Zaujatii.

195K 10.4K 214
                                    

Waktu menunjukkan pukul delapan malam, setelah ketiga sahabat Ayra pamit pulang, Rayyan kembali membawa Ayra ke dalam dekapannya dengan melantunkan syair untuk istri tercinta

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Waktu menunjukkan pukul delapan malam, setelah ketiga sahabat Ayra pamit pulang, Rayyan kembali membawa Ayra ke dalam dekapannya dengan melantunkan syair untuk istri tercinta.

Uhibbuki mitsla maa anti..
Uhibbuki kaifamaa kunti..
Wamahma kaana mahmaa shoro..
Anti habibati anti..
Zaujati anti habibati anti..

Ayra merasa hatinya kembali berdesir ketika Rayyan melantunkan syair "Zaujati" untuknya. Suara itu, suara yang Ayra rindukan telah kembali. Sebelah tangan Rayyan terulur mengelus perut Ayra membuat rasa nyaman tercipta di hati Ayra, ia menyenderkan kepalanya pada bahu kokoh Rayyan, pun sama halnya dengan Rayyan yang menempelkan sisi kepalanya di atas kepala sang istri.

Syair yang terdengar sangat merdu dengan arti yang sangat mendalam bagi Ayra, lagi dan lagi Ayra merasa sangat bersyukur mendapat imam hidup seperti Rayyan, ada harapan besar di hati Ayra agak anaknya nanti bisa seperti abba nya. Sedang Rayyan tersenyum setelah selesai melantunkan syair untuk istrinya, hatinya menghangat melihat Ayra yang menjadi lebih baik dari sebelumnya.

"Ngantuk?" tanya Rayyan, mengelus pelan puncak kepala Ayra, ia belum bisa leluasa menggerakkan tangan kirinya yang masih terpasang cairan infus.

Ayra mendongak menatap mata indah milik Rayyan, ia tersenyum seraya menggelengkan kepalanya. Sejak tadi, ia memang memejamkan matanya, bukan karena merasa kantuk, tetapi ia sangat menikmati syair yang Rayyan lantunkan untuknya, Ayra sangat menyukai itu.

"Bener, hm? kalau ngantuk tidur aja gak papa, sayang."

"Aku belum ngantuk, Mas. Oh iya ada yang mau aku omongin tentang Ning Aizha."

"Ning Aizha?" tanya Rayyan heran, kenapa Ayra membicarakan tentang seseorang yang jelas-jelas menjadi sumber dari masalah yang terjadi.

Ayra menganggukkan kepala.

"Satu minggu mas di rumah sakit, Ning Aizha datang ke sini. Beliau datang untuk meminta maaf atas semua perbuatannya selama ini."

"Lalu, apa tanggapan kamu?" tanya Rayyan.

"Seperti yang aku bilang, semua yang terjadi itu udah kehendak Allah. Jadi, semua yang berlalu udah aku maafkan, karena aku yakin di balik semua musibah yang terjadi, pasti ada hikmah yang bisa kita pelajari."

Rayyan tersenyum haru mendengar jawaban dari Ayra, entah sudah berapa banyak waktu yang ia lewatkan bersama istrinya itu.

"Ay, lagi-lagi mas bangga sama kamu. Maaf, dulu mas gak bermaksud bohongin kamu. Mas bingung bagaimana caranya menjelaskan ke kamu karena tidak ada bukti yang mas punya, mas takut, mas takut kamu—"

Cup!

Ayra mengecup singkat bibir Rayyan membuat ucapan Rayyan terhenti begitu saja.

"Aku percaya sama kamu, Mas."

KIBLAT CINTAWhere stories live. Discover now