Pandangan Pertama dua cangkir Cappucino

476 4 2
                                    

CINTA DALAM CAPPUCCINO

Harum kopi menyebar , ketika pintu café terdorong terbuka.

Melangkah masuk di antara kerumunan orang,

Mencari meja kosong di mana bisa melepas penat

Dan menyeruput secangkir cappuccino dingin di sore yang menyengat

Aaahh....semua meja terisi penuh...hilang sudah bayangan cappuccino dingin

Tapi.....wait.... AHA ..... sebuah meja bertempat duduk dua hanya terisi satu orang ...

Sepertinya kakiku bisa berisitirahat di salah satu bangku di sana.

Berharap sang penghuni terdahulu , berbaik hati berbagi tempat....

Mmmmh...gadis cantik yang baru saja membuka novel klasik ,

Menanti secangkir kopi atau.....juga menanti seseorang....

Berdiri mematung , di antara keinginan menghempaskan diri di sofa café

Dan keraguan kalau si gadis menanti seseorang......

Mungkin merasa diperhatikan, si gadis mengangkat wajahnya,

Menatap diriku dengan pandangan bertanya.....

Tersihir melihat wajah cantiknya mulutku membuka tak bersuara.

Dia menatapku sekali lagi, dengan mata hitam kelamnya , melihat sekeliling café dan menatapku kembali

Dan sungguh bodohnya diriku...hanya diam mematung...seperti terpaku di lantai kaca

"Mau duduk di sini...?' tunjuknya pada sofa di seberangnya .

Seperti orang yang tak kenal tata cara, tubuhku langsung menghempas nyaman di sofa putih tersebut. Dan barulah aku tersadar, betapa tidak sopannya sikapku.

Sang gadis tersenyum..." Café ini selalu ramai pada jam-jam seperti ini"

Sedetik kemudian , dia melambaikan tangan , memanggil seorang barista agar mendekati meja kami.

"Jangan lewatkan cappuccino di café ini." Senyumnya merekah saat sang barista berdiri di sisi meja kami.

"Miss Verlyn...mau tambah sesuatu ?" Tanya sang barista yang rupanya sudah mengenal gadis di hadapanku.

Sang gadis menggeleng, "Bukan saya, tapi bapak ini mungkin ingin memesan."

Dengan semangat sang barista, menyodorkan menu dan menyarankan beberapa menu drinks dan cake café mereka.

"You must try Tiramisu dan Opera Cake di café ini." Suara lembut sang gadis, ,membuatku mengangkat wajah dan sekali lagi bertemu dengan mata hitam kelamnya yang berbinar. Sedikit eye shadow warna perak yang dibubuhkannya justru seolah menambah daya tarik setiap kali matanya mengedip, mataku tak lepas memandangnya.

Oh betapa tak sopannya diriku....memandangi lekat-lekat gadis yang baru saja ditemui dan kami bahkan belum berkenalan. SUPER....SUPER KURANG AJAR sikapku ini , rutukku dalam hati.

Merasa jengah diperhatikan, sang gadis, kembali menunduk menekuni novel klasik yang tengah di bacanya.

Barista di sebelahku berdiri dengan kesabaran super, menanti pesananku. Tak enak hati membiarkannya berdiri lebih lama, Capuccino dan Opera Cake menjadi pilihanku.

Suasana mendadak sepi di meja kami,walaupun aku bisa mendengar dengung bising suara-suara pengunjung lain. Sang gadis tetap asyik membaca novelnya, tak sedetik pun dia menurun novelnya dan melihat diriku. Mungkin juga salahku, yang membuat kapok melihat teman semejanya.

Cinta dalam Secangkir CappucinoWhere stories live. Discover now