Tonari no Qwerty-san : FILE 06

118 4 0
                                    

FILE. 06 : Pause Break

“Loh,” aku terkejut dengan seseorang yang berdiri di balik pintu kamarku pagi itu. Kukira Qwerty-san, tapi ternyata... “Hinata?”

            Gadis berambut hitam panjang dengan potongan klasik ala boneka kokeshi itu mengenakan furisode berwarna oranye cerah. Ia mengangkat pandangannya padaku sambil kemudian menyapa ‘selamat pagi’ dalam bahasa kami. Kedua tangannya menggenggam sebuah kotak yang terbungkus dalam furoshiki[1] hitam bercorak sakura merah muda.

            “Apa yang kau lakukan di sini?” tanyaku sedikit curiga. Jangan-jangan ia mau menyeretku kembali ke rumah. Namun kelihatannya Hinata tidak datang bersama dengan dua penjaganya yang bertubuh besar. Ia benar-benar ke sini sendiri.

            “Boleh masuk?”

            Aku mengangguk, tentu saja boleh. Saat kubuka pintu lebih lebar, kemudian Hinata melangkah masuk. Ia benar-benar sendiri, tidak ada yang lain. Kupastikan hal itu setelah melihat ke arah koridor, dan tidak ada yang mencurigakan di sana. Pertanyaanku selanjutnya, sama seperti sebelum ini. Apa yang dilakukannya di sini?

            “Oh, apartemen yang bagus, Itsuki-sama...” gadis itu mengerlingkan pandangan mengelilingi berbagai sudut di apartemen kecilku ini. Jika dibandingkan dengan rumah kami, memang pastinya tempat ini terlihat sangat kecil dan sederhana.

            “Mau minum sesuatu?” tanyaku, lalu melangkah menuju dapur. Kulihat Hinata segera duduk tanpa banyak meminta, ia hanya mengangguk dan mulai kembali memperhatikan sofa berwarna putih yang juga sangat sederhana.

            Hari ini aku belum berbelanja, jadi hanya ada teh yang kuseduh dengan air hangat, juga beberapa potong biskuit yang kusajikan untuk tamuku satu ini. “Jadi... apa yang membawamu ke sini?” Pertanyaan itu kuulang lagi setelah duduk di sampingnya. Kupikir Hinata pasti punya banyak pekerjaan, jadi kalaupun ia ke sini, pasti ada sesuatu yang diinginkan olehnya. Misalnya membawaku kembali pulang dengan dalih sesuatu terjadi pada ayah atau bahkan perusahaan kami.

            “Oh, tidak ada.” Namun justru jawaban itu yang kudapat. “Kebetulan ada pertemuan bisnis di New York, jadi selagi sempat saya ingin menjenguk Anda di sini. Apa Anda keberatan?”

            Aku menggeleng, “Tentu saja tidak.” Kalau bukan untuk menjemputku kembali, kenapa harus keberatan. “Lalu kau ke sini sendiri?”

            “Tidak, tadinya bersama dengan Yoshida-san,” pamanku yang tinggal di New York, “tapi katanya ia ada urusan sebentar jadi tidak sempat ke sini. Ah,” tiba-tiba saja Hinata menepuk kotak berukuran lumayan besar yang ada di pangkuannya, “mungkin hanya barang yang membosankan, tapi kalau Anda berkenan...”

            “Oh, terima kasih,” oleh-oleh maksudnya? Aku menerima kotak tersebut lalu membukanya. Bertanya-tanya, apa yang kira-kira diberikan padaku? Dua tumpuk kotak yang ketika kubuka berisi beragam kue-kue kecil dengan berbagai bentuk yang manis. Melihat kue-kue tersebut aku tahu siapa yang akan girang kalau kusuruh mencoba. Siapa lagi? Aku jadi tak sabar melihat bagaimana ekspresinya saat itu. Namun tidak sekarang, nanti. Kututup lagi kotak tersebut, lalu menyimpannya di dapur. “Lalu, selain mengunjungiku di sini, apa lagi rencanamu?”

            “Hmn... tidak ada. Saya hanya ingin melihat bagaimana kehidupan Itsuki-sama di sini,” jawab Hinata lagi.

            Mendengar itu aku hanya mengangguk pelan. “O-oh, aku baik-baik saja di sini.”

Tonari no Qwerty-sanWhere stories live. Discover now