangat keruh. Tangannya berlumuran darah.

Mata Ruella membelak saat mengamati gadis yang pingsan di pelukan sosok lelaki tadi dan itu adalah sosok dirinya dua belas tahun yang lalu. Tanganya bergetar, matanya memandang ke sekeliling ruangan. Sosok muda dari pria yang di tabraknya menangis pilu sembari memeluk tubuhnya yang pingsan.

Antagonist Second LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang