70. Firasat

564 69 17
                                    

Siang itu terasa lebih panas dibanding biasanya. Meski begitu Biyu tetap pulas dalam tidurnya, sementara Yura kebingungan sendiri karena tidak tahu harus berbuat apa. Dua sahabatnya absen datang hingga suasana terasa sepi dan menjemukan.

Ia melirik Biyu yang masih lelap dalam box yang dibelikan Karen beberapa waktu lalu. Sepertinya dia masih akan lama tidur. Lalu, ide itu terlintas begitu saja dan tak bisa ditahan.

Beberapa detik setelahnya, ia sudah mengendap-endap di balik dinding office bengkel untuk mencuri lihat suaminya yang sedang bekerja. Ia percaya Robi tak akan berbuat macam-macam. Hanya ingin melihat saja.

Matanya mengedarkan ke sekeliling area servis bengkel, mencari-cari sosok pujaan hati. Rasanya sedikit kecewa ketika tak jua menemukan apa yang ia cari. Mungkin, Robi sedang bertugas di luar, batinnya.

Kemudian, dari arah luar muncul sosok gagah itu. Di tangannya ada dongkrak dan peralatan lain yang Yura tak tahu namanya. Dia melangkah tegap memasuki pelataran bengkel dengan peluh menetes di dahi. Wajahnya nampak jutek dan tak ramah seperti biasa, tetapi itulah kharisma Robi.

Yura pun terkekeh sendiri kala sebait lirik lagu tiba-tiba berputar di kepalanya, "Dia tak tampan tak juga rupawan. Dia tak juga bergelimang harta ...." ia diam sejenak menolak lirik lanjutannya, kemudian memikirkan kalimat yang tepat untuk menggantikan lirik itu. "Tetapi mengapa gayanya bikin mabuk kepayang."

Hingga detik itu, Yura masih sulit percaya bahwa sosok memesona itu adalah suaminya. Dan rasanya pun masih sulit percaya bahwa dirinya adalah wanita pertama yang dicintai oleh Robi. Huh! Dalam hatinya sangat yakin, selain Dela pastinya masih banyak cewek-cewek di kampung yang dulu juga menggilai suaminya. Yah, mungkin hanya yang matanya error saja yang tak akan bisa mihat semua kelebihan suaminya itu. Ohh, tapi apakah dirinya lebih suka bila Robi menjadi pusat perhatian banyak wanita?

Big no! Robi hanya miliknya dan hanya dirinya yang boleh menikmati semua kegantengan suaminya itu.

Yura sudah hampir berbalik ke kamar untuk menengok Biyu ketika matanya menangkap pemandangan tak menyenangkan di seberang sana. Ada beberapa wanita yang mencuri pandanga ke arah suaminya. Bahkan, ada dua wanita yang saling berbisik sembari menunjuk-nunjuk ke arah suaminya. Ohh God! Ia tak pernah merasa khawatir Robi bekerja di bengkel itu karena semua karyawannya laki-laki, tetapi ia melupakan para customer bengkel yang bisa saja berasal dari jenis yang beragam.

Dan sialnya, ada satu sosok di sudut ruang tunggu yang berkulit putih bersih, tampan, dengan tubuh proporsional yang juga terus melirik-lirik suaminya. Dia terus bergerak-gerak gelisah di bangkunya. Tidak! Yura menjerit dalam hati. Mempertahankan suaminya dari kaum hawa saja sudah sulit, please, kaum lainnya jangan ikutan menggilai suaminya juga!!!

Sosok putih bersih nan tampan itu berdiri, menghampiri Robi yang sedang mencuci tangan di wastafel. Yura tak tahu apa yang diminta pria tampan itu, tetapi hatinya terasa mendidih ketika tangan pria itu memegang lengan Robi ketika berbicara. Sepertinya Robi tak menyadari keanehan itu karena dia menanggapi pria tampan itu dengan sikap kurang ramahnya seperti biasa.

Tanpa sadar, Yura sudah berjalan cepat mendekati Robi dan berhenti ketika tinggal sisa dua langkah di belakang Robi. Rupanya pria tampan itu meminta tolong Robi untuk mendahulukan mobilnya karena sedang ada keperluan dengan imbalan yang cukup besar, tetapi seperti biasa, Robi tak pernah bisa dirayu oleh materi dan sejenisnya.

Cara pria tampan itu menatap suaminya yang membuat tubuh Yura gemetar. Jangan pernah mengincar suamiku untuk itu! jeritnya dalam hati.

Yura memutar kepala dengan cepat memikirkan cara untuk membuat Robi meninggalkan bengkel itu selama beberapa saat, tetapi ia tahu kalau bukan karena kondisi mendesak, suaminya yang terlalu bertanggung jawab itu tak akan mau meninggalkan jam kerja.

Antidotum (Cinta Manusia Biasa 2)Where stories live. Discover now