22

833 147 33
                                    

kayaknya cerita ini selanjutnya bakal agak rated (?), tapi ga akan terlalu explicit. kalau ada yang ngerasa ga nyaman atau yang masih di bawah umur, mending ga usah baca yaa.

_____



















Jika kalian berpikir bahwa Wonho memuji Hyungwon hanya untuk menggodanya, maka kalian salah besar.

"Kalau lo kepikiran buat jadi model, bilang ke gue," kata Wonho saat mereka sedang menunggu makan malam datang.

"Gue lebih suka kerja depan komputer daripada di depan kamera," ujar Hyungwon tanpa mengalihkan atensi dari layar ponselnya. Dia tengah mengecek posisi si pengantar makanan, yang ternyata sebentar lagi akan segera sampai.

Menurut Wonho, sangat disayangkan apabila wajah Hyungwon disia-siakan begitu saja. Seandainya terlahir kembali, dia ingin memiliki muka dan postur tubuh Hyungwon, dia yakin pasti banyak yang menawarinya menjadi artis atau model.

"Siapa yang mau ambil pesenannya?" tanya Hyungwon sembari menaruh ponsel di atas meja.

"Lo yang pesen, berarti lo yang ambil."

"Kurang ajar," sungut Hyungwon, "Terus lo diem aja gitu? Ga ngapa-ngapain?"

Mungkin ini terdengar aneh, namun melihat ekspresi kesal Hyungwon mampu membuat Wonho tersenyum layaknya orang gila.

"Ya udah iya," ucapnya seraya melangkah menuju pintu depan, meninggalkan Hyungwon yang kini merebahkan diri di atas sofa.

Beberapa menit kemudian, Wonho kembali dengan dua plastik di tangan kanannya.

"You really like to show off, huh?" komentar Hyungwon kala mengetahui lelaki itu keluar menggunakan kaus tanpa lengan dan celana pendek yang hanya menutupi sebagian pahanya.

"Tadi kan lo nyuruh gue buat ngambil makanan!" protes Wonho. Dia tidak mau mengakui tuduhan Hyungwon, meski kenyataannya memang begitu.

"Seenggaknya ganti pakaian yang agak pantes dikit, lo kayak ga pake celana tau ga sih."

Wonho memutar bola matanya, "Whatever."

Awalnya Hyungwon risih melihat Wonho yang sering memakai pakaian terbuka. Lama-kelamaan dia mulai terbiasa dan tidak terkejut setiap mendapati teman serumahnya berkeliaran dalam keadaan setengah telanjang.

Wajar apabila Wonho bangga memamerkan ototnya, dia bekerja keras untuk menghasilkan bentuk tubuh yang sempurna. Seandainya Hyungwon mempunyai badan seperti itu, dia juga akan melakukan hal yang sama.

Selesai menghabiskan makanan, alih-alih membersihkan bekasnya, Hyungwon malah beringsut ke ruang tengah dan membiarkan Wonho membereskan sampah-sampah sisa mereka.

"Stop staring," seru Wonho, menegur Hyungwon yang mengamatinya terlalu lama.

Hyungwon terdiam sejenak, sebelum mengatakan sesuatu yang sedari tadi dipikirkannya. "Can I touch your biceps?"

Wonho menaikkan sebelah alis, lalu tersenyum. "Sure," dia menyodorkan lengannya dan membiarkan jemari Hyungwon menelusuri kulitnya.

Padahal Hyungwon memberikan sentuhan yang sederhana, tanpa maksud apa-apa, tapi dapat menyebabkan Wonho merinding menikmati sensasinya. Mendadak otak Wonho seolah berhenti berfungsi. Tanpa sadar, dia menuntun tangan Hyungwon memasuki pakaiannya.

"You can touch every part of my body," bisik Wonho tepat di telinga Hyungwon.

Seperti tersihir, Hyungwon menuruti kata-kata tersebut. Dia mengikuti intuisi untuk membawa tangannya ke dada Wonho, dan mempelajari tiap detail tubuh laki-laki itu.

Wonho tidak mengerti kenapa Hyungwon memiliki pengaruh yang besar padanya. Dari sekian banyak orang yang pernah menyentuhnya, baru kali ini dia menginginkan hal lebih.

Wonho menahan napasnya ketika jari Hyungwon turun ke bawah, bermain-main di sekitar perutnya. Dia sudah tidak sanggup lagi, dia ingin merasakan Hyungwon di seluruh bagian dirinya. Semuanya. Tanpa terkecuali.

"You have a cute mole," ujar Hyungwon sambil meneliti tahi lalat di dekat pusar Wonho.

Tak menerima balasan, Hyungwon mengangkat wajahnya dan mendapati Wonho memberinya tatapan yang sulit diartikan.

Menyadari Wonho menggigit bibir, seakan berusaha menahan sesuatu agar tidak keluar dari mulutnya, Hyungwon menarik kedua tangannya menjauh. "Sorry."

Wonho tidak bisa menyembunyikan kekecewaan saat jemari Hyungwon berhenti mengembara di atas kulitnya. Namun ia tidak mau dianggap sebagai orang aneh karena sentuhan yang tak berdosa mampu membuatnya turn on.

Maka dari itu, Wonho beranjak dari hadapan Hyungwon. "I will do the dishes."

between daylight and darkness | hyungwonho ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang