🍩2

3.2K 420 97
                                    

⚠️ CERITA INI MENGANDUNG UNSUR BXB HOMOSEKSUAL LGBT, MOHON BIJAK DALAM MEMILIH BACAAN, CERITA INI JUGA TIDAK DI SARANKAN UNTUK ANAK DIBAWAH UMUR⚠️

Happy reading

" Sssshhh! Lagi? Sekarang jam berapa." Gerutu do sambil menarik guling nya, meletakkan nya di atas telinga kemudian sedikit menekan nya. Berharap suara tangisan dari tetangganya itu bisa sedikit meredam.

Dorison perlahan membuka matanya, melirik jam yang berada di atas nakas samping tempat tidur, matanya membulat sempurna. Ini baru jam empat pagi, tapi tetangganya sudah sibuk konser.

Dia sangat jengkel sekarang, rasanya ingin menyumpal mulut tetangganya itu dengan sesuatu agar bisa berhenti menangis dan berteriak heboh.

Dorison berdecak kesal, dia dudu kemudian berjalan cepat ke arah balkon kamar nya untuk melihat rumah tetangganya yang sangat berisik itu.

Mata nya tertegun saat melihat anak manis yang tengah menangis keras di pangkuan sang ibu, di tambah ibu nya nanat terlihat kelelahan menangani anak cengeng itu.

" Kok bisa ya tante Grac gak kena baby blues? aku yang jadi tetangganya aja berasa kena baby blues." Gumam do sambil memperhatikan reka yang masih menangis keras.

Dorison menutup pintu balkonnya kemudian kembali masuk kedalam kamar, do meraih baju kaos nya kemudian memakainya. Setelah itu dia pergi keluar kamar.

" Bro mau kemana pagi-pagi buta?" Tanya Mark yang baru saja datang.

" Serius pulang nongkrong jam segini? Di marahin mamah tau rasa." Tegur do.

Mark cuma cengengesan, dia langsung kabur pergi dari sana sebelum sang anak semakin mengoceh.

" Ada-ada aja, sudah tau mamah galak tapi masih bandel. Itu warung pak aris yang di maksud bukan pak aris depan komplek, tapi pak aris yang punya bar di perempatan kota." Gerutu Do sambil melanjutkan langkah kakinya.

Do membuka pintu utama rumah mewahnya, kemudian berjalan cepat ke arah pekarangan rumahnya.

" Kenapa?" Tanya do, dia hanya berdiri di samping pagar pembatas rumah yang tak terlalu tinggi.

Reka memelankan tangisannya kemudian menatap do. Tiba-tiba dia beranjak dari pangkuan sang ibu, lalu berlari mendekati do yang tengah menatap nya.

" Kakak dodo! Hiks..!" Isak reka sambil menunjukkan jari manis nya yang tertutup plaster luka.

" Kenapa hm?" Tanya dorison.

" Kejepit pintu kamar mandi leka nya! Hiks sakit kakak! Plaster jelek kasihan jari leka tidak gemas!" Adu reka.

" Jadi ini nangis karena kejepit atau nangis karena plaster nya jelek?" Tanya dorison sambil menahan tawanya.

" Sakit jari leka kakak, sedih plaster jelek tidak gemas." Lirih reka.

" Yasudah nanti siang kakak belikan plaster nya gimana? Tapi berhenti nangis, biarin kakak tidur nyenyak."

Reka terlihat menimbang-nimbang tawaran do yang cukup menggiurkan. Kalau nunggu bunda nya belikan pasti lama, itu pun cuma janji semata karena reka pasti di buat lupa sama Bundanya.

Donat NanatWhere stories live. Discover now