Chapter - 13

1K 124 40
                                    


"Engkau hilang, menyublim ke udara.
Memenuhi paru, mengalir bersama darah. Menggumpal di kelopak mata, lalu pecah menjadi sungai air mata." - @nadipranaa

- (namakamu) Abigail C. Maldini




*



(namakamu) berlari menghampiri Hillary di terminal kedatangan, ia sangat rindu pada wanita paruh baya yang tengah erat memeluknya. (namakamu) benar-benar butuh Hillary sekarang. Apalagi kandungannya sudah memasuki minggu ke 13, ia ingin bercerita banyak tentang pengalamannya saat hamil. Tapi mustahil, hal itu hanya akan jadi wacana sampai Iqbaal menemui Hillary dan Aldi untuk meminang (namakamu).

Ah! (namakamu) jadi tak sabar untuk menemui Iqbaal, ia yakin Iqbaal pasti senang melihat kedatangannya.

“Mama.. kangen banget sama kamu (nam..)” Ujar Hillary sambil mengusap air mata putrinya.

“Aku juga kangen sama mama.”

“Jadi, nggak ada yang kangen sama koko nih?” Cibir Aldi yang sedari tadi didiamkan.

“Ah koko...” (namakamu) langsung menghambur kepelukan Aldi yang berdiri tak jauh darinya.
Aldi menyambutnya dengan hangat, menghadiahi kecupan ringan dipuncak kepala (namakamu).

“Kamu gendutan lhoo (nam..)”

“Ah masa sih ko?” (namakamu) refleks memegang perutnya.

“Kamu masa bakti bukannya kurusan malah makin gemuk. Makmur ya disana?” Timpal Hillary.

“Ah mama.. Jangan ngeledek aku dong. Koko sih! Mulai duluan.” (namakamu) mencebikan bibirnya kesal.

“Udah, ah! Aku capek mau pulang, ayoo.” (namakamu) menarik tangan Hillary.

“Sensi amat, kaya bumil.” Desis Aldi kesal, yang dihadiahi cubitan dari Hillary.

“Sssstt... jangan gitu ah.”
Selama perjalanan pulang (namakamu) terus mencoba menghubungi Iqbaal, tapi nihil. Nomornya tidak aktif.

“Hufft...” (namakamu) menghembuskan nafas kesal, menyandarkan punggungnya dalam-dalam ke jok mobil. (namakamu) kembali merasakan kemewahan yang ia tinggalkan selama tiga bulan, betapa ia tak pernah bersyukur atas semua berkat Tuhan yang ada dalam kehidupannya. (namakamu) mengelus perutnya lembut, mencoba merasakan kehadiran malaikat kecilnya. Ditengah-tengah kegiatannya (namakamu) terusik dengan getaran panjang dari ponselnya. Manik matanya menyala, sesaat sebelum menyadari siapa yang menghubunginya.

- Hito's calling -

“Hallo To?”

Hei (nam..) Udah nyampe?”


“Belum nih, masih otw rumah. Kamu gimana?”


“Saya udah nyampe dari tadi, yaudah nanti langsung mandi, istirahat, jangan lupa diminum susunya. Bye...”

Hito langsung menutup telponnya sepihak. (namakamu) tersenyum tipis manik matanya berubah nanar, Hito begitu perhatian pada (namakamu) dan itu membuat hati kecil (namakamu) serasa dicubit.
Ia merindukan Iqbaal, sangat merindukan Iqbaal. selama tiga bulan, Iqbaal menghilang, tak pernah menanyakan kabar (namakamu).
Setiap (namakamu) mencoba menghubungi Iqbaal hasilnya tetap sama, nihil! Nomor Iqbaal selalu tidak aktif.


*


“Zee, ini susunya diminum dulu. Nanti keburu dingin.” Iqbaal menghampiri Zidny yang tengah duduk di gazebo belakang.

Tasbihku Bukan Rosariomu - IDRTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang