Tonari no Qwerty-san : FILE 01

694 18 0
                                    

FILE . 01 : Login

Masuk. Begitu kubuka pintunya, ada angin segar berembus dari sela jendela di dalam sana. Saat itu awal bulan Juni, ketika aku pindah ke sebuah kota kecil di wilayah negara bagian Florida, Amerika Serikat. Jauh dari tempat asalku, jauh dari kehidupan lamaku. Sebuah tempat asing yang membuatku berada seperti di negeri antah-berantah, tidak terlalu modern dengan segala yang tidak juga serba otomatis. Tempat asalku sendiri sudah seperti kehidupan di abad 23 barangkali, terkenal dengan animasi dan orang-orang kreatif yang menyebalkan. Aku lebih suka di sini, rumah baruku.

            Pintu kayu putih itu tidak bisa tertutup dengan sendirinya. Tidak ada suara otomatis yang akan mengunci pintu, jadi aku harus mengaitkan rantai pengunci pada slot yang ada di dinding. Hal itu dilakukan supaya walaupun pintu terbuka, tidak akan ada yang masuk.

            Jadi bagaimana diriku? Tempat ini lumayan, kan?

            Apartemen di pinggir laut. Tidak terlalu pinggir, tapi dari balkon kamar, aku bisa melihat birunya pantai di pesisir Florida. Kehidupan baruku dengan lantai dan dinding kayu yang rapuh, kompor yang agak kotor, dan langit-langit dengan bercak punya bercak kuning akibat jamur. Ini adalah kota sub-urban, bukan New York, Los Angeles. Bukan juga Tokyo, rumah lamaku.

*

Biar dikatakan gedung tua, apartemen itu cukup bagus. Kamar bernomor 305 yang kutempati saja memiliki sekat-sekat yang memisahkan antara ruang utama dan kamar, juga kamar mandi. Di bagian terdalam ada dapur kecil dengan sebuah meja kayu kotak dekat jendela untuk makan. Lalu di ruang utama yang kusebut ruang keluarga, ada sebuah sofa baru dan meja panjang dengan kaki-kaki pendek lainnya. Di dalam kamar sudah disediakan tempat tidur, sebuah lemari kayu, dan meja belajar.

            Aku sengaja tak membawa banyak barang. Hanya kebutuhan pribadi karena barang-barang yang kubutuhkan sebagai penunjang kehidupan sudah ada di sini. Bahkan di dapurnya sudah tersedia panci, wajan, dan spatula. Aku hanya perlu mengisi lemari pedingin yang tak begitu besar dengan berbagai macam bahan makanan jika tak mau kelaparan di malam hari.

            Sesungguhnya aku masih punya waktu beberapa bulan lagi sampai musim panas yang benar-benar panas ini berakhir untuk memulai perkuliahanku di bulan Agustus nanti. Namun keadaan di ‘rumah’, membuatku malas dan akhirnya memutuskan untuk berkunjung ke tempat ini lebih cepat. Ya, bisa dibilang ini pelarianku. Alih-alih memasuki universitas berbiaya mahal di dalam negeri dengan program studi di bidang bisnis, aku lebih suka peruntungan mencari beasiswa di luar negeri agar bisa melanjutkan studi literatur di bidang sastra. Ada banyak karya sastra dalam bahasa Inggris yang ingin bisa kubaca dan kupahami dengan lebih baik. Hal seperti itu tak populer di negaraku, memang, tapi justru ini lah yang menjadi daya tarik.

            Sebuah buku tebal karya Fyodor Dostoyevsky terbitan oxford untuk edisi bahasa Inggrisnya menemani siangku hari ini setelah beres-beres kamar dan membeli stok makanan. Aku belum memasang pendingin ruangan, jadi untuk sekadar membaca, kuputuskan untuk duduk di lobi bawah apartemen yang cukup sejuk karena punya jendela-jendela besar yang langsung menghadap ke tepi laut.

            Siang hari di sofa lobi yang sepi, hanya ada aku duduk di sana sendiri. Kupikir akan begitu terus sampai ketika aku memasuki halaman ke seratus sekian, seseorang turut duduk di sofa seberangku. Seorang gadis yang tampak sangat nyentrik. Pastinya remaja berusia belasan karena ia terlihat asyik dengan beragam perangkat elektronik yang melekat pada dirinya. Sebuah headphone berwarna merah pekat, macbook berlogo apel setengah terkoyak di pangkuan, dan jemari yang asik sendiri. Gadis berambut pirang itu menggerak-gerakkan kepalanya ringan hingga kunciran kuda rambutnya turut bergerak.

Tonari no Qwerty-sanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang