OPERA | Novem

4.5K 652 56
                                    

Detakan yang tercipta berkejaran dengan angin malam yang menembus tiap helai diri. Mencipta hangat asing yang tidak aku sadari. Bolehkah aku kini berlari? denganmu, seraya menautkan jari. Jadi, aku tidak akan lelah sendiri.

"Lo gak seharusnya belain gue kaya tadi, Sa." Anna meletakan salah satu botol parfum di atas etalase.

Lessa yang sedang mengelap kaca tokonya kini melirik Anna. "Gue gak suka, terlebih ketika seorang meremehkan orang tua, engga beretika, kaya gitu yang namanya pelajar? Itusih, pelajar yang emang harus dikasih pelajaran." Lessa terlalu panjang menerangkan.

"Gue emang anak jalang, omongan Brisia sepenuhnya bener, lo jadi keseret ke masalah gue kan," gadis itu mengetuk kaca etalase dengan telunjuknya, menyusun pola tap-tap-tap, ia gelisah.

Lessa tersenyum, "gue tau resikonya," gadis itu menepuk bahu Anna. Meyakinkan sahabatnya kalau ia bisa menangani ini semua.

Tinn..!

Bunyi nyaring dari klakson mobil kini menghiasi ruang telinga, mata Anna membulat ketika sebuah mobil hatchback hitam bertengger, tidak asing. Itu milik Nael.

"Halo!" ucap Nael masuk, Lessa menyapa ala kadarnya.

"Katanya ada job buat gue?" Nael berucap tanpa basa-basi.

"Itu cuma saran Kak Braga, Kak." Lessa menjelaskan, kemudian kembali mengelap kaca tokonya.

Nael mengangguk, "selama gue bisa bantu, bagus deh."

"Kak Nael mau?" tanya Lessa dengan mata yang sendu,

"Lo gak suka?" tanya cowok itu mengartikan tatapannya.

Anna tertawa, "dia suka, moodnya kadang terbalik, jangan heran, kelihatan gak suka padahal lagi seneng." Kali ini, Lessa bisa mengandalkan sahabatnya.

Nael hanya ber-oh ria. Cowok itu berdehem pelan, "soal tadi," ucapnya menggantung kalimat. Baik Lessa maupun Anna kini menyimak, "maafin Brisia ya," ucapnya tanpa basa-basi.

Baik Lessa maupun Anna kini memalingkan perhatian, "enggak usah dibahas, Kak." Lessa menyimpan kanebo pada atas kursi plastik berwarna biru.

"Kak Nael bisa bantu Anna rapihin etalase?" Lessa melirik keduanya, lantas cowok itu mengangguk.

Setengah jam tanpa pembicaraan, kemudian Braga datang memecah hening, membawakan empat burger dengan daging asap saus teriyaki di dalamnya.

"Sir di rumah?" tanya cowok itu meneguk minuman ringannya.

Lessa menggeleng, "Ayah lagi di teater, beresin data."

"Masalah semalam, lo bilang ke Sir?"

Gadis itu menggeleng lagi, "Kalau Ayah tahu, nanti dia khawatir."

Baik Anna maupun Nael tidak mengerti apa yang sedang Braga dan Lessa bicarakan.

"Laku berapa hari ini?" Braga melihat data catatan pengunjung yang tidak lebih dari dua puluh orang.

"Terjual lima belas botol, untuk ukuran toko baru, itu fantastic kan?" Lessa berucap datar.

Drtt.. Drtt..

Braga merogoh ponsel yang terdapat di sakunya. Sebuah panggilan masuk nampak di layar, lantas ia menempelkan benda tipis berwarna hitam itu ke telinganya.

"Saya kesana," ucap Braga di akhir sambungannya.
Cowok itu melirik ketiga teman yang ada, "gue ada kerjaan, sorry gue tinggal."

"Kemana?" tanya Lessa, siapa tahu bertemu dengan ayahnya.

OPERATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang