09

10K 810 14
                                    

"Ternyata anak lelaki penuh darah ini, adalah seorang pangeran dari kerajaan yang ku impikan

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Ternyata anak lelaki penuh darah ini, adalah seorang pangeran dari kerajaan yang ku impikan. Langsung saja ku hantarkan dia pulang."

Kepalanya menunduk memijat pelipis dengan pelan, lalu mulai menatap Ruella kembali.

"Tak pernah terlintas dalam pikiranku, seberat apa kehidupan yang di jalani anak lelaki yang sedang ku genggam tangannya."

"Kau tahu Rue? ketika aku tiba di depan mansionya, pintunya terbuka lebar. Lantainya penuh dengan genangan darah. Di sana wajahku memucat, sebisa mungkin ku tanyai Archie."

"Badannya bergetar ketakutan enggan masuk ke dalam mansion berdarah miliknya, malam itu aku memberanikan diri untuk melihat ke dalam dan meninggalkan Archie kecil di depan halaman. Bau anyir langsung saja memasuki indra penciumanku, rasanya aku saat itu ingin memutahkan segala alkohol di perutku. Tapi rasa rasanya sangat tidak sopan jika aku mengotori mansion itu."

Emma terpejam dengan erat, tangannya meremas baju yang ia kenakan. "Semuanya mati, mulai dari pelayan hingga kepala keluarganya, badan dan kepalanya terpisah. Semuanya tergenang dalam darah, kurasa hanya Archie yang selamat saat itu."

"Dengan keberanian yang masih tersisa aku mulai mengubungi kepolisian terdekat dan ya mereka tentu saja langsung berdatangan karena panggilan dan laporan dari ku."

"Apakah mereka menatapmu aneh dan curiga?." Tanya Ruella.

Kepalanya menggeleng. "Tidak, karena Archie mendekapku dengan sangat erat, meskipun enggan menceritakan apapun. Tetapi cctv yang berada di mansion Archie merekam seluruh kejadiannya."

"Penjahatnya di tangkap?!." Tebaknya dengan semangat.

"Tidak."

"Yang aneh pada hari itu, semua cctv tidak mengarah ke wajah pembunuh. Melainkan mengarahkan tepat ke raut wajah ketakutan seluruh keluarga Archie yang terbantai. Bahkan di dalam rekaman seluruh Hesperos melakukan perlawanan dengan senjata tajam juga, tapi tetap saja berhasil di lumpuhkan."

Ruella mengerinyit bingung. "Bukankah aneh? mereka adalah pemasok senjata api terbesar di negeri ini. Tapi mengapa mereka bisa di kalahkan oleh orang amatiran?."

Menggeleng tegas, Emma tidak menyetujui ucapan Ruella. "Bukannn... bukan, kau salah dalam hal ini. Pembunuhnya bukan amatir, ia sudah sangat handal dalam melakukan hal ini." Ucapnya dengan misterius.

Pengakuan dari Emma membuat hati Rue berdenyut nyeri, rasa rasanya ia membayangkan bagaimana reaksi dan perasaan Archie saat menyaksikan keluarganya dan seluruh pelayan dan penjaga di mansion miliknya di bantai habis habisan, lalu bagaimana hari hari yang di jalani Archie saat tinggal di tempat pembunuhan keluarganya.

"Apakah Seann pindah ke tempat lain?." Hatinya berharap agar Emma menjawab dengan kata ya, jika tidak mungkin hatinya akan bertambah nyeri.

"Tidak, dia menghabiskan masa pertumbuhannya di dalam kastil yang di bangun oleh kakeknya." Selorohnya.

Antagonist Second LifeWhere stories live. Discover now