47 | kapal oleng

183K 20.9K 937
                                    




47 | kapal oleng



BEGITU Zane menutup pintu di sebelahnya dan berjalan memutar menuju pintu sisi pengemudi, Sabrina jelas sudah merasa awkward. Tidak sanggup membayangkan situasi beberapa detik mendatang, saat mereka akhirnya terjebak berdua di dalam mobil.

Sabrina jelas tidak ingin bicara, sekalipun hanya sekedar berterima kasih. Tidak setelah peristiwa memalukan semalam dan tadi pagi. Belum lagi sesorean tadi si bos begitu cerewet dan membuatnya yang sudah standby di lantai satu bersama Timothy terpaksa naik turun tangga dengan kaki sakit, karena sebentar-sebentar dipanggil ke ruangannya.

Dia yang menyuruh ke dokter, tapi dia juga yang memperparah kondisi kakinya. Maksudnya apa coba?

Lagipula siapa memangnya yang minta diantar pulang?

Saking kesalnya, otak kancil Sabrina langsung jalan.

Segera saja dia merem, berusaha rileks, bahkan membiarkan kepalanya terantuk jendela biar terlihat meyakinkan---meski jelas kantuknya sudah hilang sejak dibangunkan Timothy tadi.

Sabrina mengabaikan panggilan Zane beberapa saat kemudian seraya membenturkan kepalanya sekali lagi ke jendela. Bahkan ketika lelaki itu membangunkannya saat mereka tiba di depan rumahnya, Sabrina tetap bergeming.

Tekadnya sudah bulat.

Akan dikerjainya si bos sampai kapok, sebagai pembalasan dendam.

Dan tentu saja triknya berhasil—sekali lagi dia harus bersyukur karena saat sekolah dulu ikut ekskul teater dan skill aktingnya jadi lumayan.

Pertama, Zane membukakan seat beltnya, persis adegan romantis di film-film. Dan beruntung juga, karena Sabrina merem, tidak bisa melihat betapa dekat posisi Zane di dihadapannya, dia jadi tidak perlu tersipu-sipu seperti ABG.

Kedua, Zane menanyakan di mana dia menyimpan kunci rumahnya.

Sabrina berdoa semoga lelaki itu cukup sabar untuk mencarinya, karena selama dia mengenal Zane, dia paling payah dalam urusan mencari barang.

Ketemu.

Sabrina bernapas lega saat kemudian mendengar pintu mobil terbuka dan menutup, disusul suara langkah menjauh.

Zane sedang membuka pintu rumahnya.

Dan kemudia pintu di sebelahnya ikut terbuka.

Zane mendesah pelan, lalu Sabrina merasakan badan itu mendekatinya lagi.

Yippie!

Sabrina berusaha keras menahan tawa saat lelaki itu berjuang mengeluarkannya dari mobil.

Dan Zane menggendongnya lagi.

Seperti semalam.

Sabrina langsung meleleh, sebisa mungkin mencegah bulu kuduknya meremang, dan membuat semua akal bulusnya ketahuan.

Tapi khusus reaksi satu ini malah jadi bumerang, sih.

Bukan Zane yang kapok, malah Sabrina sendiri!

Dia mewek dalam hati. Merana.

Ini yakin, si bos tidak diam-diam menyimpan perasaan padanya?

Warning: Physical Distancing! [COMPLETED]Where stories live. Discover now