Kesempatan

15 5 0
                                    

Chesa mengetuk pintu depan rumah Brian. Tidak ada yang membuka pintu. Chesa mengetuk pintu sekali lagi.

"Krittt..." bunyi suara pintu terbuka.

"Apa?" Pintu terbuka dan menampilkan sosok tampan Brian.

"BRIAN! HEH GUE BELUM SIAP-SIAP YA!" teriak Chesa heboh sekaligus salting.

Brian hanya diam tidak membalas teriakan Chesa.

"Lo itu kalo keluar rumah pakai baju dulu." Mata Chesa tidak berani menatap Brian. Ia tidak bisa fokus, karena habis melihat perut kotak-kotak Brian yang terlihat kekar.

"Olahraga," balas Brian datar.

"Ya, udah deh. Nih kue coklat buatan Aku sama Bunda." Chesa menyerahkan potongan kue cokelat di kantong plastik itu pada Brian.

"Makasih." Brian menerima kue cokelat dari Chesa. Kemudian melangkah masuk ke rumah dan hendak menutup pintu.

"Stop." Chesa menahan Brian untuk tidak menutup pintu. "Boleh main ke rumah Brian nggak?"

"Nggak," tolak Brian.

"Sebentar aja. Nggak ngapa-ngapain kok. Boleh ya?" Chesa mengedipkan kedua matanya merayu Brian agar di izinkan masuk rumahnya.

"Nggak," ucap Brian sekali lagi.

Chesa cemberut. "Ya udah deh. Itu kue cokelatnya di makan. Awas aja nggak di makan. Nanti Chesa marah!" Chesa pergi meninggalkan Brian yang mematung di pintu.

Tanpa di sadari oleh Chesa. Brian tersenyum tipis melihat tingkah laku Chesa yang menurutnya sedikit gemas.

Saat keluar dari pintu gerbang rumah Brian. Chesa bertemu wanita paruh baya yang menenteng tas belanjaannya. Wanita itu tersenyum pada Chesa.

"Temannya Brian ya?" tanya wanita paruh baya itu ramah.

"Benar Bu." Chesa bersalaman dan mencium tangan wanita itu.

"Saya Mamahnya Brian. Nama Saya Dinda," ucap wanita itu memperkenalkan dirinya.

"Nama Saya Chesa Bu. Tadi habis nganterin kue cokelat buatanku sama Bunda Saya." Chesa tersenyum manis.

"Kamu anaknya Bu Salma, Nak? cantik sekali." Bu Dinda mencubit pelan pipi Chesa, karena gemas jika Chesa tersenyum.

Chesa mengangguk sebagai tanda meng-iyakan pertanyaan dari Bu Dinda. "Saya pamit pulang dulu ya, Bu."

"Kok buru-buru. Sudah ngobrol-ngobrol sama Brian tadi kamu Nak?" tanya Bu Dinda.

Tiba-tiba saja Chesa punya ide. Dia bisa saja ngobrol, bahkan berada di dekat Brian lewat jalur ibunya Brian. "Eh... Tadi Saya di usir Brian, Tante." Chesa membuat ekspresi wajahnya semelas mungkin agar terlihat sedih.

"Lho, gimana sih Brian itu. Ada temannya main kok di usir." Bu Dinda terlihat sedikit kesal. "Harap maklum ya, Nak Chesa. Brian orangnya memang cuek kalo sama orang lain. Kecuali keluarganya sendiri."

"Gapapa Bu, kalo begitu Chesa pamit pulang dulu ya," ucap Chesa.

"Tunggu dulu." Bu Dinda menghentikan langkah Chesa. "Ayo main ke rumah tante dulu ya." Bu Dinda menggandeng tangan Chesa. Mengajaknya masuk ke dalam rumahnya.

"Yes!" Chesa bersorak kegirangan dalam hati. Dirinya tak bisa menyembunyikan senyum manis di wajahnya.

Bu Dinda menggandeng tangan Chesa untuk masuk kembali ke rumahnya. Chesa seneng sekali. Dirinya bisa mengenal akrab keluarganya Brian.

"Silahkan masuk." Bu Dinda membuka pintu depan rumahnya dan mempersilahkan Chesa masuk.

"Terima kasih banyak Bu." Chesa tersenyum sumringah saking senangnya.

Bu Dinda menutup pintu depan rumahnya. Dirangkulnya pundak Chesa. Ia mengajak Chesa menuju dapur. "Pembantu rumah lagi libur pulang kampung. Jadi, Saya sendiri yang beli belanjaan hari ini."

