Tonari no Qwerty-san : FILE 09

204 8 0
                                    

FILE. 09 : Log out

Empat tahun berlalu sejak saat itu. Sejak Rhea-san pergi, dan aku tetap di sana. Aku tak pergi ke manapun, tetap tinggal di apartemen itu, di kamar nomor 305. Berkali-kali ketika aku membuka pintu ketika mendengar suara ketukan, aku berharap bahwa gadis itu lah yang akan muncul, tapi ternyata bukan. Berkali-kali pula saat kuketuk pintu kamar di seberangku, kuharap ia yang akan keluar, menyapaku dengan ramah, dan senyumnya yang amat kurindukan. Namun ternyata juga bukan.

            Dua minggu setelah Rhea-san pergi, kamar itu disewa oleh sebuah keluarga kecil. Ada anak yang pandai sekali tinggal di sana, dan kuceritakan padanya bahwa dulu ada seorang gadis yang sangat pandai juga menempati kamar apartemen tersebut. Gadis itu seorang hacker, pekerjaan yang menurut si bocah kecil sangat keren. Gara-gara cerita itu, ia bilang ingin menjadi hacker dan kubilang setidaknya ia harus punya IQ sebesar 180 dan setiap hari harus mengalungkan headphone di lehernya. Tentu saja hal itu hanya bualan, dan ia juga mengerti kalau aku hanya membual.

            Setahun kemudian si bocah dan keluarganya pindah karena mereka mencari apartemen yang lebih luas dengan dua kamar. Selama beberapa bulan kamar itu kosong, hingga akhirnya diisi lagi oleh seorang pria tua yang bekerja di konstruksi bangunan. Pria itu sering keluar setiap malam, dan marah-marah di koridor. Tak jarang ia menggedor pintu kamarku, padahal aku sama sekali tak membuat keributan. Pria itu tinggal di sana selama dua tahun, dan sejak pria itu pindah, tidak ada lagi yang tinggal di sana.

            Begitu pun setelah aku akhirnya menyelesaikan kuliah, aku mengosongkan kamarku, memasukan kuncinya ke dalam amplop sebelum kuserahkan pada Tuan Pengurus Apartemen. Sebelum pergi, kupandangi lorong tersebut. Kamarku, dan kamar yang dulu ditempati oleh seorang gadis bernama Qwerty Qaz, kini sama-sama telah kosong. Ia keluar lebih dulu, dan kemudian aku. Tak pernah kubayangkan sebelumnya bahwa hal seperti ini akan terjadi. Kupikir kami akan tinggal di sana selamanya, saling mengetuk pintu, dan turun ke lobi sama-sama.

            Namun akhirnya semua ini terjadi, dan aku sama sekali tak bisa mencegahnya.

            Aku pun meninggalkan tempat itu untuk kembali ke negeriku.

*

Ini mengapa aku memilih sebuah kota sub-urban di negara bagian Florida, Amerika Serikat. Simpelnya karena aku tak begitu suka Tokyo, kota besar yang begitu padat. Kota ini bahkan tidak pernah tidur di malam hari, selalu menyala, dengan lampu dan musik, juga layar lebar yang menghiasi setiap sudut jalanannya. Di sana aku tinggal, bukan di rumahku memang. Aku memutuskan keluar dari rumah, tidak bergantung pada siapapun, dan memulai kehidupan baruku di sini.

            Selama beberapa hari, Hinata dan Takamura-san mengantarku berkeliling untuk mencari apartemen. Daripada rumah, biaya untuk menyewa apartemen terbilang lebih murah di Tokyo. Ayah meminjamkanku sejumlah uang untuk modal menyewa tempat tinggal, dan aku berjanji akan mengembalikannya setelah kehidupanku lebih baik di sini. Kota besar yang mungkin akan menguras isi dompetku dengan cepat.

            Seperti hari itu, diantar Hinata aku mengunjungi fudosan ya[1] yang ada di Toshima-ku, Ikebukuro. Sebenarnya apartemen di mana pun tidak masalah bagiku, yang jelas harus nyaman dan kalau bisa dekat dengan stasiun juga pusat perbelanjaan. Sampai bulan depan, aku masih menganggur karena harus mengurus berbagai macam surat-surat kepindahan, dan tentunya tempat tinggal baruku ini. Awal bulan Mei nanti, baru aku mulai bekerja di sebuah kantor penerbitan sebagai seorang penerjemah. Bayarannya memang tidak terlalu besar, tapi kalau bisa naik pangkat sampai menjadi editor khusus, bahkan kepala redaksi, aku bisa mengatur perputaran buku-buku yang keluar-masuk dengan mudah.

Tonari no Qwerty-sanWhere stories live. Discover now