72 | pertemanan bangsat

183K 23.3K 3.1K
                                    




72 | pertemanan bangsat



ZANE menutup pintu, mendorong pelan pundak Sabrina dan mendudukkan wanita itu di pinggir kasur, sementara dirinya sendiri memilih setengah duduk menghadap pacarnya di sandaran sofa. Kedua tangannya menopang bahunya sendiri yang sudah melemas, di kanan kiri.

Hopeless.

Kenapa pula semuanya bisa pas banget?

Kegep membawa pulang cewek sih bukan masalah besar bagi teman-temannya. Hampir semuanya pernah. Tapi beda urusan kalau ceweknya itu mantan Bimo yang beberapa bulan lalu masih mereka bicarakan di coffee shop Ehsan, dan jelas-jelas Bimo sudah mengikrarkan bahwa dirinya masih menaruh harapan pada Sabrina. Dan beda urusan juga kalau cewek itu adalah staf di kantornya sendiri. Dan terutama sekali, jelas beda kalau tiba-tiba cewek itu muncul di depan seluruh teman-temannya dengan penampilan seperti ini.

Zane menelan ludah.

Gemas.

Bingung.

Campur aduk.

Sabrina balas memandangnya dengan sama bingungnya.

Zane jadi tidak tahu harus mengutuk siapa saat ini.

"Kenapa Gusti ke sini bawa banyak orang?" Akhirnya wanita itu membuka suara.

Zane mendesah pelan. "Itu juga yang pengen gue tanyain ke dia, Sab."

"Kalian berantem? Terus dia ngerjain elo?"

"I wish I could answer your question."

"Terus kenapa nggak ngasih tau gue kalau ada tamu di luar? Tau gitu gue diem aja di kamar. Ngambil minumnya nungguin mereka balik."

Zane mengatupkan rahang. Menghela napas.

Andai Sabrina tahu betapa liarnya teman-temannya. Nggak bisa diatur semua. Seliar Juned, tapi lebih parah lagi. Juned versi suara dijantan-jantanin, dengan muka jauh lebih pas-pasan.

"Mereka baru banget dateng, langsung rusuh banget gitu. Gue nggak sempet ke mana-mana, takut mereka udah keliaran ke sini duluan."

Sabrina mendesah pelan, yang saking menggemaskannya membuat Zane ingin mengunci saja pintu kamar, membawanya naik lagi ke kasur, memeluknya sampai pagi, dan mengabaikan teman-temannya di luar sana. Bodo amat! Siapa suruh mereka datang nggak kabar-kabar dulu!

Tapi nggak bisa.

Malah repot nanti urusannya kalau mereka nggak segera disuruh pulang. Apalagi besok masih hari kerja. Dia butuh istirahat. Dan jelas dia nggak mau mereka bertemu Sabrina lagi besok pagi seandainya pada nekat nggak mau pulang meski sudah diabaikan.

Sabrina merenung sesaat.

"But there is no problem, right?" tanyanya. "Oke, abaikan fakta bahwa mereka dateng di waktu yang nggak tepat. But that's it. Nggak ada yang perlu dipermasalahkan, kan?"

Zane tertawa suram, karena tidak mungkin dirinya memberitahukan pada pacarnya itu, bahwa mantannya yang tidak lain tidak bukan adalah sahabat Zane sendiri, masih menaruh hati padanya. Zane tidak mungkin memberitahukan pada Sabrina bahwa selama ini dia tutup mata, menikung gebetan teman sendiri.

"Or are you worried about your reputation for bringing a woman home?" Sabrina lalu menanyakan kemungkinan lain.

Zane menggeleng. "Of course not. It's up to me to invite anyone to my own house. Besides, they couldn't possibly think I was that holy."

Warning: Physical Distancing! [COMPLETED]Where stories live. Discover now