Chapter - 17

1.5K 189 102
                                    

OMG gais aku kaget cerita ini ada di
peringkat nomer
#1 Iqbaal

HUHU MAKASIH BANYAK BUAT SUPPORT KALIAN, AWALNYA AKU GAK YAKIN AKU BISA BANGKIT LAGI SETELAH HIATUS, TAPI KARNA SUPPORT DARI KALIAN SAMPE CERITA YANG GAK SEBERAPA INI BISA NANGKRING DI PERINGKAT SATU. AKU JADI SEMANGAT LAGI 😭😭 MAKASIH BANYAK SEMUANYA! MI LUV U 💕😭


*

"Hadirmu ialah titah semesta,
untuk aku jaga dan aku cintai seumur hidup."
- (namakamu) Abigail C. Maldini



*




"Iyaaaa Shaa, gue abis keluar cari makan. Ini lagi otw balik ke RS.
Tadi sih pas gue tinggal (namakamu) lagi tidur, sekarang nggak tau deh..."

"...Okay, bye." Jalanan sangat macet, Hito sudah terjebak sekitar 20menit. Jujur ia sedikit khawatir mengingat (namakamu) sendirian di Rumah Sakit, ia takut tak ada yang membantu (namakamu) saat membutuhkan sesuatu.
Hito membelokan kemudinya ke arah kanan, dan ia begitu lega bisa lepas dari kemacetan. Tak butuh waktu lama untuk Hito bisa sampai ke Rumah Sakit, ia berlari ringan melewati lorong-lorong menuju kamar tempat (namakamu) dirawat sekarang.

"Hai (nam..) liat nih saya bawa apa.."
mata Hito terbelalak saat mendapati seorang petugas kebersihan sedang merapihkan ranjang (namakamu).

"Maaf mas, ini ada barang yang tertinggal milik pasien atas nama Ny. (namakamu)." Petugas kebersihan itu menyerahkan tas Ransel milik (namakamu).

"Barang yang tertinggal? Lhoo memangnya (namakamu) kemana?" Tanya Hito kalap.

"Ny. (namakamu) langsung pergi setelah mengurus semua sisa administrasi, mas." Tanpa pamit, Hito langsung berlari meninggalkan ruangan dengan rasel ditangan kirinya. Sementara tangan yang satunya lagi sibuk mencari kontak Salsha, ia benar-benar panik saat ini.

"Shaaa, (namakamu) pergi Shaa! Shaaaa gue harus gimana?" Hito bicara dengan napas terputus.

"Ha? (namakamu) pergi? Kabur maksud lo? Gue ada diparkiran lo kesini ya To." Terdengar sautan Salsha dari seberang telepon dengan kepanikan yang sama.
Hito sampai di Parkiran dengan keringat yang bercucuran.

Wajah Salsha memerah melihat tas yang Hito bawa, Salsha merebutnya secara paksa. "Astaga, masih lengkap! Dia pergi cuma bawa baju doang! Kita harus cepet-cepet nemuin dia." Salsha menarik Hito menuju mobilnya.

"Cepet Hito! Duh mobil lo mana sih?!" Salsha berlarian rusuh mencari mobil Hito. Salsha langsung duduk dan memasang seatbeltnya begitu pintu mobil terbuka. Dan tak lama setelahnya mobil Hito langsung berbaur dengan kendaraan lainnya dijalanan.


*

(namakamu) turun didaerah pondok kopi saat Adzan Isya' sayup-sayup terdengar ditelinganya. Ia merasa tidak nyaman naik angkutan umum dengan banyak barang bawaan, hal itu membuat ruang dalam angkutan ini semakin sempit.
Ia turun dan menyerahkan uang 50 ribu rupiah.
"Ambil aja pak kembaliannya, makasih."

Ia memang sedang serba pas-pasan, tapi tak apa niatnya Ikhlas itung-itung sedekah. Ia masuk ke dalam Masjid dan mengambil air wudhu, sebelum melaksanakan sholat Isya.

.

Ia tak tahu harus kemana lagi setelah ini, badannya ia sandarkan pada pilar masjid. Rasa kantuk dan letih sudah mulai menyerangnya, ia pikir ia akan menghabiskan satu malam disini sebelum ia menemukan tempat untuk tinggal. Sengaja ia tak membawa ransel yang Salsha berikan karna itu semua adalah harta keluarganya, ia sudah bertekad ingin berdiri diatas kakinya sendiri. Ia hanya meminjam uang 10 juta dari ranselnya, meminjam? Ya.. suatu hari ia pasti akan mengembalikan uang pinjamannya itu pada kakaknya. Uangnya kini hanya tersisa 4juta karna sisanya habis untuk biaya rumah sakit. Uang 4 juta cukup untuk apa?! Jika ia mencari kos-an ia khawatir tidak bisa memenuhi kebutuhan nutrisi bayinya. Tapi kos-an juga sangat penting, karna tidak mungkin ia hidup berpindah-pindah dari satu masjid kemasjid lain.
Tentu angin malam juga tak baik bagi kesehatannya.

Tasbihku Bukan Rosariomu - IDRWhere stories live. Discover now