Tonari no Qwerty-san : FILE 04

120 5 1
                                    

FILE. 04 : Control

Aku suka menatap Qwerty-san yang tersipu malu-malu saat menampakkan kembali dirinya di balik pintu apartemenku. Oh ya, selamat datang kembali diriku di kamar 305 yang berhadapan langsung dengan kamar gadis berkuncir tersebut. Tetanggaku, Qwerty Qaz, masih gadis unik yang selalu bersama dengan headphone dan juga macbook silvernya. Pagi itu ia mengetuk kembali pintu kamarku dan melongok ke dalam tepat ketika aku membukakan pintu.

            “Boleh masuk?”

            Kenapa tidak boleh, pikirku. Lalu tanpa banyak berpikir, aku segera membukakan pintunya. “Silakan, tapi belum rapi.” Aku menunjuk beberapa kardus berisi barang-barangku yang dikirim oleh Yoshida-san kemarin malam. Sudah dua hari aku di sini sejak kejadian perang bantal tersebut. Setidaknya dalam dua hari itu aku berhasil mengembalikan kepercayaan Qwerty-san padaku, dan tentu saja ia tidak marah lagi.

            Namun selepas kejadian itu, jujur saja kadang aku jadi merasa kehilangan kendali. Oh tepat... mungkin karena aku benar-benar menyukai gadis unik ini. Ia yang membuatku bisa kembali ke sini, membuatku merasa tidak nyaman dengan perasaan ini, dan membuatku selalu ingin memeluknya. Tapi tidak—tidak, tidak, tidak. Aku harus bisa menjaga sikap.

            “Oh tidak apa-apa. Kamarnya Qwerty lebih berantakan daripada ini,” Qwerty-san terkekeh sambil mengibaskan satu tangan, sedangkan tangan satunya lagi ia gunakan untuk menyembunyikan sesuatu di balik punggungnya. Aku jelas tahu itu, walau tak tahu apa yang sedang disembunyikannya.

            “Ada apa?” tanyaku kemudian setelah kami sama-sama duduk di sofa. Aku menuangkan secangkir teh yang kebetulan sudah tersaji di sana.

            “Uhm... ini, sebenarnya Qwerty mau memberikan ini,” ia lalu mengeluarkan sesuatu yang disembunyikannya. Sebuah kotak yang entah apa isinya. “Qwerty hanya khawatir.”

            “Khawatir?” Aku lalu mengambil kotak tersebut sambil terus bertanya-tanya. Memangnya apa isi kotak ini? Dua pertanyaan menjadi satu, dan jawabannya ada saat aku membuka kotak hitam tersebut. “Ehm...” sebuah ponsel? Oh, iPhone, keluaran terbaru. Astaga.

            “Jadi kalau Itsuki-san hilang lagi, Qwerty bisa melacak dengan cepat. Itu langsung terhubung dengan ponsel dan laptop milik Qwerty. Tidak usah khawatir soal pembayarannya, itu punya Qwerty kok.”

            “Qwerty-san punya dua yang seperti ini?”

            “Punya beberapa malah.”

            “Hah?” Aku tercengang. Oh, aku lupa kalau pekerjaannya sebagai seorang hacker yang pasti selalu ditemani gadget berkualitas tinggi keluaran terbaru.

            “Terus dibawa ya,” ucapnya lagi. Sepertinya Qwerty-san benar-benar memperhatikanku. Ia benar-benar takut kalau aku akan hilang lagi.

            “Aku akan terus membawanya, terima kasih.” Di negeri antah-berantah ini, sejujurnya agak sulit bagiku untuk bisa memiliki perlengkapan canggih macam ini. Tidak perlu malah. Namun karena ini pemberian, jadi pasti akan kugunakan sebaik mungkin. Ponsel berwarna hitam yang cukup mewah. Sebenarnya aku punya benda yang sama, tapi karena perbedaan jaringan, jadi ponsel tersebut tak bisa kugunakan di sini.

            “Baguslah kalau begitu,” Qwerty-san menghela napas. “Waktu Itsuki-san hilang kemarin,” sejujurnya aku tidak hilang, tepatnya hanya pulang, “Qwerty sudah melacak berbagai tempat, bahkan masuk ke jaringan milik perusahaan Toudou,” oh... ia bisa melakukan itu. “Tapi tetap tidak bisa.”

Tonari no Qwerty-sanWhere stories live. Discover now