OPERA | Octo

4.6K 699 60
                                    

HAYOLOHHH!

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

HAYOLOHHH!

Baca sambil play mulmednya yaa..!

"I'm best when i'm bad!"

Kepala Lessa seakan berputar hebat, ia menatap lamat-lamat kertas yang ia pegang. Ia mendesah kecil, kenapa pula harus Braga yang ada saat tadi, kenapa bukan hanya ia sendiri? Atau ayahnya saja mungkin itu lebih baik.

Tidak, Lessa tidak ingin ayahnya tahu. Ini akan memperburuk suasana, ayahnya sudah cukup lelah bekerja, ia tidak boleh menambah beban pikiran ayahnya.

"Aku adalah seorang penonton. Temui aku, aku tahu namamu, kisah hidup mu. Bahkan aku tahu apa isi dari lapisan dinding kamar yang kini kau tempati."

The Watcher

Apa surat itu memang ditujukan untuk dirinya? Jika ia, lantas kenapa orang itu membicarakan pasal dinding kamar? Bukankah dirinya saja baru pindah rumah? Apa ini ditujukan pada seorang yang dulu sempat mengisi rumah ini? Tapi siapa?

Sesaat, bulu kuduknya berdiri. Ia beranjak dari kasur, meraba dinding berwarna violet muda itu. Dindingnya dingin. Lessa mengetuknya pelan, tidak ada yang aneh, mungkin.

Gadis itu kembali pada kasurnya, membuat kasur itu melesak menahan berat tubuhnya. Dentingan jam membuat ia melirik, tepat pukul tengah malam.

Sudahlah, setidaknya ia harus tidur untuk mempersiapkan tes.

Apa? Tes?

Sialan!

Lessa sama sekali belum menghapal, bahkan ia tidak ingat besok akan ada tes. Author jahat, membuat alur sekenanya.

Selamat begadang! Falessa Allura.

▪▪▪

Mata berkantung, wajah yang pucat. Jelas, bisa menunjukan bagaimana baik-baik saja-nya kondisi Lessa sekarang.

Ia kini sudah berada di lab, tes kali ini adalah untuk menentukan siapa yang akan lolos seleksi olimpiade, tes ini juga diikuti oleh semua tingkat yang masuk kedalam deretan murid sepuluh besar.
Decitan kursi di sampingnya tidak membuat Lessa mengalihkan tatapan dari hadapan komputer dengan layar yang masih gelap. Gadis itu menatap layar dengan tatapan kosong, sampai kursinya didorong perlahan, ia tersentak.

Lessa melirik pada cowok yang terkekeh kini, lantas kembali enggan menatap. Braga yang kekehannya mulai mereda kini merogoh tas hitam diatas meja, mengeluarkan satu bungkus roti lalu melemparkan pada Nael yang berada di belakangnya.

OPERAWhere stories live. Discover now