"Kalo di rumah Chesa tidak ada pembantunya Bu. Adanya hanya pak supir, karena Bundaku suka mengurus rumah sendirian," ujar Chesa.

"Wah... Bagus sekali itu. Kalo Saya tidak bisa, karena sering pergi ke luar kota menemani papahnya Brian kerja." Bu Dinda meletakkan belanjaan sayur di meja yang ada di dapurnya. Lalu Bu Dinda mengeluarkan camilan dan jus jambu. "Ayo kita ke ruang keluarga. Brian suka sekali di sana nonton TV."

"Iya Bu." Chesa mengikuti langkah Bu Dinda. Hingga mereka sampai di ruang keluarga.

"Brian ada temanmu nih," ucap Bu Dinda. Ia menaruh nampan yang berisi camilan dan jus jambu itu di meja depan Brian.

"Ngapain, Lo ke sini?"

"Huss... Gak boleh ngomong seperti itu. Tidak sopan." Bu Dinda memperingati Brian. "Ayo Chesa, silahkan duduk."

Chesa menuruti perintah Bu Dinda. Dirinya duduk di kursi yang berbeda dengan Brian. Sebenarnya Chesa ingin duduk di samping Brian, karena Brian duduk di kursi yang panjang. Akan tetapi Chesa tahu. Jika Brian nanti pasti akan menyuruhnya pindah tempat duduk.

"Brian ngobrol-ngobrol dulu sama Chesa. Mamah mau ke dapur masak dulu," pamit Bu Dinda. Kemudian Ia pergi ke dapur.

Brian hanya diam saja. Menikmati acara TV sepak bola yang sedang ditontonnya. Begitu juga Chesa. Ia hanya diam mencoba memikirkan topik untuk memulai percakapan.

"Brian." Chesa membuka suara.

"Hm," balas Brian datar.

"Brian."

"Hm."

"Brian."

"Apa?" Balas Brian sedikit meninggikan nada bicaranya, karena kesal di panggil oleh Chesa terus.

"K-kue dari Aku tadi enak nggak menurut B-brian?" tanya Chesa sedikit gugup.

"Hm."

"Kamu ngefans sama Nisa Sabyan ya? dari tadi jawabannya hm, hm, hm terus," tanya Chesa random.

Brian tak menanggapi ucapan Chesa yang menurutnya ngalor-ngidul. Pandangan matanya fokus menonton acara TV sepak bola favoritnya.

"Brian! Aku pengen nonton kartun." Chesa meraih remot di atas meja.

"Sana nonton di rumah, Lo sendiri." Brian merampas remot TV dari tangan Chesa. Sebelum Chesa mengubah saluran TV.

"Maunya nonton sama Brian." Chesa mencoba merebut kembali remot TV itu. Namun dengan cepat Brian berdiri dan mengangkat satu tangannya ke atas sambil memegang remot.

Chesa yang tingginya hanya sebatas dada Brian itu. Ia berjinjit untuk mendapatkan remot itu. "Sini remotnya. Chesa mau nonton kartun!"

"Coba aja kalo bisa," tantang Brian. Kakinya ikut berjinjit agar Chesa tidak bisa meraih remot di tangannya.

Chesa melompat-lompat berusaha meraih remot di tangan Brian. "Chesa nggak akan menyerah gitu aja Ian!" Mencoba meraih remot di tangan Brian, Chesa terus berjinjit dan melompat.

Brian naik ke atas sofa. Agar lebih tinggi dari jangkauan Chesa. Sementara Chesa. Ia tidak tinggal diam. Chesa ikut naik ke atas sofa. Kemudian kembali berjinjit agar bisa meraih remot di tangan Brian yang tinggi itu.

"Aku bisa! Aku bisa!" Chesa menyemangati dirinya sendiri.

"Brakk..." Hingga salah satu kakinya terperosok ke bawah menyebabkan Chesa jatuh dan kepalanya bagian belakang terbentur ujung meja kaca yang berada di tengah sofa itu.

###############################
Terima kasih Aku ucapkan kepada para pembaca setia. Teman-temanku semuanya yang baik hati sekali🙏❤

Terima kasih atas apresiasi kepada karyaku sudah membaca, vote, komen, dan share. Aku sangat bersyukur sekali😊🙏

Semoga karyaku bisa lebih baik lagi kedepannya. Terima kasih teman-teman semua sudah mengapresiasi karyaku. Aku berdoa semoga kalian sehat selalu dan sukses Aamiin ❤🙏

Sampai jumpa di part selanjutnya ❤.

B and CWhere stories live. Discover now