☁️ㅣ10. Izin dari Kakak Pertama

4.5K 602 113
                                    

HALO!

Jadwal update mau aku ubah!
Kalau vote tembus 300 dan komentar tembus 100 aku update lagi besok~

Ramein makanya, komen di chapter yang bikin kamu gemes🤏

Ramein makanya, komen di chapter yang bikin kamu gemes🤏

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pukul 22.00 malam Rembulan keluar dari kamar. Di antara pintu-pintu yang menjulang tinggi, ia menuju ke pintu yang ada di sebelah kanan kamarnya, pintu kamar milik Alderion yang tertutup rapat seperti pintu yang lain. Tidak akan ada yang beraktivitas di jam ini, sebab sudah menjadi aturan sejak lama dalam keluarga Zanava.

Mengetuk pintu dengan pelan, Rembulan berharap Alderion belum terlelap di mimpi. Dan ternyata benar, pintu terbuka menampilkan Alderion yang berdiri menjulang dibalut piyama biru langit. Matanya menyipit saat melihat Rembulan di hadapannya.

"Bulan, kenapa belum tidur? Butuh sesuatu?" tanya Alderion dengan tubuh membungkuk, menyetarakan pandangannya dengan Rembulan.

Rembulan mengangguk. "Bulan mau bicara sama kak Rion, sebentar aja, gak papa?"

Alderion mengernyit namun kemudian ia tersenyum dan mengangguk. Ia mendorong kursi roda Rembulan untuk masuk ke dalam kamarnya yang tampak berantakan oleh beberapa bahan tugas kuliah. Alderion menutup pintu, lalu menggendong Rembulan agar duduk di tempat tidur berhadapan dengannya yang sudah duduk bersila. Menatap Rembulan dengan senyuman yang tidak terlepas dari wajah.

"Ada masalah sama kakak, Bulan?" Alderion memulai pembicaraan.

"Tentang Agar." Tangan Rembulan bergerak saling menggenggam, ia mengalihkan pandangannya ke arah lain dengan cepat. "Kakak denger Agar bilang tentang pipi Bulan, ya?"

Alderion mengerjap, tatapannya otomatis bergerak ke arah pipi Rembulan yang kini tampak baik-baik saja. Alderion berdeham, sejujurnya ia tidak mau mengingat hal itu. Agraska sudah lancang sekali, membuat Alderion geram dan tadi hampir saja emosinya meledak saat makan malam. Ini mungkin hanya tentang pipi, masalah sepele. Tapi tidak sekecil itu, Alderion tidak suka jika orang lain berani macam-macam dan seenaknya pada Rembulan.

"Dia ngelakuinnya tanpa persetujuan Bulan 'kan? Kakak gak suka." Alderion berucap setelah sekian lama terdiam. Ia menarik dagu Rembulan supaya menghadapnya. "Kakak juga udah bilang, kalian gak lebih dari sekadar temen. Iya 'kan?"

Itu yang Rembulan bingungkan saat ini. Rembulan dan Agraska tidak lebih dari teman. Tetapi saat ditanya apakah Rembulan menyukai Agraska, tentu saja Rembulan akan menjawab iya. Hanya saja tidak mudah mengatakan itu, apalagi pada semua saudaranya.

Tangan Rembulan perlahan menarik lengan Alderion, ia memainkan jari tangan kakak pertamanya yang besar saat ia genggam. Rembulan mungkin harus mengakui sesuatu pada Alderion agar ia mendapatkan jawaban untuk diri sendiri.

Awan untuk RembulanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang