29 | zane pilih kasih

186K 22.8K 912
                                    




29 | zane pilih kasih



HARI ini Zane bangun lebih pagi dari biasanya hanya untuk lari sebentar di treadmill. Kebetulan pagi ini dia merasa bugar karena akhirnya bisa tidur nyenyak setelah sekian lama. Dia juga keluar kamar on time untuk sarapan, tidak menunggu sampai pintunya digedor-gedor oleh Junaedi dulu.

"Sabrina mana?" tanyanya ke Jun yang sudah duduk menghadapi piringnya di meja makan, sambil menarik salah satu kursi dan mendudukkan pantatnya.

Menu pagi ini cuma nasi goreng. Junaedi yang memasak saat Zane berolahraga tadi.

"Di kamar." Jun menjawab singkat, lebih fokus pada ponsel di tangan kiri, dan sendok makan di tangan kanan.

"Nggak sarapan?" Zane bertanya lagi.

"Enggak."

"Kenapa?"

Kali ini Jun mengangkat wajah dari piringnya dengan heran. Tidak biasanya Zane kepo pada urusan orang. "Emang nggak boleh?"

"Lo nggak khawatir kalau temen lo nggak makan?"

"Skip sarapan doang nggak bikin orang mati, kali." Jun mulai agak-agak kesal. Zane tidak pernah ikut ngobrol di meja makan. Sekalinya buka mulut, yang ditanyain Sabrina lagi, Sabrina lagi! Kalau penasaran, ketuk pintu kamarnya langsung kan bisa! Cuma sepuluh langkah ini! "Lagian cewek skip makan tuh wajar, kali, Zane. Paling juga udah ngemil snackbar yang low calorie di kamarnya. Kayak nggak pernah pacaran aja. Lagian lo sok-sokan nyuruh cewek rajin makan, emang mau kalau punya istri gembrot?"

"Pake body shaming, lagi!" Zane berdecak, dan langsung bangkit dari kursinya, kemudian berjalan ke arah kamar Sabrina berada.

Jun melongo, tiba-tiba merasa sakit hati. Zane nggak pernah merhatiin dia sampai sebegitunya.


~


Zane mengetuk pintu kamar Sabrina, mendadak merasa khawatir.

Semalam sih Sabrina madih baik-baik saja. Tidak ada yang aneh. Bahkan Zane yang terpaksa menggotongnya sendiri ke kamarnya. Plus menggotong Milo yang sialnya ikut-ikutan manja, tidak mau bangun dan jalan sendiri ke kamar.

Masalahnya Sabrina tuh makan mie tengah malam aja bodo amat, masa dia skip makan cuma karena nggak mau gemuk? That's not Sabrina thing, lah.

Tidak terdengar sahutan Sabrina dari dalam. Hanya ada gonggongan pelan Milo.

Zane memutar kenop pintu yang ternyata tidak terkunci, melongokkan kepala ke dalam.

Perempuan itu masih tidur terbungkus selimut, sementara Milo berdiri di dekat pintu, nampak jelas berharap pintu segera dibuka.

Zane masuk, menghampiri ranjang Sabrina, membiarkan pintunya terbuka kalau-kalau Milo ingin keluar.

Dia duduk di pinggir kasur, menepuk pelan bahu Sabrina yang tidur membelakanginya.

"Sab, lo nggak enak badan?" tanyanya dengan suara pelan, takut mengagetkan.

Perempuan itu tidak menyahut. Zane menyibakkan rambut yang menutupi wajahnya. Dahinya terlihat berkeringat. Padahal AC di kamarnya sudah nyala.

"Lo sakit?" tanya Zane lagi sambil menempelkan telapak tangannya ke kening Sabrina.

Warning: Physical Distancing! [COMPLETED]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora