16. Gala Dinner

62.8K 12.2K 10.7K
                                    

First of all, mohon maaf lahir bathin karena aku ingkar janji dan baru kembali dalam hitungan bulan [emot minta maaf]


-


"Ngapain ke sini?"

"Ngambil skincare."

"Itu apa yang di tangan?"

"Sekalian." Jawab Renjani, mengangkat obat di tangan kanannya.

Akmal memindai Renjani dari ujung kepala hingga ujung kaki, menerka-nerka mengapa Renjani terlihat kelelahan seperti habis berlari.


"Ini! Ambil!" Paksa Renjani, mengulurkan obat demam.

"Nggak mau, ah."

"Nggak bisa. Gue udah lari-lari bawa obat ke sini. Nggak bisa lo jawab nggak mau. Minum."

"Ngapain lari-lari?"

Renjani menggeleng, "Nggak tau. Gue daritadi kebayang muka Bunda lo."

Akmal tergelak mendengar jawaban polosnya, "Takut sama si Bunda???"

Renjani menggeleng kembali, "Kalo lo kenapa-kenapa bisa gue yang kena."

Mata sayu Akmal menyipit, masih menertawai sikap Renjani.


"Kenapa takut sama si Bunda, ih?" desaknya.

"Nggak takut."

"Cuma khawatir?"

"Nggak juga. Udah cepet minum obatnya! Jangan nyusahin orang!"





"Eh, Renjani. Ngapain di sini?" Kevin turun dari lantai 2, membawa sekaleng kopi dan menghampiri Renjani serta Akmal yang bersandar di dinding.

Renjani mengarahkan dagu ke arah Akmal sebagai bentuk jawaban.

"Kirain nyariin gue."

"Nggak. Nyariin Akmal."

Akmal mengangkat dagu, terlihat angkuh. Sementara Kevin hanya mengangguk.

"Padahal gue baru mau ke penginapan cewek."

"Ngapain?"

"Mau ngasih ini," Kevin merogoh saku celana, mengeluarkan gelang manik dan memberikannya pada Renjani. "Buat kenang-kenangan--lah? Kok udah punya?" Ia tertegun melihat gelang dengan model yang sama persis melingkar di pergelangan tangan Renjani.

"Dibeliin dia," tunjuknya pada Akmal.

"Cie gaya banget lu beli-beliin gelang," goda Kevin. "Udah pake aja, Jan. Bagus jadi ada dua."

"Kenapa kalian beli gelangnya sama, sih? Sampe ke model-modelnya bisa sama."

"Satu selera berarti. Ya, gak, bro?" Kevin menepuk pundak Akmal.

Akmal sekali lagi hanya tertawa. Selera, katanya.


Renjani mengangguk dan menerima pemberian itu, kemudian mengenakan gelang dari kedua temannya tanpa banyak berpikir.

Cuma gelang ini?








"Eh, nanti malem lo pake baju apa, Jan?"

"Pake dress biasa."

"Warna?"

"Item."

"Sama dong!"

"Kan emang dresscode-nya hitam putih bukan?" Sela Akmal.

"Ya kan ada kemungkinan gue pake baju putih, Mal." Elak Kevin. "Tapi ternyata sama-sama pake warna item. Nanti foto, ya, Jan. Gue ke atas dulu mau mandi."

HIMPUNAN VOL.2Where stories live. Discover now