Minta Maaf

17 4 0
                                    

"Aku bisa! Aku bisa!" Chesa menyemangati dirinya sendiri.

"Brakk..." Hingga salah satu kakinya terperosok ke bawah menyebabkan Chesa jatuh dan kepalanya bagian belakang terbentur ujung meja kaca yang berada di tengah sofa itu.

"Hiks... Hiks... Hiks Bunda kepala Chesa sakit. Hiks... " Chesa merintih merasakan sakit di kepalanya.

"Ada apa ini?" Bu Dinda datang menghampiri Brian dan Chesa, karena sedikit mendengar keributan di ruang keluarga.

Brian turun dari sofa dengan muka panik, karena melihat kepala Chesa bagian belakang mengeluarkan darah. Brian mengambil tisu di atas meja kaca itu. Dan menempelkannya pada kepala belakang Chesa yang berdarah, agar tidak banyak darah yang keluar.

"Itu kepalanya Chesa bisa berdarah kenapa?" Bu Dinda dengan muka panik segera menghampiri Chesa.

"Maaf ini salah Brian," ucap Brian tertunduk bersalah sambil memegangi tisu di kepala belakang Chesa. Mencegah agar tidak banyak darah yang keluar.

"Chesa gapapa?" Bu Dinda mengusap pundak Chesa dengan lembut.

"Pusing," jawab Chesa lemas.

Bu Dinda menatap Brian yang kini tengah menatapnya juga. "Ayo kita bawa Chesa ke rumah sakit."

"Eh, nggak usah Bu. Chesa tidak apa-apa," ucap Chesa sedikit lemas.

"Kepala Kamu berdarah Nak. Ibu takut jika terjadi sesuatu di kepalamu." Bu Dinda tetap bersikukuh agar Chesa di bawa ke rumah sakit.

"Tapi eh..."

Brian mengangkat tubuh Chesa. Di gendongnya tubuh mungil Chesa. Chesa diam tak bersuara. Dirinya menatap fokus ke arah Brian yang sedang menggendongnya. Hingga Chesa pun senyum-senyum sendiri. Luka benturan di kepala belakangnya seakan sudah tidak terasa sakit lagi.

Sesampainya di bagasi rumah, Bu Dinda cepat-cepat membuka pintu mobil agar Chesa segera masuk ke dalam mobil miliknya. Setelah Chesa masuk di dalam mobil, Bu Dinda masuk di kursi samping Chesa di kursi penumpang. Untuk menemani Chesa dan memegangi kepala belakang Chesa menggunakan tisu. Agar darahnya tidak keluar banyak, karena darah dari kepala belakang Chesa belum berhenti keluar. Sehingga membuat Bu Dinda khawatir.

"Ayo, cepat ke rumah sakit," perintah Bu Dinda kepada Brian.

Brian menuruti perintah Mamahnya. Ia menyetir mobil dengan kecepatan di atas rata-rata alias ngebut banget. Karena jarak rumah Brian ke rumah sakit hanya 2 km. Tidak butuh waktu lama untuk sampai ke rumah sakit.

Sesampainya di rumah sakit, Chesa merasakan kepalanya semakin pusing. Hal itu mengakibatkan Chesa kehilangan keseimbangan tubuhnya saat turun dari mobil. Hingga membuatnya terjatuh ketika baru turun dari mobil.

"Chesa!" teriak Bu Dinda panik. Ia membantu Chesa berdiri. Chesa masih bisa berdiri meskipun seperti orang linglung.

Brian menggendong Chesa. Agar tidak terjatuh lagi. Brian membawa Chesa masuk ke rumah sakit. Diikuti Bu Dinda dari belakang.

"Ada yang bisa dibantu?" tanya Pak satpam rumah sakit dengan ramah.

"Ini Pak, kepalanya berdarah. Harus di bawa ke ruang mana ya?" tanya Bu Dinda.

"Mari Bu, Saya antar." Pak satpam mengantar mereka ke ruang dokter.

Sesampainya di ruang dokter, Brian segera membawa masuk Chesa ke dalam ruangan bercat putih itu.

"Terima kasih ya Pak, sudah di antar," ucap Bu Dinda kepada Pak satpam.

"Sama-sama Bu," balas Pak satpam itu. Kemudian dia kembali ke depan pintu rumah sakit lagi.

B and CWhere stories live. Discover now