10 | gentleman 101

248K 21K 292
                                    




10 | gentleman 101



ZANE mematikan PC. Badannya pegal semua, terutama matanya. Padahal kerjaannya seharian cuma mengutak atik biar UI websitenya jadi lebih simple, tapi tetap catching.

Beberapa hari yang lalu Bang Hotman bilang tampilan websitenya agak kurang user friendly. Apalagi harusnya dia menganggap tidak semua calon kliennya melek teknologi. Memang ada benarnya, sih. Saat dia tanya ke mama dan neneknya, mereka kompak bilang displaynya a little too much. Jadilah terpaksa hari ini dia kurang-kurangi menu yang tidak perlu-perlu amat.

Bahkan saking fokusnya dia bekerja, sampai-sampai dia tidak sadar sejak kapan suara Sabrina mulai tidak terdengar lagi dari dari kubikelnya.

Sabrina lembur juga. Dan untuk menahan kantuk, sambil terus merefill cangkir kopinya, dia pasang earphone dan menyetel lagu, sambil menyanyi sesukanya, mengikuti lirik yang dia dengar. Suaranya sumbang, tentu saja. Dan sebagian besar liriknya ngawur. Untung Zane tidak pernah mau ikut kalau diajak karaoke stafnya. Kasihan kupingnya kalau harus tahan mendengar suara sejelek itu pakai mikrofon, dan minimal selama dua jam.

Karena sudah sepi, kemungkinan perempuan itu sudah pulang.

Sebenarnya ada satu yang Zane tidak mengerti. Semua anak buahnya nggak pernah pamit ke dia kalau pulang. Padahal kantor mereka kan cuma berisi sembilan gelintir orang. Minimal cewek-cewek yang kubikelnya di lantai tiga, kek. Itu juga enggak. Padahal tinggal ketuk pintunya dan bilang, 'Bang, gue duluan!' apa susahnya, sih?!

Zane memakai jaketnya, memeriksa dompet, HP, dan kunci mobil di saku, kemudian beranjak keluar.

Shit!

Nyaris saja jantungnya copot melihat penampakan berambut panjang, berbaring tengkurap di atas sofa.

Itu Sabrina Hunter-Tanjung, karyawan kesayangannya setelah Iis. Yang paling rajin dan kreatif, tapi sayangnya oon, ceroboh, dan terlalu positive thinking sama orang lain. Dan sebenarnya kalau dilihat-lihat, dia makhluk yang paling enak dipandang di kantornya. Paling proporsional, dan nggak lebay dalam berpenampilan. Proporsional dalam sudut pandang Zane.

Timothy memang terlalu bongsor dilihat oleh siapapun juga. Karen yang menjulang seperti Kendall Jenner jelas nggak akan pernah masuk ke daftar attractive baginya yang lebih suka nenjadi si dominan. Karen is just too intimidating. Apalagi isi otaknya nggak nyambung dengan Zane. Dan Iis? She's petite and cute, dan sialnya hal itu membuat setiap kali jalan berdua dengannya, semua orang bakal mengira mereka—yang paling sopan—kakak-adik, atau—yang paling nggak sopan—bapak-anak.

So, yeah, Sabrina memang satu-satunya yang paling ideal phisicaly. And damn, she's really hot, honestly. Membuatnya seharian di kantor tadi menjadi tidak nyaman sekaligus senang. Jadi jangan sampai karyawan yang sudah seperti vitamin c ini nggak betah kerja di tempatnya. Kalau bisa dia dipertahankan terus sampai Zane dapat vitamin lain yang lebih baru.

Zane menahan senyum gelinya, menutup pintu ruangannyankembali.

Hmm, Sabrina bego. Disuruh pulang malah tidur.

Segera dihampirinya sofa tempat Sabrina tidur terlungkup memeluk tas dengab satu kaki menggantung ke lantai itu. Rambutnya yang terurai sudah awut-awutan ke segala penjuru. Sumpah, dia sekilas kayak ... kuntilanak?

Warning: Physical Distancing! [COMPLETED]Where stories live. Discover now