19. Graduation Day

63.1K 11.1K 11.1K
                                    

"Lu

Deze afbeelding leeft onze inhoudsrichtlijnen niet na. Verwijder de afbeelding of upload een andere om verder te gaan met publiceren.


"Lu... percaya sama jatuh cinta pada pandangan pertama nggak?"

"Ah... Apaan, sih, pagi-pagi udah dangdut?"

"Nggak. Maksud gue bukan pandangan pertama, sih. Lebih ke kesan pertama aja. Pernah nggak gue tanya?"

"Nggak tau, ah! Bandung dingin!"

"Gue bilang juga naik mobil aja!"

Di perjalanan dari rumah kos menuju kampus, Rendi dan Akmal memperdebatkan hal yang berlawanan. Tentang jatuh cinta dan cuaca.





"Wisudawan bubar jam berapa, sih?" Akmal berjalan ke arah Maraka seraya mengecek arloji di pergelangan tangan kirinya.

"Sekitar jam 11-an, lah. Tapi kita dari jam 10 kurang harusnya udah di sana buat nge-set tempat, backdrop, sama beli bunga." Jawab Maraka yang terlihat santai, berbanding terbalik dengan Laras yang sibuk menghitung jumlah orang dan mengecek hal apa saja yang harus dibawa ke tempat wisuda.

Maraka memang sengaja melimpahkan tanggung jawabnya pada Laras; sebenarnya bukan Laras seutuhnya juga, karena mereka memiliki Manajer Internal dan Eksternal, tapi, keduanya sudah sepakat untuk membagi tugas supervisi. Laras mengawasi dan mengawal kinerja tim internal, dan Maraka mengurusi bagian eksternal.

"Lu naik apa, Mark?" Rendi bertanya sambil terus mengusap lengannya yang dingin.

"Nebeng Jeno. Dia bawa mobil."

"Gue ikut kalian dong!"

"Nya jug kaditu ngilu di mobil jug jug," usir Akmal.

(trans: ya udah sana ikut di mobil aja sana sana)

"Emang mau! Eh, gue ke sana dulu, ya. Kabarin kalo udah mau pergi." Rendi menunjuk ke arah meja batu dekat gedung dekanat.

"Setengah jam lagi cabut, Ren. Jangan lama-lama."

"Ok aman. Setengah jam lagi gue balik ke mari."


"Udah, Ras? Aman?" Maraka menghampiri Laras yang terlihat cemas di depan susunan plakat wisudawan.

"Plakatnya kurang, Kak..."

"Kok bisa? Emang kemarin nggak dicek dulu?"

"Nggak tau..."

"Kurang berapa?"

"Dua..."

"Punya siapa?"

"Kak Dimas sama Kak Senja."

"Waduh." Maraka otomatis melirik Akmal yang tertawa di belakangnya.

"Emang kurang sih mereka makanya udahan juga," celetuk Akmal.

"Kemarin siapa yang ngambil?"

"Ari, Kak."

"Sekarang Ari-nya mana?"

HIMPUNAN VOL.2Waar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu