Love at First Sight

74 2 4
                                    

Di part ini, author memutuskan memunculkan karakter Evan ditemanin dua temannya. Silakan divote dan dikasih komen, biar semangat author terpompa. Hitung-hitung beramal-lah sama author. Ha ha ha. Last but not least, enjoy the story.

Evan's POV

Sehabis mandi, tidak hanya badan yang terasa segar, pikiran pun terasa lebih cemerlang. Aku mengusap rambutku yang masih basah, sambil melirik novel 'Jangan Katakan Cinta' yang ada di atas meja di depan tv. Novel itu seolah memanggilku untuk membacanya. Sepertinya nyaman juga,menghabiskan pagi dengan membaca buku, apalagi ditemani secangkir kopi. Aku segera menjerang air panas dan menyiapkan kopi, creamer serta susu. Tidak lama berselang, harum kopi memenuhi ruangan apartemenku. Hmmmh... dengan nikmat, kuhirup harum yang menguar dari cangkir kopiku. Aah, nikmatnya Sabtu pagiku.

Kusesap sedikit kopiku, sebelum mulai membalik halaman novel karya gadis manis yang kutemui dua minggu lalu..Ah sudah dua minggu lalu berlalu rupanya. Aku pikir masih beberapa hari lalu. Rupanya dateline pekerjaan serta meeting dengan klien telah membuatku lupa waktu.

Tanganku sampai di halaman di mana sang penulis menorehkan tanda tangannya.

Dearest :
Mr. Evan Staniwan

A cup of coffee opens our friendship. I hope you enjoy the story.

Verlyn Gustav.

Verlyn Gustav, novel itu ditandatangani dengan nama Verlyn Gustav, nama asli sang penulis, bukan nama penanya, Ver Lini G.

Ooh, wait, Evan. Jangan GR. Mana mungkin sih Verlyn cantik itu memendam rasa suka padamu. Kalian baru bertemu satu kali dan tahu apa yang parahnya....kamu itu BODOH...IDIOT, Evan. Kamu lewatkan kesempatan begitu saja. Apakah kamu tanya no telepon gadis itu, facebooknya, line, path, twitter, instagram? Tidak kan? Kalo bukan IDIOT, apa namanya?

Aaaahh...suara dalam kepalaku terus menyerang dan memojokkanku.

Sampai kapan mau menjomblo, Evan? Kamu ini berhadapan dengan klien, PD sekali, kalimat lancar mengalir seperti sungai Bengawan Solo. Nah,ketemu gadis,kok mendadak jadi Charlie Chaplin, bisu seribu bahsasa. Mau sampai kapan dapat pacar, Evan?

Aku menyesap kopiku sambil berharap suara-suara tersebut lenyap. Aku, Evan Staniwan, pemilik perusahaan arsitektur 'Build & Build', sukses di karir tapi dalam percintaan ...ha ha ha telor ceplok alias nol besar.

Harum kopi yang terus terhirup, perlahan mengusir suara sumbang dari kepalaku.

Aku membaca beberapa halaman novel tersebut dan semakin tertarik mengetahui kelanjutan kisahnya. Aku memang suka membaca, walaupun novel romansa modern tidak terlalu menjadi fokus pilihanku, tapi beberapa novel romansa klasik menjadi favoritku. Dan sepertinya, aku akan menambahkan Verlyn Gustav dalam deretan penulis favoritku. Novelnya cukup menarik dan memiliki sudut pandang yang unik. Mmmh..mungkin aku lebih tertarik mendalami penulisnya daripada novelnya.
Tapi, bagaimana aku mengontak dia?
Ya, tentu saja social media. Segera saja, aku menjadi bersemangat, semangat menjadi detektif cinta bagi diriku.

Aku mulai dengan mencari info mengenai novel dan penulisnya. Dan berdasarkan penjelajahan bersama Mr Google, 'Jangan Katakan Cinta' sedang hits,terutama di kalangan remaja. Hal ini diperjelas dengan kesuksesan book-signing yang baru dilancarkan ..... ah itu kan dua minggu yang lalu, tepat saat aku bertemu dengannya. Rupanya, Miss Verlyn baru saja selesai book-signing. Gadis yang hebat. Entah mengapa, tiba-tiba saja, aku merasa bersemangat ingin mengenal dia lebih dekat. Ada sesuatu dalam dirinya yang seakan menarik aku untuk mendekat kepadanya. Mungkin itu senyumnya, keramahannya, kepuitisannya saat dia berbicara. Entahlah, apapun itu, aku sudah tenggelam dalam pesonanya.

Cinta dalam Secangkir CappucinoWhere stories live. Discover now