☁️ㅣ26. Sebuah Lagu, Untukmu

3.5K 440 82
                                    

"Jadi, semakin keterlaluan dia?" Isabela menatap dua cucu kesayangannya yang duduk di sofa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Jadi, semakin keterlaluan dia?" Isabela menatap dua cucu kesayangannya yang duduk di sofa. Mereka sengaja datang pagi-pagi untuk menemuinya dan melaporkan apa yang terjadi kemarin hari.

"Iya. Hana sampai dibentak-bentak Alvaro," jawab Hana dengan ekspresi wajah sebal terlihat jelas sekali. "Kemungkinan Bulan yang laporin ke Alvaro, padahal Hana beneran gak nyebar CCTV, Nek."

Isabela menganggukkan kepalanya, kedua tangannya merentang membuat Hana segera menghampiri dan memeluknya erat. Sementara Hanina masih duduk di sofa, ia enggan melakukan pelukan, ia tidak suka hal seperti itu jika tidak dalam kondisi yang terpuruk.

Hana dan Hanina memang cucu kesayangan dari Isabela. Tapi itu tidak berlaku dulu. Saat Aurora masih ada, Aurora adalah penguasa segalanya dalam Zanava. Dari mulai kakek, nenek, hingga semua kerabat yang ada akan memperhatikan gadis bungsu itu.

Kehadiran Aurora sebagai gadis termuda di keluarga Zanava adalah hal menjengkelkan bagi Hana dan Hanina. Kasih sayang kakek neneknya akan tercurah pada Aurora saja, sementara mereka kadang-kadang dianggap, kadang-kadang seperti tembus pandang. Maka dari itu, Hana dan Hanina sudah menanam ketidaksukaan pada Aurora sejak dulu, rasa irinya terus bertambah dan membesar seiringan tumbuh kembangnya membuat mereka tak jarang mengganggu Aurora, menjailinya karena masih kecil, dan tak jarang juga membuat Aurora menangis.

Lalu kali ini, saat Aurora tiada, Isabela berubah menjadi memperhatikan mereka berdua. Mungkin karena merekalah cucu gadisnya, dan juga usia mereka memang terbilang lebih muda beberapa bulan saja dibanding Alvaro ataupun Alvano.

"Nek, Hana kesel banget tahu." Hana berucap lagi dalam dekapan Isabela. "Apalagi lihat nenek sama kakek hampir ribut cuman karena Bulan. Dia kayak sengaja banget deh, bikin nenek kelihatan salah."

"Nenek tahu." Isabela mengembuskan napas beratnya. "Anak itu memang kurang ajar, Nenek harus beri peringatan lagi untuknya."

Tersenyum kecil, Hana berhasil membujuk sang nenek untuk bertindak.

Biarkan saja Isabela yang repot merencanakan ini dan itu, sementara dirinya hanya menunggu hasil dan sesekali bertindak jika perlu.

Lagi pula, sejak awal Hana dan Hanina dekat dengan Isabela hanya untuk memanfaatkannya saja. Memanfaatkan kekuasaan neneknya di kediaman Zanava, dan menjadi cucu kesayangan adalah jalan yang mereka ambil agar semuanya terasa mudah.

Selain di lingkungan luar, di keluarga pun, memanfaatkan dan dimanfaatkan memanglah perlu.

.☁️.

Hana dan Hanina tiba di parkiran bersama Alvaro juga Alvano. Mereka berempat kini berjalan beriringan keluar dari parkiran untuk menuju ke lantai tiga.

"Tinggal beberapa hari lagi, yess!" Alvano tiba-tiba saja berucap dengan semangat membuat ia jadi pusat perhatian.

Awan untuk RembulanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang