31

778 129 19
                                    

Bahkan setelah dua bulan berlalu, mereka tidak pernah sekalipun membahas mengenai perasaan satu sama lain.

Meskipun begitu, Hyungwon sedikit demi sedikit mampu membuka diri. Sekarang dia tidak mempermasalahkan apabila Wonho menyelinap ke kamarnya, atau tiba-tiba memeluknya tanpa izin.

Jujur saja, Hyungwon mulai menyukai setiap perlakuan lelaki tersebut kepadanya. Terkecuali pick-up line yang dilontarkan Wonho, yang terlalu cringey dan membuat siapa pun ingin muntah jika mendengarnya.

"Besok gue pergi," celetuk Wonho ketika ia duduk bersama Hyungwon di balkon. Padahal sudah hampir tengah malam, tapi mereka berdua masih terjaga dan memilih untuk menghabiskan waktu dengan mengobrol sambil memandangi suasana malam.

"Ya pergi aja, kenapa pake bilang ke gue segala?" sahut Hyungwon.

"Pengen ngasih tau aja," ujar Wonho seraya merebut kaleng bir dari tangan Hyungwon dan meneguknya hingga tak bersisa.

"Kalau mau minum tuh ada di kulkas, ga usah ngambil punya orang."

Tidak memedulikan keluhan Hyungwon, Wonho melanjutkan ucapannya. "Gue pergi ga cuma sebentar."

"Lo mau ke mana? Berapa hari?"

"Dapet tugas motret ke luar negeri, lima hari."

"Lima hari? Lama banget."

"Biasanya emang segitu kok. Kadang malah bisa lebih lama," jelas Wonho, ini bukan pertama kalinya ia berkesempatan untuk mengambil gambar di negara lain.

"Oh.."

Wonho mengernyit heran mendapati perubahan ekspresi Hyungwon. "Kenapa? Takut kangen?"

Hyungwon terdiam sejenak, lantas menganggukkan kepalanya. "It feels empty when you are not around."

Tanpa sadar, Wonho tersenyum puas. Akhirnya Hyungwon menyingkirkan gengsi dan mengungkapkan apa yang dirasakannya secara terang-terangan.

Tuhan, bolehkah Wonho berharap dirinya spesial di mata Hyungwon?

"If you miss me, just call," ucap Wonho dengan suara rendah. Perlahan tapi pasti, dia membawa tangannya mendekati Hyungwon, lalu ia letakkan di atas paha laki-laki itu.

Hyungwon memperhatikan tangan Wonho yang menelusuri permukaan kulitnya. Dia sama sekali tidak keberatan, justru ada getaran aneh yang menghinggapi dadanya.

Melihat Hyungwon yang tidak bereaksi apa-apa, tidak menghindar atau menunjukkan bahwa ia tak nyaman, Wonho menganggap hal tersebut sebagai pertanda baik. Dengan hati-hati, ia menyusupkan jemarinya ke bawah celana pendek Hyungwon, mengeksplor bagian yang tersembunyi di baliknya.

Napas Hyungwon memburu, entah kenapa dia merasa seperti tersengat kala jari-jari itu bermain di atas kulitnya, namun dia menikmati sensasi yang ditimbulkan saat Wonho menyentuhnya.

Menyadari tangan Wonho bergerak semakin dalam, mendadak rasa takut menghampiri Hyungwon. Apa yang akan terjadi setelahnya? Bagaimana kalau ini menuntun mereka untuk melakukan sesuatu yang lebih jauh?

Bukan, Hyungwon bukannya tidak suka. Dia hanya belum siap menghadapi konsekuensinya, dia tidak ingin hubungan mereka berubah menjadi canggung.

"H-hoseok.." Hyungwon buru-buru menahan Wonho sebelum dia menyentuh area sensitifnya, "You need to sleep now, if you don't want to miss your flight tomorrow."

Wonho menatap Hyungwon dengan mata sayu, terdapat perasaan kecewa yang tidak bisa ia jelaskan, namun dia tak mau memaksakan kehendak apabila Hyungwon tidak menginginkannya.

Maka Wonho menjauhkan tubuhnya, memberikan jarak yang dirasa perlu.

Hyungwon berusaha mati-matian untuk menyembunyikan kegugupan, kemudian ia beranjak dari kursi. "Good night, Hoseok."

Dia segera melangkah menuju kamar dan menutup pintu rapat-rapat, tanpa menunggu jawaban dari Wonho.

Apa yang barusan terjadi?

Biasanya Hyungwon akan mengelak jika ada yang melakukan skinship yang menurutnya berlebihan, tapi mengapa dia sulit sekali menolak Wonho?

between daylight and darkness | hyungwonho ✔️Where stories live. Discover now