☁️ㅣ21. Labirin Milik Agraska

3.9K 520 65
                                    

Yang udah nungguin siapa, nih!
Awan kembali lagi~

Jangan lupa tinggalkan jejak!

Jangan lupa tinggalkan jejak!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jauh dari harapannya kemarin. Hana sudah membayangkan bagaimana cacian menyerbu Rembulan setiap gadis itu melangkah ke setiap sisi di sekolah. Namun pada kenyataannya, tidak seperti apa yang sudah ia rencanakan. Alih-aliih Rembulan yang digunjing, malah dirinya yang mengalami sebab mereka yang ada di sekolah percaya pada perkataan Rembulan tadi pagi. Bahkan gosip-gosip yang awalnya menjerumuskan nama Rembulan lebih dalam, berganti dengan cepat, berubah nama dari Rembulan menjadi Hana dan Hanina.

Kesialan macam apa yang Hana alami ini? Sekarang ia tak berani keluar kelas, hanya bisa menyuruh Alvaro dan Alvano untuk membelikannya makanan lalu menemaninya di sini.

"VANO DATANG!" Alvano membuka pintu kelas dengan tangan yang langsung terentang lebar. Bola matanya bergerak menyusuri seisi kelas dan mendapatkan beberapa orang di sana, termasuk Hana. Langkah riangnya tertuju pada gadis yang duduk di bangkunya itu. "Nih, pesanan lo. Butuh apa lagi? Gue sama Varo mau balik ke kelas."

"Temenin gue di sini." Hana menarik lengan Alvano dan menahannya agar tidak berbalik kembali keluar. "Gue gak ada temen."

"Panteslah, orang-orang gak mau jadi korban lo, makanya lo dijauhin," ucap Alvano dengan gamblang, jelas jadi mendapat perhatian sekaligus tikaman untuk Hana.

Alvaro dan Alvano tentu sudah tahu dengan kabar yang beredar menimpa Rembulan pagi tadi. Lalu mereka mendapatkan desas-desus lagi jika Rembulan melawan, berhasil memutar semua kabar buruk menjadi kabar baik untuk gadis itu. Meskipun tak tahu detailnya bagaimana tetapi Alvaro dan Alvano lega, adiknya tak lagi jadi bahan gunjingan. Setidaknya mereka juga berhenti melayangkan anacaman pada mereka yang berbisik-bisik membicarakan Rembulan.

"Vanooo, ih!!" Hana mengentakkan kakinya dari posisi duduknya saat ini. Tangannya kini meraih ponsel di tas. "Gue telepon Nenek--"

"IYA IYA! Gue temenin!" Alvano menarik kursi dengan asal untuk ia duduk di samping meja Hana. Lelaki itu mendengkus lantas menarik napasnya panjang. "VAROOO! KE SINI GAK LO?! TUAN PUTRI JADI-JADIAN INI KAU DITEMENIN!!" teriaknya untuk memanggil Alvaro yang pastinya menunggu di luar kelas.

Mendengar itu, Alvaro berdecak. Mengapa dirinya harus repot-repot seperti ini? Alvaro memutuskan tidak menyahut teriakan Alvano di dalam, ia melangkahkan kaki menjauh dari kelas 12 IPA 1. Sebaiknya Alvaro kabur dalam kesempatan seperti ini, mengorbankan adik kembarnya lebih baik.

Di satu sisi, Rembulan berada di tribun pinggir lapangan outdoor SMA Pelita, sengaja menonton Agraska yang masih bertanding basktet padahal jam istirahat sudah berjalan saat ini. Mungkin, lelaki itu dan timnya tak sadar, sibuk dan fokus hingga tak menyadari kehadiran Rembulan di sana.

Rembulan sendirian, berhubung Bela ia suruh ke kantin dibandingkan harus menunggunya di sini. Lagi pula Rembulan juga membawa bekal dari rumah, tidak perlu lagi membeli makanan.

Awan untuk RembulanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang