Tonari no Qwerty-san : FILE 08

106 6 0
                                    

FILE. 08 : Delete

Hari itu aku tidak kuliah, tidak juga ke perpustakaan. Hanya berjalan-jalan—tepatnya, membiarkan Rhea-san berjalan di depanku, dan aku mengikutinya. Kami masih di Jacksonville, di antara bangunan-bangunan pencakar langit tinggi. Entah sampai mana kami akan berjalan, mungkin sampai Miami, atau garis pantai selatan Florida. Tidak ada yang tahu. Sedikit pun Rhea-san tidak menoleh, ia terus berjalan dengan langkah santai. Namun kadang-kadang, jalannya menjadi cepat, dan aku terpaksa mengejar. Apalagi ketika kami memasuki serombongan orang yang baru saja keluar kantor untuk makan siang, ingin rasanya aku menangkap kembali pergelangan tangan itu, agar ia tidak berjalan lebih jauh.

            Mungkin sudah dua atau malah tiga jam? Tidak tahu, rasanya tak begitu lama juga, hanya saja aku lelah. Sangat lelah, kalau bisa dibilang. Telapak kakiku panas, dan lututku terasa sakit. Untung saja akhirnya kami berhenti di bibir pantai. Udara akhir bulan November memasuki Desember mulai terasa dingin. Bahkan angin yang berembus pun bulan lagi angin musim panas yang hangat.

            Kami lalu duduk, bersisian di tembok-tembok batu yang ada di pantai tersebut. Ada jarak memang, tapi tidak begitu jauh hingga aku masih bisa memandang wajahnya yang diam. Benar-benar berbeda, dua orang yang tidak sama. Kami diam dalam waktu yang cukup lama. Hanya memandang lurus ke depan, ke arah pantai dengan ombaknya yang tenang. Cuaca agak mendung di siang hari yang seharusnya terik, tapi aku cukup menyukai cuaca seperti ini. Setidaknya bisa membuatku menghela napas pelan, dan mengistirahatkan kaki.

            Dalam keheningan yang agak lama itu, tiba-tiba saja Rhea-san bersuara.

            “Aku punya adik perempuan,” suara yang lama tak kudengar itu rupanya masih sama, nyaring walau sedikit serak. Pasti butuh keberanian besar untuk bisa menggerakkan mulut yang selama ini terbungkam tersebut. Aku tahu, sebenarnya mungkin Rhea-san ingin berbicara padaku, tapi ia bingung harus memulai dari mana.

            Karena itu, aku tetap diam. Berusaha mendengar tanpa memotong pembicaraannya. Hanya sedikit menoleh, sebagai bukti bahwa aku memperhatikannya.

            Tak lama, suara itu kemudian datang lagi. “Usianya lima tahun, dia sangat manis.” Lalu setiap satu kalimat, Rhea-san kembali memberi jeda diam agak panjang. “Februari tahun itu, ia berusia enam. Aku membelikannya boneka, sama seperti tahun sebelumnya.” Aku ingat tulisan yang ada di dalam file catatan Rhea-san tersebut. “Kali ini boneka penguin. Aku suka penguin, dan aku juga tahu kalau dia suka penguin. Jumlahnya ada tiga. Kupikir kenapa tidak enam? Terlalu banyak, walau aku punya banyak uang untuk dihabiskan, tapi sepertinya terlalu merepotkan.

            “Boneka itu kumasukan ke dalam sebuah kotak. Aku membelinya di sebuah toko dekat sekolah. Menyebalkannya di sana aku bertemu dengan orang-orang yang ingin kuhindari. Karena itu, aku hanya mengambil satu boneka karena mereka tahu aku menginginkan dua lainnya. Lalu aku pulang. Kedua orang tuaku ada di rumah karena saat itu sudah lewat jam lima. Mereka di ruang keluarga, dan seperti biasa aku hanya bisa memandang mereka dari balik pintu.

            “Namun...” Rhea-san menundukkan kepalanya. Sampai di situ suaranya makin berat, dan kulihat kedua tangannya terkepal erat sambil memegang tali dari tas selempangnya. “Tiba-tiba saja adikku memanggil, lalu menarikku masuk ke dalam. Tiba-tiba saja aku berada di antara orang-orang itu, ayah yang melempar pandangannya dariku, dan ibu yang hanya tersenyum seakan aku adalah orang yang baru saja ia kenal. Hanya adikku, dia yang memegang tanganku dan berseru saat melihat kotak hadiah. Dia bertanya ‘Ini untukku?’ kujawab dengan anggukan. Dia tertawa, dan aku merasa senang. Sangat senang.”

            Sayangnya, aku sama sekali tak menemukan kesenangan di wajah gadis ini. Ia justru semakin menunduk, memainkan kakinya yang terbalut sepatu boots coklat dengan batuan karang kecil.

Tonari no Qwerty-sanWhere stories live. Discover now