33

41.1K 1.8K 56
                                    

Mohon bantuan vote+komen+kritik dan sarannya ya.

Happy reading.

Setelah dari ruangan Juan, Hamid kembali ke ruangan kakaknya, cowok itu menunggu Via membuka matanya. Hari sudah tengah malam dan kakaknya masih belum sadarkan diri.

Suara pintu terbuka tak di hiraukan Hamid, ia masih memandangi kakaknya dengan harapan agar kakaknya segera membuka mata. Dapat Hamid rasakan seseorang menepuk pelan bahunya.

"Mending lo tidur, biar gue yang jaga Via," kata Juan.

Cowok itu tidak bisa memejamkan matanya karena belum melihat kondisi Via dan ibunya secara langsung, dirinya selalu di cegah suster jika ingin keluar ruangan. Padahal dirinya tidak mendapatkan luka yang serius. Berhubung hari sudah tengah malam, maka Juan memberanikan diri keluar dari ruangannya. Meninggalkan Rianti dan Azka yang tertidur di atas sofa yang cukup besar menampung untuk dua orang. Karena Juan di rawat di ruangan VIP. Sedangkan di ruangan Laras ada Andro dan Rina yang menemani mamanya.

Juan benar-benar terpukul pada saat ini, dirinya yang kehilangan sosok kakak yang sangat ia sayangi, dan kondisi ibunya yang sedang kritis tak sadarkan diri, setelah ia menjenguk ibunya kemudian kakinya melangkah menuju ruangan Via.

Lagi-lagi hatinya semakin sakit melihat orang-orang yang ia sayangi dalam kondisi yang menyakitkan.

"Lo masih sakit bang," jawab Hamid.

"Gue gapapa, mending lo tidur" Juan tetap memaksa Hamid. Dengan pasrah Hamid berjalan menuju sofa dan merebahkan dirinya menghadap brankar tempat kakaknya memejamkan mata. Sebelum matanya terpejam ia berdoa semoga kakaknya cepat membuka mata.

Melihat Hamid sudah memejamkan matanya. Juan segera mendekati brankar Via dan duduk di kursi yang di duduki Hamid tadi. Juan meraih tangan kecoklatan Via, padahal Via merupakan gadis yang pekerja keras tapi entah kenapa tangan Via tetap terasa lembut.

Katanya, kalau gadis yang bertangan lembut adalah gadis yang jarang mengerjakan pekerjaan rumah, mungkin saja itu hanya mitos.

Juan mengusap tangan Via yang di infus.

"Lo lama banget tidurnya, kata Rianti lo belum sadarkan diri dari tadi, ayo dong bangun, kasihan Hamid nungguin lo," kata Juan pelan. "Bukan cuma Hamid, gue juga nungguin lo, Azka juga nungguin lo, kasihan Azka Vi, Kak Julia sama bang Fano udah gak-" Juan tidak sanggup melanjutkan kalimatnya, air matanya bercucuran begitu saja. Katakanlah Juan cowok lemah karena menangis, karena memang saat ini dirinya sangat lemah.

Dirinya tidak bisa membayangkan kalau di posisi Azka, di tinggal selamanya di saat umur masih 2 tahun. Melihat mamanya yang terbaring kritis di brankar tadi saja, membuat dirinya kacau, apalagi tidak ada orang tua di sampingnya. Untung saja Azka masih kecil, ia pasti belum memahami semua ini. Tapi tak di pungkiri sedari tadi Azka menangis memanggil orang tuanya. Hingga akhirnya Azka lelah, dan tertidur dengan ceguk-cegukan.

Juan merebahkan kepalanya, dirinya masih memegang tangan Via, air matanya masih keluar. Perlahan matanya terpejam dan tertidur.

Rey yang mendengar kabar kecelakaan keluarga Juan pun langsung bertindak. Dirinya yakin seratus persen, kecelakaan ini adalah kecelakaan part 2 pada 6 tahun yang lalu. Ia marah, karena sahabat terbaiknya meninggal karena kecelakaan ini.

Rey memasuki ruangan kepala polisi, lalu menyerahkan semua bukti-bukti kejahatan Nancy beserta polisi yang menolongnya 6 tahun yang lalu.

Kepala polisi yang tidak mengetahui masalah ini menjadi marah kepada bawahannya itu. Dengan segera ia mengajak Rey menuju ke sebuah ruangan dimana keberadaan polisi keparat itu. Pintu tidak bisa di buka, sudah di kunci dari dalam.

Ponakan Crush (END+ TERBIT)Where stories live. Discover now