Prolog

11.4K 952 58
                                    

Kerah yang dicengkramnya semakin mengerat. Tidak membiarkan manusia dihadapannya itu bernapas bebas. Orang-orang berkerumun, menonton seolah apa yang dihadapan mereka adalah sebuah pertunjukan sirkus. Ya pertujukan sirkus, sama menegangkannya ketika singa yang seharusnya jinak berubah menjadi buas, siap memangsa pawangnya.

Bug!

Dan kini, singa itu memakan pawangnya.

Tidak, tidak. Kita tidak sedang menonton pertujukan sirkus. Tetapi, seorang yang sedang meluapkan amarahnya. Orang yang dicengkram kerahnya itu mencoba melawan, namun kemudian ambruk ke lantai, meneteskan cairan merah yang berasal dari robekan pelipisnya.

Orang-orang semakin menegang. Beberapa dari mereka mencoba mencari guru atau satpam yang bisa dipintai tolong, namun apa daya guru-guru sedang melaksanakan rapat tertutup dan percuma saja memanggil satpam, toh yang kini terkapar di atas lantai itu merupakan salah satu satpam di SMA Araswara.

Di sisi lain, seorang gadis kini mencoba menahan desakan yang menggelitik dirinya, ia menahan tawa sampai-sampai wajahnya memerah bak kepiting rebus. Tontonan dihadapannya tidak memiliki kesan lucu, namun tetap saja ia ingin melepaskan tawanya, hingga detik itu tiba, ketika senyap suasana menyelimuti ketegangan, ia melepaskan sedikit desakannya.

"Hahaha!"

Hening menyelimuti, tiba-tiba tanpa aba, terdengar gelak tawa seorang wanita. Dan kini, gadis yang barusan-mengeluarkan tawanya menutup mulut karena menjadi pusat perhatian.

Braga Folken Bolide- cowok berambut urakan itu juga menatap ke arahnya tajam, menembus dinding pertahanan gadis itu, yang menahan malu. Sempat-sempatnya ia tertawa saat suasana sedang tegang-tegangnya.

Braga berjalan mendekat, menyisakan suara derap langkah. Orang-orang yang berkerumun penasaran dengan apa yang akan terjadi selanjutnya. Salah satu teman gadis itu menyikut pinggangnya, menyadarkan dari lamunan yang sepertinya hinggap di gadis pembuat tawa tersebut.

Sampai temannya itu pasrah, kemudian menarik paksa si gadis yang menjadi pusat perhatian keluar kerumunan. Namun, bukan Braga namanya jika membiarkan hal itu terjadi begitu saja. Gadis itu menertawainya, saat yang lain takut juga takluk akan diri dan pesonanya.

Braga menahan bahu yang sudah berbalik itu, merubah posisinya menjadi menghadap dirinya. Tangan kanannya mengangkat dagu yang kini tertunduk jadi mengadah, terpejam dengan sebuah senyum yang tidak pudar. Wajahnya memerah, campuran dari rasa malu dan takut. Tangan cowok itu kini beralih turun menyusuri kerah seragamnya.

Detakan jantung gadis itu jelas tak berirama. Ia kikuk, dan mematung. Membiarkan dirinya menjadi tontonan siswa-siswi SMA Araswara. Otaknya tidak bisa berpikir jernih dengan apa yang akan Braga lakukan sekarang.

Mulanya mereka yang berkerumun mengira riwayat gadis itu akan tamat hari ini. Namun perkiraannya patah tat kala Braga menyentuh sekaligus merenggut sesuatu yang tersemat di dada kanan gadis itu kurang dari dua detik, setelahnya, Braga meninggalkan kerumunan yang kini menimbulkan desus.

Debaran jantung yang kelewat batas, detak yang tidak seirama, sudah lebih dari membuktikan bahwa kini dirinya malu, takut, takut dan takut.

Persetan dengan bibir yang tidak bisa diajak kompromi saat ia takut, bibir ranum itu selalu menampakan senyum pada kondisi yang tak seharusnya.

▪▪▪

Hai-hai!! Go move on dari Cakra dan Queenla!

Story ke berapa nih, aku baru sepuluh bulan nulis tapi udah ngeberesin NBU, IF I, PW. SAMA CAMILAN LAIN LAH YA... KURANG NGEBUT GIMANA SIH GW?

Buat After Us pasti aku up juga kok, yang sabar ya sayang-sayang.

Lanjut OPERA juga, kita main teka-teki disini:)

Salam cinta, Bellaanjni
Author jahat yang suka banting-banting orang!
XOXO

Bandung, 16/11/2018

OPERATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang