☁️ㅣ20. Rencana yang Hancur

3.7K 593 273
                                    

HAI-HAI! Awan menyapa lagi!
Berhubung chapter kemarin rame banget, jadi aku up lagi hari ini!!

Jangan lupa follow instagram:
ariraa_wp
zanava.fam
agraska.galelio

Yang menghampiri Rembulan di kamarnya malam ini hanyalah tiga kakaknya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Yang menghampiri Rembulan di kamarnya malam ini hanyalah tiga kakaknya. Alzero, Alvaro, dan Alvano. Sementara Alderion tak terlihat sama sekali dari sore tadi. Ketiga lelaki itu datang dengan kompak setelah makan malam berlangsung, mengejutkan Rembulan yang sedang berkutat di meja belajarnya.

Semua itu sudah jelas alasannya. Karena postingan di instagtam Hana sudah ramai sekali, mereka semua khawatir pada Rembulan. Pastinya Rembulan tak nyaman, dituduh di sana-sini oleh mereka yang bahkan tak tahu bagaimana detail kejadiannya.

"Abang udah temuin Hana sore tadi, minta hapus postingannya, katanya malam ini mau dihapus tapi sampai sekarang masih ada." Alzero memperhatikan layar ponselnya sejenak, lalu melemparnya asal begitu saja, beruntungnya dengan sigap Alvano menangkap ponsel mahal itu.

"Varo sama Vano juga gak diem aja, Bang!" Alvano menyahut dengan ekspresi kesal tergambar jelas. Ia merebahkan dirinya di permadani di bawah tempat tidur yang ditempati Rembulan saat ini. "Tadi Vano niatnya mau nyuri Hp-nya aja, tapi gak berhasil."

"Gak papa, Bang Vano." Rembulan terkekeh pelan dengan tangan memeluk gulingnya. Ia benar-benar terhibur dengan kedatangan mereka kemari. "Nanti juga dihapus kalau udah gak rame."

"Kenapa santai banget?" suara Alvaro keluar begitu mendengar jawaban Rembulan yang mengalun lembut di telinganya. Ia yang mulanya bersandar pada tempat tidur Rembulan kini berbalik dan mendongak, memperhatikan Rembulan yang memangku sebuah novel.

Rembulan menggeleng. "Gak ada gunanya kalau Bulan harus ributin hal kayak gini."

Ketiga lelaki di sana terdiam untuk mencerna ucapan Rembulan barusan. Mereka tidak menjawab selain dengan mengangguk sebab mereka tahu jika Rembulan tak suka memperpanjang masalah. Sedari dulu, Rembulan memang seperti itu.

Tidak ada percakapan apa-apa lagi kala jarum jam terus berdetak hingga menunjukkan pukul 21.30 malam, ketiganya pamit pada Rembulan, tak lupa memberikan kata penenang terlebih dahulu, lantas membiarkan gadis itu untuk beristirahat.

Dari sepeninggalan ketiga kakaknya, Rembulan memposisikan dirinya untuk segera tertidur dan tak memikirkan apapun lagi. Hanya saja tetap tidak bisa, sekarang kepalanya dipenuhi oleh bayang-bayang Alderion yang meminta maaf pada Hana.

Alderion tak mempercayainya, ya.

Di saat yang bersamaan, ucapan Agraska di Cloud Cafe jadi penenang.

"Di permainan ini, lo cuman ngandalin diri dan nyawa lo yang tersisa. Bukan ngandalin pasukan pengawal lo yang gampang mati." 

Lalu, setiap orang juga memiliki sudut pandang masing-masing. Rembulan tak bisa memaksakan agar mereka memilih A, padahal A bukanlah sesuatu yang baik untuk mereka, bukan?

Awan untuk RembulanWhere stories live. Discover now