☁️ㅣ39. Plat Nomor yang Sama

2.2K 308 142
                                    

Rembulan menikmati sup yang dibuatkan Laila seraya menonton televisi di lantai tiga

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Rembulan menikmati sup yang dibuatkan Laila seraya menonton televisi di lantai tiga. Siang menjelang sore ini ia sendirian, Alvaro dan Alvano belum pulang dari sekolah, lalu Alderion dan Alzero berada di kampusnya. Ini sedikit membosankan untuk Rembulan, tapi apa daya, Rembulan memang perlu beristirahat lebih lama di rumah.

Masih menikmati sup hangatnya, ekor matanya melihat lift terbuka membuat kepala Rembulan menoleh. Ia melihat Laila datang dengan nampan, diikuti oleh seseorang yang berdiri kaku menatap Rembulan.

Membenarkan letak kacamata barunya sejenak, Rembulan terkejut saat melihat Alkuna yang masih dibalut seragam berdiri di depan lift, lantas lelaki itu berjalan lalu duduk di permadani saat Laila mempesilkan.

"Hai." Alkuna menyapa, ia memberikan paper bag ke sisi tubuh Rembulan sementara paper bag lain ia berikan pada Laila. "Tante, ini dari bunda. Kebetulan bunda punya toko kue, semoga tante suka."

Laila tersenyum ramah. "Terima kasih Alkuna, nanti salam ya sama bunda kamu. Makasih juga udah repot-repot ke sini."

Alkuna mengangguk-ngangguk dan tersenyum, menatap Laila lantas kembali ke arah Bulan yang masih menatapnya.

"Eh, Bulan. Buat sementara jangan nonton Tv dulu." Laila berkata seraya mengambil remote dan mematikan televisi. Lantas ia pamit undur diri meninggalkan dua remaja itu. Laila sudah tahu mengenai kabar yang tersebar di SMA Pelita hingga membuat Anggara harus datang mengurusnya ke sana. Anggara tadi sempat menghubungi untuk tidak mengizinkan Rembulan melihat berita saat ini, karena namanya akan terpampang di setiap berita yang hadir.

Menatap Laila yang pergi, Rembulan kini beralih pada Alkuna dan tersenyum. "Alkuna mau ngajakin Bulan latihan soal Kimia?"

Alkuna berdecak. "Bukanlah. Gue juga mikir lo masih sakit, sekarang keadaan lo gimana? Gue murni mau jenguk."

"Bulan udah sehat, kok, Alkuna." Rembulan menjawabnya dengan senyuman. Sekarang tatapannya tertuju pada paper bag yang Alkuna berikan beberapa saat lalu. "Padahal Alkuna jangan repot-repot, makasih ya."

"Nggak repot," jawab Alkuna. "Itu sepatu tanpa tali, ukurannya gue samain kayak sepatu lo, soalnya gue sempat lihat waktu gue benerin tali sepatu lo di perpustakaan."

Rembulan termenung sejenak sebelum ia memutuskan untuk melihat isinya. Ia mengeluarkan kotak berwarna putih itu dan saat dibuka, memang sepatu hitam tanpa tali. Ukurannya 38, sesuai dengan ukuran kaki Rembulan. Ia tak menyangka, Alkuna bisa memperhatikan nomor sepatunya di kesempatan itu.

"Kamu teliti banget, Bulan jadi kagum. Sekali lagi, makasih." Rembulan terkekeh senang, ia menyimpan kembali sepatu berwarna hitam itu ke dalam kotak. "Nanti giliran Bulan ya, kasih Alkuna sesuatu."

Menatap senyuman Rembulan cukup lama, Alkuna ikut tersenyum juga lantas kepalanya menggeleng. "Gak perlu. Gue mau lo sembuh aja. Jangan salah paham, ini biar proses belajarnya gak ketunda."

Awan untuk RembulanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang