Bertemu

30 6 0
                                    

"Che, Lo nggak mau sebangku sama Gue? kesepian nih Gue." Dimas berbicara ngasal pada Chesa saat makan di kantin bersama Mala, Rara, dan Tamara. Mereka berempat makan bersama di kantin pada saat jam istirahat. Sengaja ingin menemani Chesa agar tidak sendirian.

"Enakan sendirian Dim." Chesa mengunyah bakso di mulutnya. "Gue bisa selonjoran, karena ada bangku nganggur di sebelah Gue."

"Oh.. Ya udah." Dimas kembali menyantap semangat mi ayamnya yang masih hangat.

"Tenang Che jangan sedih. Kalo ada masalah cerita ke kita. Kita bakalan bantu Lo sebisanya." Tamara menatap Chesa. Ia tersenyum manis pada Chesa.

"Iya Tam, makasih ya. Kalian semua baik banget. Gue bersyukur punya teman yang baik kayak kalian," ucap Chesa terharu.

"Iya santai aja udah." Tamara tertawa pelan, agar suasana tidak monoton.

"Sip." Dimas mengacungkan jempolnya setuju dengan perkataan Tamara. "Nanti pulang sekolah mau bareng Gue Tam?"

"Gue udah ada yang jemput," balas Tamara.

"Jangan di tolak Tam. Dimas lagi PDKT (pendekatan) itu," ucap Mala menggoda Dimas dan Tamara.

"Apaan sih La." Tamara tersipu malu.

"Kalo beneran jadian juga gapapa kok, Tam." Dimas menatap Tamara yang sedang salting.

"Cieee... "

Chesa, Mala dan Rara bersorak heboh sampai mereka berlima menjadi pusat perhatian murid yang ada di kantin itu.

"Udah. Malu Gue dilihatin banyak orang." Pipi Tamara merah tersipu malu.

Dimas yang melihat Tamara salting, tertawa pelan. Menurut Dimas, Tamara tambah lebih imut jika pipinya kemerahan seperti tomat.

***
Harum wangi bunga semerbak menyapa indra penciuman Chesa. Ada banyak sekali jenis bunga segar disini. Chesa sedang berada di sebuah toko bunga yang tidak jauh dari rumahnya. Chesa ingin membeli beberapa tangkai bunga daisy untuk dirinya sendiri. Chesa sangat suka bunga. Karena kebetulan ini Hari Minggu. Ia memutuskan pergi ke toko bunga.

"Bagus banget bunganya." Chesa mencium bunga daisy yang sangat cantik itu.

Sumber foto : Channel E Indonesia

Ups! Tento obrázek porušuje naše pokyny k obsahu. Před publikováním ho, prosím, buď odstraň, nebo nahraď jiným.

Sumber foto : Channel E Indonesia

Setelah membeli bunga, Chesa kembali pulang ke rumahnya. Ia berjalan sambil terus mencium harum bunga itu saking harumnya. Pandangannya pun tertutup sedikit hingga dirinya tidak fokus melihat jalan.

Bruk...

Chesa menabrak orang hingga bunga daisy yang di bawanya jatuh di trotoar. Chesa melihat ke depan. Seorang laki-laki berkacamata dengan kemeja putih yang kotor. Terdapat bekas tumpahan es krim coklat di bajunya. Es krim itu tumpah di kemeja laki-laki itu, karena Chesa menabraknya. Chesa merasa sangat bersalah.

"Kak maaf ya," ucap Chesa takut.

"Ya, gapapa." Laki-laki itu meneruskan langkahnya untuk menyebrang jalan.

Dengan cepat Chesa mencegahnya untuk pergi. "Kak tunggu."

Laki-laki berkacamata itu berbalik dan menetap Chesa datar. Chesa yang di tatap seperti itu langsung nyalinya menciut.

"M-mau kemana Kak?" Chesa melontarkan pertanyaan itu tanpa sadar, karna saking gugupnya.

"Makam."

"Eh, sebentar Kak." Chesa mengambil bunga daisy yang baru saja jatuh dari trotoar. Ia mengusap pelan bunga itu dan meniupnya agar tidak kotor. "Ini Kak bunganya buat Kakak. Sebagai ganti permintaan maaf,  walaupun tidak seberapa harganya. Aku harap ini bisa di taruh di makamnya saudara kerabat Kakak." Chesa menyerahkan bunganya pada laki-laki itu.

"Makasih." Laki-laki itu menerima bunga dari Chesa, lalu melengkungkan bibirnya tersenyum pada Chesa. Setelah menerima bunga dari Chesa, laki-laki itu menyebrang jalan dan menaiki mobilnya yang terparkir di seberang jalan.

Chesa masih setia mengamati laki-laki itu. Hingga mobil laki-laki itu melaju dan menghilang dari pandangannya.

"Maka nikmat Tuhan Kamu yang manakah yang Kamu dustakan?" Chesa berdecak kagum.

***
Seperti biasa Chesa menjalani sekolahnya dengan sangat tenang dan santai. Bahkan setelah putus dari Angga. Ia tidak menunjukkan kesedihan sekalipun setelah kejadian itu. Chesa lebih menyibukkan dirinya dengan hal-hal yang di sukainya. Seperti membaca novel, menulis, dan pergi jalan-jalan. Seperti pada pagi ini. Di kelas Chesa sibuk membolak-balikan halaman novel yang dibacanya. Hingga bel masuk kelas jam pertama berbunyi, Chesa masih membaca novel. Ia akan berhenti membaca novel ketika guru datang.

"Selamat pagi anak-anak." Bu Mawar memasuki kelas 10-2.

"Selamat pagi Bu," jawab semua murid kompak termasuk Chesa.

Chesa menutup novelnya. Ia menghadap ke belakang mengambil buku tulis di tasnya. Kemudian kembali menghadap ke depan ke arah Bu Mawar.

"Hari ini tidak ada jam pelajarannya Ibu, tapi Ibu kemari ingin memperkenalkan kalian pada teman baru," ucap Bu Mawar senang.

"Siapa itu Bu?" tanya Dimas penasaran. Begitu juga semua orang yang ada di kelas itu sama-sama penasaran.

"Silahkan Nak, masuk." Perintah Bu Mawar pada siswa baru yang masih di luar kelas.

Seorang siswa laki-laki dengan tubuh tinggi tegap, kulit sawo matang, hidung mancung dan berkacamata. Memasuki kelas 10-2. Chesa merasa deja vu (pernah melihat) saat melihat laki-laki berkacamata itu.

"Silahkan Nak, perkenalkan dirimu." Perintah Bu Mawar.

"Baik. Terima kasih Bu. Perkenalkan nama Saya Brian Virgo Alvredo. Biasa di panggil Brian." Brian memperkenalkan dirinya dengan sopan. Banyak siswi perempuan yang terpesona akan ketampanan seorang Brian. Bahkan ada yang sampai melongo, yaitu Chesa.

Mata Chesa dan Brian bertemu. Mereka saling pandang cukup lama. Chesa tersenyum manis pada Brian. Namun Brian hanya menunjukkannya ekspresi datarnya.

"Baik Brian. Silahkan duduk di tempat yang masih kosong," ucap Bu Mawar.

"Baik Bu, terima kasih." Brian menuju bangku belakang yang tidak ada penghuninya yaitu tempat Dimas duduk. Brian duduk di samping Dimas dan meletakkan tasnya di bangku itu.

"Kenalin Bro nama Gue Dimas." Dimas mengulurkan tangan pada Brian.

Brian menjabat tangan Dimas. "Brian."

"Udah biasa ngomong irit ya?" tanya Dimas.

"Hm." Brian melepaskan jabatan tangannya dari Dimas. Kemudian Ia menghadap ke depan. Memperhatikan guru yang baru saja datang setelah Bu Mawar.

Chesa dari arah pojok masih memperhatikan Brian yang berjarak satu meja di sampingnya. Dirinya tak menyangka jika laki-laki yang Ia tabrak dua minggu kemarin, akan menjadi teman sekelasnya.

"Brian. Nama yang bagus dan tampan," batin Chesa dalam hati.

##############################
Aku kasih pagar
Jangan lupa vote, komen, dan share

Terima kasih❤
Love you and see you soon❤

B and CKde žijí příběhy. Začni objevovat