2. Bergerak, Pemuda!

124K 20.4K 8.3K
                                    

Musyawarah besar telah rampung, Akmal dan Narendra resmi demisioner sebagai wakil kepala departemen dan diangkat dengan mengemban tanggungjawab yang jauh lebih besar

Hoppla! Dieses Bild entspricht nicht unseren inhaltlichen Richtlinien. Um mit dem Veröffentlichen fortfahren zu können, entferne es bitte oder lade ein anderes Bild hoch.



Musyawarah besar telah rampung, Akmal dan Narendra resmi demisioner sebagai wakil kepala departemen dan diangkat dengan mengemban tanggungjawab yang jauh lebih besar. Ketua dan Wakil Ketua Himpunan.

Ucapan dan doa-doa yang tidak berhenti berdatangan membuat mereka merasa dihujani banyak cinta. Namun pada saat yang bersamaan, juga merasa berat terbebani oleh harapan-harapan yang ditaruh diatas pundak.

Perasaan ragu dan cemas masih menyelimuti hati Akmal, entah bagaimana pada Narendra. Namun keduanya menutupi segala apapun perasaan kurang baik yang mereka rasa dengan senyuman lebar dan ungkapan terimakasih yang tidak berujung.


Ketika ruangan kelas beserta suara-suara yang berdatangan sudah sepi, Akmal berjalan keluar.

Langkahnya ragu. Kondisi memintanya untuk terus maju, namun dalam diam ia masih mengharapkan ada opsi untuk mundur dan berhenti. Fokusnya sudah hampir lenyap ketika ada tangan yang menariknya dari lamunan.


Dia Naya, sosok yang tidak pernah menjadi penampung keluh kesahnya; tapi mungkin setelah hari ini, akan berbeda.

"Ngobrol dulu sebentar, panggil Nana juga!" ujarnya tanpa basa-basi.


Setelah memanggil Narendra, mereka bertiga berjalan menuju satu pojok. Dimas sudah duduk menunggu dengan tenang disana.

Dimas langsung memukul bahu Akmal ketika ia baru saja duduk. "Gimana? Udah siap?" tanyanya tanpa basa-basi.

"Siap," jawab Akmal dengan wajah setengah mengantuk.

"Jangan loyo gitu lah masa kahim loyo sih??" tegur Naya.


"Aduuh Teh, kalo boleh jujur mah pusing pisan. Belum mulai juga udah pusing," keluh Akmal, suaranya sedikit bergetar.

"Ada yang masih ngeganjel ya di hati lo?" tanya Dimas. "Kenapa sih? Gara-gara aklamasi?"

Akmal mengangguk lemah. "Sebenernya tadinya udah gapapa Kang asli. Tapi ada satu omongan yang masih muter di kepala sampe sekarang euy, parah itu ngerusak kepercayaan diri pisan."

"Gio?" tanya Narendra, menyebutkan nama teman mereka yang meremehkan Akmal tempo hari.


"Gio siapa sih?" kali ini Naya yang bersuara. "Gio anak angkatan kalian? Ngomong apa dia sama kalian?"

Akmal dan Narendra saling tatap, ragu apa mereka harus bercerita atau tidak.

"Ngga usah liat-liatan," tegur Naya. "Cerita. Ngomong apa si Gio?"

"Cerita aja udah Can," ujar Narendra.

"Dia bilang Ecan ngga cocok jadi kahim Teh, ngga kompeten katanya." Akmal bercerita sambil tertawa miris. "Dia sampe cabut dari himpunan soalnya ngga mau dipimpin sama orang kaya Ecan."


"Wah, sialan banget tu orang!" emosi Naya tersulut, tidak terima adiknya diperlakukan seperti itu.

"Nay Nay, Nay.." Dimas menegur Naya, mencoba menahan kalimat selanjutnya yang mungkin akan terdengar lebih kasar.

HIMPUNAN VOL.2Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt