☁️ㅣ18. Mereka Telah Memulai

3.5K 523 88
                                    

Diharapkan membaca part ini dengan sabar tanpa emosi ya,  Moonread'z🤗

Jangan lupa tinggalkan jejak amarahnya!!

"Mau langsung ke kamar, Bulan?" Alzero bertanya seraya mendorong kursi roda yang ditempati Rembulan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Mau langsung ke kamar, Bulan?" Alzero bertanya seraya mendorong kursi roda yang ditempati Rembulan. "Abis ini abang mau ke kampus lagi, Bulan mau sesuatu?"

Pandangan Rembulan mengedar menelusuri rumah yang terasa sepi ini. Ia tidak melihat Laila, juga Isabela yang biasanya sedang duduk di ruang tamu. "Bulan mau nunggu Mama di kursi aja," jawabnya dengan kepala terangkat melihat Alzero. "Abang gak usah beliin apa-apa, Bulan gak lagi butuh sesuatu."

Mengangguk, Alzero memindahkan Rembulan ke kursi, ia juga menyuruh pembantu di sana untuk menyiapkan camilan beserta minuman. "Kalau gitu, Abang ke kampus, ya. Tuh di depan udah ada Varvan, jadi Bulan gak akan sendiri nunggu Mamanya."

Rembulan tersenyum lebar, ia melambai pada Alzero yang berbalik pergi meninggalkan ruang tamu. Bersamaan dengan itu, Alvaro dan Alvano masuk ke dalam. Namun bukan mereka berdua saja, Hana dan Hanina juga ada.

"Bulaaan!" Alvano merentangkan tangan dan berlari cepat menuju ke arah Rembulan untuk memeluknya, tidak lupa segera memainkan kedua pipi adiknya itu. "Udah lama abang gak main sama Bulan abis pulang sekolah. Akhirnya sekarang bisa!" 

Tangan Rembulan mengusap-ngusap kepala Alvano. Mereka tidak bisa menghabiskan waktu bersama setelah pulang sekolah karena Alvaro dan Alvano pasti tidak akan langsung ke rumah. Jadinya Rembulan akan menghabiskan waktu bersama Laila atau belajar di kamarnya sampai kedatangan Alderion atau Alzero. 

"Tumben abang gak pulang malam," ucap Rembulan dengan lirikan kecil ia berikan pada Hana dan Hanina yang mendudukkan diri di kursi yang berhadapan dengannya.

"Gue capek, gak ada tempat yang mau dikunjungin lagi." Hana mengedikkan pundak saat merasa Rembulan menyindirnya. "Gue juga gak mau lo kesepian di rumah karena abang-abang lo malah pergi sama kami, hehehe."

Rembulan tersenyum lembut. "Oh, makasih kalau gitu. Ternyata kalian perhatian."

Hana melirik Hanina di samping kanannya. Benar adanya jika Rembulan tidak banyak diam sekarang. Buktinya gadis itu malah membalasnya barusan, dan Hana tahu ada makna sindiran tersirat dalam kalimatnya.

Berdecih pelan, Hana menyandarkan tubuh ke belakang dan memainkan ponsel. Ia menghela napas, kini pandangannya tertuju ke arah meja di mana segelas jus dan beberapa camilan tersedia. Hanya saja ia tahu, itu bukan untuknya. "Eh, Var. Ambilin jus dong, gue haus."

"Ambil sendiri," tanggap Alvaro tak mau menoleh.

Hana berdecak malas, niatnya ia hendak bangkit untuk mengambil jus sendiri ke dapur tapi ia urungkan. Seketika bola matanya berbinar semangat. "Gue baru ingat ada toko es krim baru di dekat mall, kita ke--"

Awan untuk RembulanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang