kotak bekal, roti sus, dan susu

9.4K 1.2K 238
                                    

Aku hampir saja menyendokkan jatah makan siangku sebelum seseorang menjatuhkan nampannya yang berisi makanan sisa ke nampanku. Aku mendongak, menatap satu-persatu gadis yang baru saja merusak acara makan siangku. Aish, gadis mengerikan.

Tidak ingin menjadi pusat perhatian seluruh kantin, aku beranjak tak peduli terhadap desisan kesal mereka. Aku meletakkan nampanku yang berisi banyak hal menjijikkan di pantry terakhir.

Perjalanan menuju ke kelas aku lalui dengan menahan lapar. Aku mendapati kelas masih kosong saat aku sampai. Dengan menahan perutku yang mulai berteriak minta asupan aku berjalan ke tempat dudukku.

Aku menghela nafas yang sangat sangat panjang sementara perutku semakin keroncongan. Masih ada 3 jam untuk sekolah berakhir. Dan aku tidak percaya harus menahan laparku selama itu.

"Ada apa dengan wajahmu, huh?" Jungkook tiba-tiba menghampiriku yang sedang terkulai lesu. Haruskah aku memberitahunya bahwa wajahku ini terjadi karena ulah para fansnya?

"Memangnya aku kenapa?" Tanyaku kembali, aku menggembungkan pipi saat Jungkook tidak menjawab apapun.

"O'ho cemberut, eoh?" Ledeknya sambil mendudukkan diri di sampingku. Ia mengacak rambutku lalu mengeluarkan sebuah notebook. "Nih, rajin-rajin mencatat ya, biar aku bisa pinjam lagi."

Bibirku mengerucut satu senti, dia selalu saja memanfaatkan sifat rajinku, seenak jidat menyalin catatan yang susah payah kutulis sementara sepanjang jam pelajaran yang ia lakukan cuman tertidur.

Tangannya berpindah ke pipiku, mencubitnya hingga membuatku mengaduh kesakitan, "Yah! Lepwaaskwaaan!"

Bukannya menjauh Jungkook justru tertawa terpingkal-pingkal. Setelah puas tertawa, barulah ia melepaskan cubitannya. Aku mengelus pipiku yang terasa perih.

Hampir saja aku memukulinya sebelum ia mengatakan hal yang membuat kupu-kupu seolah berterbangan dari dalam perutku, "Kau lucu kalau ngambek, Young."

Aku melengos, menyembunyikan wajahku yang merah padam. Padahal ia hanya bilang 'aku lucu' tapi efeknya sudah hampir membuatku ingin lenyap dari hadapannya saat itu juga.

"Berhenti menganggapku seperti anak kecil."

Jungkook tidak menggubrisnya, laki-laki itu mengeluarkan kotak bekal dari dalam tasnya, lalu membuka tutupnya, bau masakan rumah langsung menyapa hidungku.

"Woah..."

Aku menatap kagum Jungkook dan kotak bekalnya bergantian. Jungkook menaik turunkan alisnya sambil memberiku sumpit, "Meokgo." (Makanlah)

Sumpitku bergerak cepat ke dalam kotak bekal yang lebih mirip seperti bento, nasi di tengah berbentuk bulat dikelilingi lauk yang menggoda. Jungkook menyingkirkan brokoli-brokoli ke pinggir sebelum sumpitku memukul tangannya.

"Aduh! Apaan, sih?"

"Jangan pilih-pilih makanan. Brokoli membantu otakmu bekerja tahu?"

Jungkook mencebik sebal, "Siapa yang butuh otak pintar kalo wajahku bisa membuat para gadis menjerit bahagia?" Jawabnya dengan percaya diri.

Aku menatapnya tak percaya, untung saja aku setuju, kalau tidak aku sudah pasti mencekiknya.
"Tidak baik menyombongkan diri."

Ia menjulurkan lidahnya, "Makan cepat jangan ngomel terus!"

Aku memasukkan udang dalam mulutku, saat aku mengunyah udangnya, aku merasa si udang meleleh dalam mulutku.

"Masitta!" (Enak!)

Sweet EscapeWhere stories live. Discover now