28 | gara-gara acro yoga

192K 18.4K 460
                                    




28 | gara-gara acro yoga



ZANE terbangun untuk kesekian kalinya sejak semalam. Kali ini dikarenakan mendengar bunyi gedebuk keras. Kemudian disusul suara mengaduh.

Suara Sabrina.

Ngapain lagi itu anak?

Zane spontan melek, mengecek jam di nakas.

Sudah hampir pukul tujuh pagi. Demi Tuhan, dia sama sekali tidak bisa tidur karena terus-menerus mendengar suara-suara.

Dengan sempoyongan karena nyawanya belum terkumpul sempurna, dia berjalan keluar kamar, menuju ruang depan tempat suara itu berasal.

Jangan sampai itu bocah kenapa-napa di rumahnya!

Begitu tiba di sana, yang dilihatnya adalah dua orang stafnya sedang melakukan gerakan semacam plank, tapi bertumpuk-tumpukan. Jun di bawah. Sabrina menumpang di atas tubuhnya.

Mereka berdua mikir apa, sih?!

Mau acro yoga?

Sinting! Itu si Junaedi bahkan nggak bener posisi chaturanga-nya!

"Pada ngapain, sih? Pagi-pagi udah berisik!" Zane membentak.

Tapi keduanya cuek bebek.

Sabrina berusaha meluruskan posisi split kakinya, dengan kedua tangan bertopang pada punggung Jun.

Zane berkacak pinggang memperhatikan keduanya sampai lengan Jun mulai bergetar.

Alhasil Zane terpaksa berlari menghampiri dan menangkap tubuh Sabrina tepat pada waktunya, sebelum jatuh tersungkur mencium lantai, entah untuk keberapa kalinya.

Sabrina memejamkan mata rapat-rapat karena ngeri. Bahkan Zane bisa merasakan tubuh ramping itu bergetar dalam rengkuhannya. Jun menjerit nyaring, antara takut dan merasa bersalah.

"Gue bilang juga apa?!" Zane berdecak.

Sabrina mengerjapkan mata. Bulu matanya lentik, tapi tidak tebal. Wajahnya berkilauan karena berkeringat. Bahkan kulit perutnya yang terbuka terasa licin di pergelangan tangan Zane.

Itu kulit yang dia lihat beberapa minggu yang lalu.

Bulu kuduk Zane langsung meremang.

"I'm okay. Thank you." Sabrina melepaskan diri.

Zane berdehem, segera bangkit juga. "Nyari alternatif hiburan yang pinteran dikit, dong!"

Mendengarnya, tentu saja Sabrina melotot.

Jun segera menengahi sebelum terjadi pertumpahan darah. "Udah lah, jangan berantem. Kita mandi dulu, Sab, abis itu sarapan. Udah laper juga gue."

"Oke. Mandi bareng aja, biar cepet." Sabrina jelas cari gara-gara.

"Hmm, ide bagus. Biar bisa gantian gosokin punggung. Tapi lo masuk duluan, nanti gue nyusul."

Sabrina balik badan, tersenyum sinis pada Zane sekaligus dalam hati merasa kagum pada Jun yang belakangan jadi makin klop saja menanggapi dark jokenya. "Padahal kita cuma nyari alternatif kegiatan biar nggak bosen. Siapa suruh dia nggak asyik!"

Dan Zane jelas bisa mendengar gerutuannya itu.


~

Warning: Physical Distancing! [COMPLETED]Where stories live. Discover now