Chapter - 16

1.3K 159 45
                                    


"SINTING LO (NAMAKAMU)!"

Bentakan Aldi mengejutkan Salsha yang tengah ada dilantai atas, dikamar (namakamu).
Ya.. Salsha sampai ke Jakarta lebih dulu dibanding (namakamu), ia mengambil penerbangan lebih awal dari (namakamu) karna Salsha sudah menduga hal ini akan terjadi.
Sesampainya dirumah (namakamu) Salsha disambut hangat oleh Hilary dan Aldi, Salsha beralibi ingin menunggu (namakamu) karna ada hal penting yang harus ia sampaikan pada sahabatnya itu.
Hilary sempat menanyakan kenapa ia tak datang dengan (namakamu), namun Hilary mempercayai penjelasan bohong yang Salsha ciptakan dari otak cerdasnya.
Salsha mengatakan jika (namakamu) shift pagi, sedangkan kemarin Salsha shif malam jadi hari ini ia bebas tugas dan langsung memutuskan untuk segera bertolak ke Jakarta.
Dan saking terburunya Salsha sampai lupa menyampaikan sesuatu pada (namakamu), makanya dari bandara Ia langsung datang kemari. Karna kalau langsung pulang ia bisa-bisa lupa tidak menyampaikan hal ini.
Hilary mempercayai setiap ucapan yang Salsha katakan, karna Salsha merupakan sahabat baik putrinya maka Salsha dipersilakan menunggu (namakamu) dikamarnya sambil beristirahat, tentunya Salsha juga sudah memperkirakan hal ini. Sehingga ia tak perlu repot membuat Alasan untuk dapat masuk ke kamar (namakamu).
Salsha datang dengan membawa koper besar, ransel, dan tas jinjing yang cukup besar. Semua dalam keadaan kosong.

Salsha baru saja rampung mengepack baju (namakamu) kedalam koper, tas jinjingnya sudah terisi penuh dengan satu bedcover dan beberapa selimut tebal.
Ia bangkit membuka satu persatu laci yang ada, mencoba mencari barang-barang berharga yang bisa (namakamu) manfaatkan.
Beberapa kotak perhiasan (namakamu) Salsha masukan kedalam ranselnya, matanya beralih pada sebuah lukisan karikatur dirinya dan (namakamu) yang tergantung disudut kamar.
Salsha tak henti mengucapkan kata maaf saat menurunkan lukisan itu.
Brangkas (namakamu) kini terlihat jelas di depannya, untung saja ia sempat menanyakan password brangkas (namakamu), Salsha harap isi brangkas ini bisa menopang kehidupan sehari-hari (namakamu) untuk sementara waktu.
Bulir-bulir keringat Salsha bermuculan, saat jari-jarinya menekan beberapa digit angka.
Mata Salsha terbuka lebar saat melihat isi brangkas yang ada dihadapannya. Tanpa ba-bi-bu Salsha memasukan uang ratusan ribu rupiah dengan nominal puluhan juta, dan juga seluruh mata uang asing seperti euro, poundsterling, dan u.s dollar.
Tak habis disitu, setelah Salsha memindahkan semua uang (namakamu) kedalam ransel, matanya disambut oleh kilauan emas batangan yang cukup banyak jumlahnya.
Dengan enggan Salsha memasukan beberapa batang emas beserta surat-suratnya kedalam ransel.
Salsha menutup rapat tas ranselnya, merapihkan kembali kamar (namakamu) seperti semula.
Ia bergegas turun kebawah membawa semua barang (namakamu) yang telah ia packing, setelah mendengar pecahan kaca dan teriakan Aldi.

Salsha tertegun saat melihat pecahan vas dan guci yang berserakan disekitar (namakamu) yang tengah duduk tersungkur.

"JANGAN HARAP KAMI MAU MENERIMA KAMU! MULAI DETIK INI, KAMU BUKAN LAGI BAGIAN DARI KELUARGA MALDINI! KECUALI JIKA KAMU MAU KEMBALI BERPEGANG PADA KEYAKINAN KAMI, DAN DI BAPTIS KEMBALI. KAMU PIKIR KAMU MAMPU HIDUP SENDIRI TANPA BANTUAN KAMI? HA?! MUSTAHIL (NAMAKAMU)! SAYA PASTIKAN! KAMU TIDAK AKAN PERNAH SANGGUP BERDIRI DIATAS KAKI KAMU SENDIRI, MARI KITA BUKTIKAN! SIAPA YANG AKAN MENANG." Bentakan demi bentakan Aldi lontarkan pada (namakamu), ia menendang lengan atas (namakamu) yang tengah memandangnya dengan deraian airmata.

"SEKARANG, PERGI DARI SINI! ATAU STIK GOLF INI BAKAL MELAYANG KE KAMU." (namakamu) memandang Aldi dengan tatapan menantang, ia yakin Aldi tak akan setega itu padanya.
Namun dugaannya salah, satu pukulan tepat mengenai pelipisnya.
Darah segar langsung membasahi hijab merah mudanya.
(namakamu) reflek menghalangi perutnya dengan kedua tangannya saat stik golf itu Aldi layangkan kearah perutnya. Ia meringis kesakitan merasakan kedua lengannya yang kebas. (namakamu) berdiri dengan tatapan tak percaya, ia memandang Aldi dengan tajam yang hampir saja membuat (namakamu) kehilangan bayinya.
Dan ia menatap Hilary dengan sendu, ia tak menyangka jika Hilary akan diam saja melihat (namakamu) dipukuli oleh Aldi.

Tasbihku Bukan Rosariomu - IDRWhere stories live. Discover now