Tonari no Qwerty-san : FILE 05

123 5 0
                                    

FILE. 05 : Shift

Musim panas berlalu dengan sangat cepat. Tahu-tahu sudah awal September dan aku harus memulai perkuliahan yang bisa dibilang super padat. Bukan hanya kuliah, tapi juga kerja sambilanku. Tadinya aku berniat berhenti bekerja setelah masuk kuliah, tapi sepertinya Tuan Roberts kekurangan orang, dan keadaannya sendiri tidak begitu baik hingga mau tak mau aku harus tetap berada di sana, setidaknya sejak pulang kuliah sampai jam sembilan malam.

            Akibatnya, aku kekurangan waktu.

            Qwerty-san tidak pernah lagi terlihat di perpustakaan. Katanya agak sulit bekerja dengan satu perangkat komputer saja. Saat ini ia dipekerjakan untuk mengecek beberapa situs dan mengawasi jaringan keamanannya. Aku tidak begitu mengerti, tapi katanya selama hampir dua puluh empat jam, ia harus menatap empat layar komputer sekaligus dan tetap siaga jika-jika ada panggilan darurat. Sungguh, entah apa pekerjaan yang ia lakukan. Kedengarannya malah jadi seperti petugas keamanan yang mengawasi CCTV setiap malam.

            Pada akhirnya kami hanya berkomunikasi lewat telepon, dan bertemu tiap akhir minggu. Sayangnya akhir minggu itu terlanjur padat karena aku harus terus berada di perpustakaan. Tuan Roberts mengalami gangguan pencernaan, dan ia harus dirawat di rumah sakit sampai radang ususnya membaik. Aku tidak punya waktu untuk mengeluh karena tiga minggu sejak awal perkuliahan, berbagai kuis dan tes harian menjadi makanan sehari-hariku.

            “Halo,” walau kadang-kadang aku menyempatkan waktu untuk mengetahui kabar Qwerty-san bersama dengan setumpuk modul, kabel, layar komputer, dan sampah-sampah yang barangkali sudah tak terkendali berserakan di kamar apartemennya. “Ehm... aku sedang menunggu jadwal kelas selanjutnya. Apa yang sedang Qwerty-san lakukan?”

            “Belanja,” ia menjawab singkat. “Beli makanan Capsy, lalu setelah ini membawanya ke pet shop. Kenapa?”

            Kenapa? Pertanyaannya cukup janggal. Padahal sudah dua hari ini kami tak bertatap muka.

            “Oh, tidak apa-apa. Qwerty-san sibuk?”

            Jawabannya agak lama. “Lumayan.”

            Aku mengangguk-angguk walau tahu ia tidak akan melihatku. Kami mengobrol melalui sambungan telepon, menggunakan iPhone yang pernah ia berikan padaku. Oh ya, Qwerty-san selalu bisa melacak di mana keberadaanku melalui komputer-komputernya, tapi bagaimana denganku? Aku bahkan tak tahu ada di mana ia sekarang, melakukan apa, dan bersama dengan siapa.

            Sebuah suara lain terdengar. Suara seorang pria. “Seseorang bersamamu?”

            “Iya—ah, dia penghuni baru!” Suaranya kedengaran bersemangat. “Di lantai empat, namanya Mikey!”

            Aku belum pernah dengar nama itu. “Oh...” apa lagi yang bisa kukatakan? “Dia mengantarmu?”

            “Hu-um,” kurasa saat ini Qwerty-san sedang mengangguk pelan. “Sambil sekalian mengantar Mikey jalan-jalan. Dia baru sampai di sini beberapa hari yang lalu, Qwerty mau mengajaknya melihat-lihat restoran yang enak dan murah.”

            Ho... teman barunya. Kedengarannya Qwerty-san sangat bersemangat. “Baiklah kalau begitu. Sampaikan salamku pada Mikey-san,” aku tak bisa berkata banyak. Lalu, “Jaga dirimu.” Jaga diri, iya kuharap tidak ada sesuatu di antara mereka. Oh tentu tidak akan ada, aku percaya pada Qwerty-san dan ia tentu mengerti apa maksudku.

            “Oke. Sampai nanti.”

            “Sampai nanti.”

            Kemudian sambungan terputus. Begitu saja? Aku bahkan tak bisa memperpanjang obrolan, mengetahui apa yang sedang ia kerjakan selain menjadi tour guide bagi penghuni baru di apartemen. Siapalah itu Mikey, aku tak begitu peduli. Mungkin ia seorang kakek tua yang perlu diantar-antar. Qwerty-san orang baik, ia tidak akan membiarkan seorang kakek tua berjalan-jalan sendirian di kota yang agak sepi ini. Benar, aku tidak perlu mengkhawatirkan itu. Justru yang perlu kukhawatirkan adalah pelajaranku. Bahasa Inggris, sedikit bahasa Latin, filosofi, sastra, linguistik... oke, cukup rumit ternyata.

Tonari no Qwerty-sanWhere stories live. Discover now